SETIA DAN TAAT PADA PANGGILAN ALLAH (Lukas 6:12-16)

Kebiasaan memilih sejumlah orang untuk secara khusus melayani dalam jemaat bukan hal yang baru. Dalam GKI di Tanah Papua, setiap 5 (lima) tahun kita memilih sejumlah orang untuk melayani dalam jemaat sebagai Majelis Jemaat. Hal serupa sudah dilakukan oleh Yesus ketika memilih dua belas orang menjadi murid-Nya . Mereka disebut rasul, mereka yang dipanggil secara khusus untuk menjalankan tugas pelayanan. Yesus mengawali pemilihan itu dengan doa. Bukan doa sambil lalu, tetapi doa yang penuh pergumulan dan intensitas. Disebutkan “Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman berdoa kepada Allah” (ayat 12). Ini bukan saja meminta petunjuk Allah siapa yang akan dipilih, tetapi juga mohon kekuatan bagi mereka yang dipilih, agar dapat melaksanakan tugas panggilan kerasulan atau pelayanan itu dengan sebaik-baiknya.

 

Mengawali suatu pekerjaan dengan doa menjadi suatu pola hidup dalam menjalankan pelayanan, misalnya ketika Yesus memberi makan 5000 orang juga diawali dengan doa mohon berkat Allah (Luk 9:10 – 17). Bahkan ketika menghadapi penderitaan dan kematian untuk menyelamatkan manusia dari doa Yesua berdoa di Taman Getsemani (Mat 26:36–46). Jadi Yesus selalu mengikutsertakan Allah dalam setiap pelayanan-Nya. Ini pelajaran penting bagi kita, yaitu melibatkan Allah dalam setiap pekerjaan dan pelayanan kita. Sekalipun kita mungkin punya pengalaman dan pengetahuan atas apa yang kita kerjakan, namun kuasa dan kekuatan untuk menjalankan pekerjaan dan pelayanan itu selalu bersumber pada Allah. Kita memang sudah menjadi murid Yesus karena iman kepada-Nya, akan tetapi kehidupan sebagai murid Yesus terus berproses untuk pertumbuhan kedewasaan dalam Kristus. Dua belas orang yang dipanggil menjadi murid pun mereka belum memiliki karakter Kristus dalam hidupnya. Petrus masih ditegur Yesus dengan keras, “enyahlah iblis” (Mat 8:33), Tomas juga meragukan kebangkitan Yesus (Yoh 20: 25). Dan dalam pembacaan kita hari ini disebutkan Yudas Iskariot mengkhianati Yesus (ayat 16).

 

Murid-murid yang secara fisik menjalani kehidupan bersama Yesus kurang percaya dan mengkhianati Yesus. Bagaimana dengan kita yang menjadi murid tanpa melihat Yesus, tetapi karena percaya? Kita pun tidak bebas dari kegagalan untuk hidup sebagai murid dengan karakter Kristus. Keberadaan kita hari ini memang sebagai murid Yesus, namun perangai dan karakter kehidupan kita belum mencerminkan diri sebagai seorang murid. Hari ini, kita berhadapan dengan kenyataan orang Kristen tanpa Kristus, dan murid tanpa Kristus. Dalam banyak jemaat GKI hari ini tidak semua anggota jemaat hadir dalam ibadah-ibadah jemaat. 1000 anggota jemaat yang ikut ibadah hanya 300 orang, 700 yang lain tidak jelas keberadaannya. Apakah 700 itu sudah bukan orang Kristen, apakah mereka sudah bukan murid Yesus? 700 itu masih orang Kristen, tapi Kristen tanpa Kristus. 700 itu masih murid, tetapi murid tanpa Yesus. Orang Kristen seperti ini atau murid seperti ini, sedang ada dalam kondisi mengkhianati Yesus, sebagaimana disebutkan pada ayat 16. Apa yang harus kita lakukan supaya tidak terjadi pengkhianatan terhadap Yesus?

 

Mari kita perhatikan ayat 12: “pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah”. Ini salah satu yang dapat kita teladani dari Yesus, yakni “berdoa dan semalam-malam berdoa kepada Allah”. Seorang murid Yesus, patut meneladani Yesus, yaitu berdoa, bukan berdoa biasa-biasa saja, melainkan berdoa sungguh-sungguh, berdoa memohon kehadiran dan keterlibatan Allah dalam kehidupan dan pekerjaan pelayanan. Yesus telah memperlihatkan kepada kita bahwa ketika hidup ini dan pekerjaan pelayanan yang dilakukan melibatkan Allah, maka tidak ada yang sia-sia. Yesus mohon berkat atas lima roti dan dua ikan untuk memberi makan 5000 orang, dan mereka makan sampai kenyang, dan tersisa dua belas bakul (Luk 9: 17). Itulah bukti bahwa ketika Allah terlibat dalam kehidupan ini, maka apa yang mustahil bagi manusia, tidak mustahil bagi Allah. Ketika Allah terlibat dalam kehidupan kita, maka selalu ada berkat-berkat baru yang Allah sediakan dan berikan, bukan saja untuk keberlanjutan hidup ini, melainkan supaya pekerjaan pelayaan bagi orang lain tetap berlangsung.

 

Sejak tanggal 1 September yang lalu kita telah memulai Bulan Bina Keluarga dalam GKI di Tanah Papua. Selama satu bulan ini keluarga-keluarga dalam jemaat-jemaat GKI di Tanah Papua akan berdoa setiap malam, mohon kepada Allah agar setiap keluarga bertumbuh dan benar-benar menjadi keluarga Allah. Sesungguhnya oleh baptisan atas setiap anggota keluarga, maka keluarga-keluarga dalam GKI di Tanah Papua adalah keluarga Allah. Namun demikian, kualitas hidup sebagai keluarga Allah patut terus ditingkatkan, agar keluarga-keluarga dalam GKI di Tanah Papua menjadi keluarga yang dewasa, mandiri dan misioner. Meningkat kualitas keberadaan keluarga dalam GKI penting, karena banyak faktor yang dapat membuat orang Kristen berkhianat kepada Yesus. Ada faktor ekonomi, tuntutan kebutuhan makan-minum setiap hari; ada faktor sosial dan budaya serta faktor politik. Karena itu, untuk menghindari diri dari kemungkinan mengkhianati Yesus, “berdoa dan semalam-malaman berdoa kepada Allah” harus menjadi pola hidup keluarga Kristen hari ini. Mari kita jadikan keluarga kita, menjadi keluarga yang berdoa. Keluarga yang senantiasa melibatkan Allah dalam kehidupan sehari-hari. Keluarga yang selalu mengandalkan Allah dalam pekerjaan dan pelayanan di dalam gereja pun di tengah masyarakat. Amin! (Penulis: Pdt. DR. Sostenes Sumihe, M. Th)  

 

     

 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "SETIA DAN TAAT PADA PANGGILAN ALLAH (Lukas 6:12-16)"

Posting Komentar

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

YANG PALING BARU

KEKASIHKU, KASIHKU, KEHIDUPANKU (Kidung Agung 2:8-17)

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed