ALLAH SETIA TERHADAP JANJINYA DAN BERKUASA MEMELIHARA UMATNYA (Keluaran 6:1-12)

Dalam ketidakpastian hidup, kita membutuhkan jaminan kepastian. Jaminan artinya tanggungan terhadap sesuatu yang membuat seseorang tidak lagi khawatir tentang sesuatu itu. Ada istilah : jaminan hari tua, jaminan hukum dsb. Bagaimana dengan jaminan hidup? Apa yang menjadi jaminan hidup kita?

 

Zaman ini, ada orang yang merasa aman atau terjamin karena punya kekayaan, makan minum cukup, punya pekerjaan, memiliki jabatan tinggi, karena status sosialnya dalam masyarakat. Tapi kenyataannya hal – hal yang dianggap menjamin itu dapat hilang kapanpun. Bisa jadi kita bangkrut, ada resesi ekonomi, dicopot dari jabatan, sakit secara tiba – tiba atau kecelakaan. Bahkan dalam kecanggihan teknologi dan kemajuan di era modern, kita tidak menyangka bahwa virus yang tidak terlihat Covid 19 dapat mengguncang dunia. Ternyata apa yang dianggap menjamin tidak dapat memberi jaminan sejati.

Hari ini kita belajar bahwa hanya Tuhan dan namaNya yang menjadi jaminan yang pasti sesuai tema kita: “Allah yang setia terhadap janjiNya dan berkuasa memelihara umatNya”.

Di tengah perbudakan di Mesir ada dua hal yang terjadi atas kehidupan Musa dan Israel. Umat Israel sudah ragu dan putus asa karena situasi kerja paksa sangat berat. Israel menderita bukan saja secara fisik tapi juga mental. Musa juga tawar hati. Ia mempunyai keterbatasan karena tidak pandai bicara. Ia merasa dirinya kecil untuk berhadapan dengan Firaun yang hebat. Musa dan umat Israel sama – sama kehilangan harapan.

 

Di tengah keadaan itu, Allah tidak memberikan Musa petunjuk dan langkah - langkah untuk membebaskan diri dari Mesir. Allah mengajar Musa untuk mengingat siapakah Tuhan? Tuhan adalah Allah yang setia pada janjiNya, tangan Allah teracung kuat, NamaNya menjadi jaminan kepastian. Allah akan menyelamatkan Israel karena janjiNya dan karena namaNya.

 

Empat kali Tuhan menegaskan kepada Musa: "Akulah TUHAN". "Akulah TUHAN" adalah jaminan kepastian penggenapan janji Allah pada umat-Nya. Dialah Allah yang tetap sama, dulu, sekarang, dan sampai selama-lamanya. Tuhan memberi janjiNya kepada Musa dan Israel. Janji pertama, “Aku akan membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir.” Janji kedua, “Aku akan melepaskan engkau dari perbudakan mereka.” Janji ketiga, “Aku akan menebus engkau dengan tangan yang teracung.” Janji keempat, “Aku akan mengangkat kamu menjadi umatKu.” Janji kelima, “Aku akan menjadi Allahmu,” Janji keenam, “Aku akan membawa engkau ke negeri yang Kujanjikan itu.” Janji ketujuh, “Aku akan memberikan tanah itu menjadi milik pusakamu.” Tujuh janji ini indah dan unik adanya, dibuka dan ditutup dengan kalimat materai “Akulah TUHAN.”

 

Allah menepati janjiNya. Musa yang tidak fasih bicara tapi dia memiliki tongkat, tangan, mulut dan saudara yaitu Harun yang diutus Tuhan mendampinginya. Tuhan yang tidak terbatas mengubah dan melengkapi Musa yang terbatas. Musa yang merasa dirinya kecil diubahkan menjadi besar di dalam Tuhan.

 

Saat tangan yang kuat sedang terulur apakah kita bersedia menyambut-Nya? Atau kita sibuk dengan berbagai keluhan hidup yang sering kali menyita perhatian? Bangsa Israel sibuk dengan keluhan kerja paksa yang mereka alami. Musa berkali-kali mengeluh mempertanyakan keberadaan dirinya yang tak layak sebagai pemimpin. Bagaimana dengan kita?

Allah hanya ingin mata kita tertuju pada-Nya. Telinga kita peka mendengar suara-Nya, sehingga kehadiran-Nya bisa dirasakan kembali. Allah sangat ingin kita mengenal-Nya. Allah tak akan pernah tinggal diam melihat kesengsaraan kita. Allah peduli dan ingin menolong kita.

 

Beranilah tetap maju meskipun memiliki keterbatasan. Karena Tuhan yang tidak terbatas mengutus kita untuk berkarya dan memanggil kita untuk berkarya bagiNya di tengah keluarga, di tengah jemaat, di tengah kehidupan keseharian kita.

 

Ada kisah dua pelaut yang ditugaskan untuk mengawasi kapal-kapal yang berlayar. Suatu ketika terjadi badai yang hebat melanda kapal dua pelaut itu. Akibatnya salah satu dari dua pelaut itu terlempar ke laut. Anehnya, pelaut yang tenggelam justru yang berada dalam ruang kapal yang terlindung, sedangkan yang selamat adalah pelaut yang berada di ruang terbuka dan lebih dekat dengan laut. Apa sebabnya? Karena orang yang tenggelam itu tidak berpegangan.

 

Orang percaya selalu berpegangan pada Tuhan apapun juga kondisi yang dialami. Masa – masa sulitpun merupakan masa – masa untuk percaya. Berpeganglah pada janji Tuhan. Percayalah pada kuasa kasihNya. Janji Tuhan seperti Fajar pagi hari yang tidak pernah terlambat bersinar dan CintaNya selalu kita rasakan seperti sungai yang mengalir. SELAMAT HARI MINGGU. TUHAN MEMBERKATI.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "ALLAH SETIA TERHADAP JANJINYA DAN BERKUASA MEMELIHARA UMATNYA (Keluaran 6:1-12)"

Posting Komentar

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed