RUPA - RUPA KARUNIA TETAPI SATU ROH (I Korintus 12:1-11; Kisah Para Rasul 2:32-40)

Hari ini kita merayakan hari Pentakosta atau keturunan Roh Kudus. Pentakosta ini mempunyai makna penting dalam karya keselamatan Allah. Tanpa Roh Kudus sekalipun Yesus sudah membebaskan kita dari kuasa dosa dan kematian, tetapi tanpa Roh Kudus bisa saja kita masih hidup dalam kuasa dosa dan kematian. Mungkin kita masih terikat dengan kehidupan lama yang dipengaruhi oleh kuasa kegelapan seperti orang Korintus. Tetapi oleh Roh Kudus, kita dituntun kepada pengakuan akan Kristus Yesus. Hal ini ditegaskan oleh Rasul Rasul kepada orang Kristen di Korintus demikian, “ tidak ada seorangpun yang dapat mengaku: “Yesus adalah Tuhan”, selain oleh Roh Kudus” (ayat 3). Tanpa Roh Kudus kita tidak mungkin mengaku dan beriman kepada Yesus Kristus. Jadi Roh Kudus memiliki peran penting dalam kehidupan kita. Roh Kudus membuat kita bisa mengku Yesus adalah Tuhan, dan Jurus’lamat kita.

 

Roh Kudus bukan hanya membuat kita bisa mengaku Yesus itu Tuhan, tetapi juga menjaga kita untuk bisa menjalani hidup ini di dalam kebenaran dan kekudusan, agar kehidupan kita tidak “dipikat dan ditarik kepada berhala-berhala yang bisu” (ayat 3). Ketika kita mengaku Yesus itu Tuhan, maka keberadaan kita bukan lagi orang yang ada di luar Kristus, melainkan ada di dalam Kristus. Dan setiap orang yang ada di dalam Kristus, hidup dalam kebenaran dan kekudusan. Karena itu orang Kristen, termasuk warga GKI adalah orang yang hidup dalam kebendaran dan kekudusan. Maka dalam tata gereja disebutkan jemaat GKI dalam arti warga GKI adalah murid Yesus dan tubuh Kristus. Sebutan ini sudah menunjukkan bahwa warga GKI adalah orang benar dan kudus di hadapan Allah dan di hadapan orang-orang di sekitar kita. Jadi mengaku Yesus sebagai Tuhan berarti hidup dalam tuntunan Roh Kudus. Rasul Paulus sangat meminta perhatian orang Kristen di Korintus mengenai hidup dalam Roh, karena Rasul Paulus menghendaki orang Kristen memahami bahwa setiap orang memiliki potensi diri yang dapat digunakan untuk pelayanan dalam jemaat. Potensi diri atau yang dalam bacaan hari ini disebut sebagai karunia itu ada bermacam-macam. Ada yang dapat karunia untuk mengadakan mujizat, ada yang dapat karunia untuk bernubuat, ada yang dapat karunia untuk melayani. Dalam GKI pun demikian, warga GKI memiliki potensi diri bermacam-macam. Ada yang punya potensi diri atau karunia sebagai pengusaha, sebagai petani, sebagai nelayan, sebagai guru/dosen, pegawai negeri/swasta. Karunia-karunia ini semuanya bersumber pada Roh yang satu dan yang sama, yaitu Roh Allah, Roh Kudus. Dalam ayat 11 kita membaca pernyataan penting dari Rasul Paulus mengenai hal tersebut. “Tetapi semuanya itu dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya”. Jadi Allah di dalam Roh Kudus yang menghendaki kita mendapat karunia tertentu. Bukan kita yang menentukan karunia apa yang kita miliki, tetapi Allah yang menentukan. Dan karena itu, kita patut menggunakan karunia-karunia yang kita miliki untuk kemuliaan Allah. Jangan kita angkuh dengan karunia yang kita miliki, jangan kita sombong dengan potensi diri yang kita punyai, melainkan rendah hati dan menggunakan karunia dan potensi diri kita semaksimal mungkin bagi kemuliaan Allah.

 

Karena itu, karunia yang berbeda-beda itu tidak boleh mengakibatkan perpecahan dalam jemaat. Karunia yang berbeda-beda itu patut menjadi kekayaan bersama untuk memperkuat pertumbuhan jemaat. Mengapa sering kali perbedaan-perbedaan potensi diri yang ada pada kita memicup perpecahan dalam jemaat? Karena kita tidak melihat potensi diri atau karunia yang ada pada kita sebagai pemberian dari Roh Kudus, melainkan sebagai kehebatan pribadi yang diraih melalui kerja keras, dan karena itu penonjolan diri, keangkuhan, kesombongan menjadi pemicu rusaknya persekutuan dalam gereja. Apapun potensi diri atau karunia yang kita miliki, semua itu berasal dari Roh yang satu dan yang sama. Karena itu orang Kristen, termasuk warga GKI, yang hidup dalam Roh tidak ada konflik dan perpecahan. Seringkali di dalam jemaat kita menemukan begitu banyak konflik dan perpecahan. Konflik di majelis jemaat, konflik di unsur-unsur jemaat (PKB, PW, PAM dan SM) dan konflik di rayon. Konflik-konflik tersebut menjadi tanda bahwa dalam jemaat kita gagal hidup dalam persekutuan dan kesatuan. Itulah sebabnya, tahun 2025 dalam GKI dikenal sebagai tahun kesehatian sebagai penghayatan dan pewujudan kesatuan kita karena kuasa Roh Kudus dalam gereja ini. Dalam gereja mula-mula sebagaimana kita baca dalam Kisah Para Rasul tadi dianjurkan untuk bertobat kalau gagal hidup dalam persekutuan, agar memperoleh karunia Roh Kudus (Kis 2:38). GKI di Tanah Papua adalah gereja yang memiliki jati diri persekutuan. Dalam persekutuan ada pengakuan dan penghargaan terhadap perbedaan sebagai karunia Roh Kudus. Karena itu, marilah di hari Pentakosta ini kita berkomitmen menggunakan segala potensi diri sebagai karunia Roh Kudus untuk membangun jemaat menjadi jemaat yang semakin dewasa, mandiri dan misioner. Konflik dan perpecahan dalam jemaat, konflik dan perpecahan dalam majelis jemaat atau Badan Pelayan Unsur sudah harus kita akhiri, dan menjalani kehidupan berjemaat dalam kesehatian, saling mendukung dan saling menopang, maka karunia-karunia yang baru dari Roh Kudus akan terus diberikan bagi kita. Amin! (Penulis: Pdt. DR. Sostenes Sumihe, M. Th)     

 

 

 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "RUPA - RUPA KARUNIA TETAPI SATU ROH (I Korintus 12:1-11; Kisah Para Rasul 2:32-40)"

Posting Komentar

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed