ULANGAN 12:1-28 BERIBADAH MENURUT KEHENDAK TUHAN
Ibadah adalah unsur penting, bahkan sangat penting dalam kehidupan umat Allah. Ibadah itu penting, karena berkaitan dengan hubungan antara Allah dan umat-Nya. Karena ibadah itu berkaitan dengan Allah, maka bagaimana ibadah itu dilaksanakan, tidak ditentukan oleh umat Allah itu sendiri, melainkan oleh Alah, karena ibadah itu harus berlangsung sesuai kehendak Allah bukan berdasarkan kemauan dan ego manusia. Ibadah yang Allah atur bagi umat-Nya bukan hanya terbatas pada hal-hal rohani, seperti menyembah kepada ilah-ilah dari bangsa-bangsa yang umat Allah lalui dalam perjalanan menuju tanah perjanjian (ayat 2-3). Dalam rangka beribadah kepada Allah, tempat untuk umat beribadah, Allah yang menentukan dan kurban-kurban yang akan dipersembahkan juga semuanya ditentukan Allah; apa yang mereka harus makan dan apa yang tidak boleh dimakan pun diatur oleh Allah. Jadi kehidupan umat Allah seluruhnya diatur dan ditentukan oleh Allah dan umat-Nya melaksanakan dengan setia apa yang ditentukan Allah. Dalam ayat 1 di sebutkan dan ditegaskan, bahwa “inilah ketetapan dan peraturan yang harus kamu lakukan dengan setia di negeri yang diberikan Tuhan, Allah nenek moyangmu, kepadamu untuk memilikinya, selama kamu hidup di muka bumi”.
Kiranya jelas bagi kita, bahwa bagi umat Allah, bagi orang Kristen termasuk warga GKI, kehidupan yang kita jalani, termasuk peribadahan kita, harus berdasarkan dan sesuai kehendak Allah. Jadi bagi umat Allah, termasuk warga GKI, tidak boleh terjadi kehidupannya dijalankan menurut egonya. Warga GKI patut menjalani kehidupannya bukan berdasarkan egonya, melainkan berdasarkan apa yang Allah tetapkan dan atur untuk dijalankan. Salah satu yang Allah tetapkan yang tidak boleh dimakan oleh umat Allah ialah darah. Mengapa? Karena darah itu adalah nyawa. Dalam ayat 23 ditegaskan, “tetapi jagalah baik-baik, supaya engkau tidak memakan darahnya, sebab darah ialah nyawa. Engkau tidak boleh memakan nyawa bersama dengan daging”. Darah adalah nyawa. Darah adalah hidup. Makan darah berarti makan nyawa atau makan hidup. Semua makhluk hidup memiliki darah, mengeluarkan darah dari makhluk itu, maka makhluk tersebut akan mengalami kematian. Mengeluarkan darah dari manusia, maka manusia akan mati. Tidak makan darah dianggap sebagai “melakukan apa yang benar di mata Tuhan” (ayat 25). Jadi tindakan yang menyebabkan orang lain kehilangan nyawanya atau hidupnya adalah perbuatan yang tidak benar di mata Tuhan. Kita mengerti kalau salah satu perintah dalam hukum Tuhan yang patut dilakukan oleh umat Allah ialah “jangan membunuh” (Kel 20:13). Sebab, membunuh berarti menghilangkan nyawa dan kehidupan. Sebenarnya bukan hanya membunuh atau mengeluarkan darah dapat menghilangkan nyawa atau hidup orang lain. Orang sakit dan dibiarkan tanpa tindakan penyembuhan akan membawa kepada kematian. Demikian juga orang yang lapar dan dibiarkan lapar terus tanpa tindakan untuk memberi makan, maka orang itupun akan mengalami kematian. Kiranya inilah yang menjadi alasan mengapa setelah mengajar orang banyak tentang Kerajaan Allah, Yesus menyembuhkan orang dan memberi mereka makan (Luk 9:10 – 17). Kerajaan Allah adalah mengenai kehidupan, maka berkata-kata mengenai Kerajaan Allah patut disertai dengan tindakan memelihara kehidupan dan mencegah terjadinya kematian secara disengaja. Menyembuhkan dan memberi makan adalah tindakan mencegah terjadi kematian, sehingga orang tetap mengalami tanda Kerajaan Allah, yaitu kehidupan.
Ini pelajaran penting bagi orang Kristen dan secara khusus warga GKI di tanah Papua. Gereja ini mendasari pelayanannya dalam pandangan atau visi teologi Kerajaan Allah. Maka sudah merupakan sebuah keniscayan dalam GKI untuk melakukan tindakan pelayanan yang membawa kehidupan bagi warga gereja dan masyarakat pada umumnya. Sidang Sinode XVIII di Waropen mempertegas hal tersebut dengan menetapkan GKI sebagai gereja pembawa keadilan, kedamaian dan kesejahteraan. Tanah Papua dengan 6 (enam) provinsi disebut sebagai wilayah termiskin di Indonesia. Termiskin berarti ada masalah serius di bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, hukum dan lingkungan. Dalam kondisi Papua seperti ini, kita diingatkan, “jagalah baik-baik, supaya engkau jangan memakan darahnya…”. Orang Kristen dan secara khusus warga GKI, jagalah agar jangan memakan darah, jangan menyebabkan kematian di atas tanah ini. Sebaliknya, orang Kristen dan warga GKI harus menjadi pembawa kehidupan bagi setiap makhkuk yang ada di tanah Papua. Kita memang sedang ada di negeri yang kaya, tetapi penduduknya miskin. Kita sudah mengalami kemajuan dalam intelektualitas, banyak sekolah dan perguruan tinggi, banyak guru besar, tetapi masih banyak pula yang buta huruf dan terbelakang. Inilah paradoks Papua yang patut kita tanggapi serius dengan berjuang dan kerja keras untuk mewujudkan kehidupan yang adil, damai dan sejahtera. Amin! (Penulis: Pdt. DR. Sostenes Sumihe, M. Th)
Belum ada Komentar untuk "ULANGAN 12:1-28 BERIBADAH MENURUT KEHENDAK TUHAN"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.