SETIA KEPADA TUHAN (I Korintus 4:1-5)

Kehidupan di dunia ini terus berjalan karena kesetiaan. Setiap bagian bumi yang Tuhan ciptakan bekerja melakukan tugas dengan setia. Bumi setia berputar pada porosnya, matahari setia terbit pagi hari tanpa pernah absen, tanpa pernah bosan. Coba bayangkan jika matahari “su rasa capek dan bilang aah hari ini istirahat dolo”. Organ-organ tubuh kita juga bekerja siang malam dengan setia dalam sinergi yang luar biasa supaya tubuh terus hidup. Di dalam rumah seorang istri mesti setia mengatur urusan rumah tangga. Suami mesti setia bekerja. Suami dan isteri mesti saling setia dalam pernikahan. Anak – anak juga setia dan tekun belajar. Di Gereja baik kostor, Badan Pelayan Unsur, Majelis maupun Pdt memang mempunyai tugas yang berbeda tapi semua harus sama – sama setia kepada Tuhan. Bisa kita lihat, kehidupan ini dapat terus berjalan karena ditopang oleh pilar-pilar kesetiaan. Tema kita: Setia kepada Tuhan. Setia adalah sifat yang berarti berpegang teguh pada janji, pendirian, dan prinsip hidup yang telah dibuat. Setia kepada Tuhan berarti berpegang teguh dalam iman kepada Tuhan, melakukan nilai – nilai Kristus dalam hidup.

 

Dalam Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus kata “setia” memakai bahasa Yunani “pistos” yang diterjemahkan dalam Alkitab Terjemahan Baru (TB) Edisi 1 dan TB 2: “bisa dipercayai”. Hamba Tuhan mesti dipandang sebagai hamba Kristus – hidup hamba Tuhan berpusat pada Kristus. Hamba Tuhan menerima rahasia Allah. Kata hamba di sini bermakna orang yang mendapat kepercayaan tapi bukan sekedar kepercayaan biasa, melainkan kepercayaan sepenunya. Ada dua kata Yunani yang dipakai: “hyperetes”: orang kepercayaan (asisten) dan “oikonomos”: yang mendapat kepercayaan penuh (tangan kanan). Orang yang mendapat kepercayaan seperti itu memang harus setia. Setia bukan sekadar merujuk pada lamanya seseorang bekerja. Setia lebih mengarah pada ketaatan untuk Tuhan sendiri bukan ketaatan kepada manusia. Ini menjadi koreksi bagi jemaat di Korintus yang kehidupan berjemaatnya sudah terkotak – kotak; ada golongan Apolos, Paulus, Kefas dan Kristus. Ada penyanjungan dan penghormatan yang berlebihan kepada pemimpin. Jemaat Korintus menilai seorang pemberita Injil dari kefasihan bicara maupun kepandaian yang mereka miliki. Bagi Paulus, pemberita Injil harus dinilai dari kesetiaannya terhadap injil itu sendiri. “Hamba Kristus” menunjukkan kesetiaan terhadap Allah yang memanggilnya sebab pekerjaan seorang hamba adalah mengerjakan apa yang diperintahkan tuannya dengan sungguh-sungguh untuk menyelesaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Seorang hamba yang baik akan selalu setia dan tidak akan pernah mengecewakan tuannya. Hamba Kristus berarti milik Kristus, bukan saja berlaku bagi mereka yang memberi diri bekerja dalam Gereja tetapi bagi kita semua selaku orang percaya. Mari hidup dengan setia kepada Tuhan.

 

Setia kepada Tuhan berarti kita tidak menghakimi orang lain seenak hati. Setia kepada Tuhan berarti tidak menjadi tuan atas orang lain. Tidak saling menghakimi. Bagi Paulus tidak penting penghakiman dari manusia, pengadilan atau dirinya sendiri. Yang terpenting adalah hati untuk Tuhan. Ini koreksi juga untuk jemaat di Korintus yang saling menghakimi, berselisih dan terancam perpecahan. Seorang pelayan harus memandang penilaian manusia bukan sebagai hal yang terpenting. Sebab yang menilai kita dan pelayanan kita adalah TUHAN sendiri. Itulah sebabnya kita tidak menghakimi orang lain dan menilai pelayanan orang lain berdasarkan kebenaran kita. Biarlah Tuhan dan kebenaranNya yang melakukan penilaian itu kelak. Tuhan adalah Hakim yang adil. Topeng yang kita gunakan tidak akan dapat mengelabui Tuhan. Apapun yang kita sembunyikan dapat terungkap di hadapan-Nya. Tuhan mengetahui ketika kita tidak tulus dan menyalahgunakan kepercayaan dari-Nya untuk kepentingan diri kita.

 

Firman Tuhan ini juga menjadi koreksi bagi kita. Banyak orang-orang yang mengaku orang percaya, tetapi hidupnya tidak dapat dipercayai. Banyak orang yang mengaku pengikut Kristus tetapi tidak pelaku kasih yang sesungguhnya. Banyak orang yang mengaku cinta akan kesatuan dan persekutuan, tetapi dalam praktek kehidupannya sering menjadi batu sandungan bagi sesama. Gereja harus menjadikan bahwa Kristuslah pusat dan Raja Gereja. Segala sanjungan dan kemuliaan harus terarah hanya padaNya, bukan manusianya. Jangan menghakimi lebih baik introspeksi diri. Saat kita ada di minggu menyongsong Hari DOa Syukur PKB, mari jadi bapa yang setia bukan segala tipu ada. Setia beribadah. Setia dalam pernikhaan. Menjadi bapa yang sederhana, terhormat, bijaksana, sehat iman penuh kasih dan memiliki ketekunan. Marilah kita jalani hidup ini dengan selalu ingat bahwa kita ini adalah hamba-hamba Kristus, yang sudah dipercayakan rahasia Allah, yaitu Kristus itu sendiri. Di dalam Dia kita semua telah mengalami kebaikan Allah dan dibenarkan untuk hidup dalam keselamatan-Nya. Marilah kita setia kepada Tuhan. Matahari saja bisa setia, maka kitapun mesti setia. Supaya ketika Yesus datang kembali kita tetap ada dalam keselamatan-Nya dan menerima pujian dari Allah. Amin. Selamat hari minggu. Tuhan memberkati.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "SETIA KEPADA TUHAN (I Korintus 4:1-5)"

Posting Komentar

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed