BERKAT DAN PEMBARUAN PERJANJIAN ALLAH (Kejadian 9:1-17)

Apa rasanya kita ada saat ini? Pasti masing – masing kita punya rasa yang berbeda. Ada yang senang dan bersyukur karena penyertaan dan berkat – berkat Tuhan luar biasa. Ada yang harap – harap cemas, apa yang akan terjadi di tahun yang masih menjadi misteri ini? Ada juga yang bilang: “ah biasa-biasa saja, toh hidup begini – begini sudah”. Apapun yang sedang Bpk/Ibu/Sdr rasakan, pikirkan, dan gumuli saat ini, satu hal yang pasti, ketika matahari bersinar di hari pertama Tahun 2023, itu berarti Tuhan masih memberi kesempatan  untuk menikmati kasih dan kebaikan Tuhan, untuk berkarya bagi Tuhan, untuk melayani Tuhan. Sebuah kesempatan sangatlah berharga.  Apalagi kesempatan dalam hidup di waktu anugerah Tuhan hanya satu kali. Tahun 2022 bahkan hari kemarin sudah menjadi kenangan dan pelajaran hidup, tidak bisa diulang lagi. Hari ini adalah hadiah dari Tuhan. Jadi berbahagialah Bapak/Ibu/Sdr/I yang memulai perjalanan hari pertama dan hari minggu pertama  bersama dengan Tuhan. Sebab ada banyak orang yang terlalu menikmati kesenangan akhir tahun sampai lupa memulai langkah pertama bersama Tuhan.

 

Sebelum kita melanjutkan perjalanan kehidupan menapaki 12 bulan, 52 minggu dan 365 hari di sepanjang 2023, Firman Tuhan dalam Kejadian 9:1-17 menjadi pegangan hidup kita. Tema Khotbah dari Sinode GKI adalah “Berkat dan Pembaruan Perjanjian Allah”. Ada dua hal yang dapat kita lihat pada bagian ini, ayat 1-7 berisi berkat dan mandat Allah kepada Nuh untuk beranak cucu, untuk berkuasa dan memelihara bumi. Ayat 8-17 berisi perjanjian Allah dengan Nuh dan seluruh makhluk. Isi perjanjian itu adalah bahwa Allah tidak akan mendatangkan lagi air bah atas bumi. Tanda perjanjian itu adalah “Busur Allah” yang ditempatkan di awan. Busur Allah itu sekarang kita kenal sebagai Pelangi. Sesungguhnya teks ini memakai kata Ibrani “QHESET” menunjuk pada busur yang dipakai memanah, berburu dan berperang. Jadi menarik sekali sebab busur yang Allah tempatkan di awan ternyata bukanlah senjata Perang tapi menjadi tanda pemulihan, perdamaian dan pembaruan.

 

Karena itu Firman Tuhan memberi pesan untuk kita:

Pertama, Pelangi melengkung di awan untuk menunjukan kasih pemeliharaan Sang Pencipta yang melingkupi (melengkung) seluruh alam semesta. Marilah kita juga melingkupi hati dengan kasih Kristus. Hanya kasih Kristus yang dapat memulihkan kecewa, marah, penyesalan, kegagalan tahun 2022. Hargailah perbedaan dalam kebersamaan seperti pelangi yang bermacam warna tapi menyatu dengan indah. Jadilah busur yang berfungsi sebagai pelangi di langit kehidupan kita, jangan menjadi busur yang memanah dengan sikap kata – kata yang tidak menjadi berkat. Jangan jadi busur yang menimbulkan perseteruan dengan sesama.

 

Kedua, Allah melibatkan Nuh dan keluarganya dalam proses pembaruan dan Allah juga memanggil sy/Bpk/Ibu sdr yang sudah menerima hadiah dan berkat Tahun baru untuk menjadi agen pembaruan Allah. Dalam GKI di Tanah Papua tahun 2023 adalah tahun pembaruan. Ada periode kemajelisan yang baru, ada rencana strategi yang baru, sesuai amandemen Tata Gereja hasil Sidang Sinode XVIII tahun 2022 di Waropen. Mari kita jaga perjanjian itu dalam tanggung jawab kita yang menghargai sesama dan alam. Hiduplah dengan menunjukan wibawa Allah melalui tanggung jawab kita. Entah kita sebagai Pelajar, Pegawai, Majelis, Suami/Isteri.

 

Ketiga, hiduplah dalam pemulihan Allah dan jadilah berkat. Pelangi bukan saja lukisan indah dilangit tapi pelangi juga adalah peringatan supaya hidup kita dipulihkan dan kita tidak lagi hidup di dalam kefasikan. Jangan hidup di masa penghukuman air bah. Jika tahun 2022 lebih banyak mengeluh maka perbanyak bersyukur. Kalau tahun 2022 masih ada tipu-tipu di antara suami istri, masih ada keras kepala anak terhadap orang tua, masih menggunakan masa muda seenak hati maka bertobatlah. Keempat, hidup dalam pemulihan Allah berarti syukuri setiap peristiwa yang akan terjadi tahun 2023. Hidup kita seperti pelangi yang penuh warna. Nikmati setiap warna. Hadapi dengan iman. Jangan ragu dan jangan takut karena Tuhan meletakkan pelangi di langit kehidupan kita masing-masing. Dunia katakan tahun 2023 ini tahun resesi, tahun gelap, tahun krisis. Tapi orang percaya mengimani, disaat yang paling suram kita dapat melihat pelangi kasihNya. Seperti syair lagu : “Habis hujan tampak p’langi bagai janji yang teguh, dibalik duka menanti pelangi kasih Tuhanku”. Meskipun kita tak tahu apa yang akan terjadi di hari esok tapi kita tahu siapa yang pegang hari esok itu. Maka jalanilah hidup tahun 2023 dengan fokuslah pada janji Tuhan dan menjadikan hidup sebagai pelangi. Selamat Tahun baru 2023. Amin.

On Youtube: IBADAH TAHUN BARU

 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "BERKAT DAN PEMBARUAN PERJANJIAN ALLAH (Kejadian 9:1-17)"

Posting Komentar

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed