KHOTBAH 2: RUPA - RUPA KARUNIA TETAPI SATU ROH (I Kor 12:1-11; KPR 2:32-40)

Keragaman yang saling melengkapi adalah sebuah anugerah. Lihatlah sebuah paduan suara atau orkestra dimana perbedaan jenis suara atau alat musik yang terpadu dengan baik justru menjadi harmoni yang sangat indah. Kepada jemaat di Korintus Paulus tegaskan ada rupa – rupa karunia tetapi satu Roh. Dalam khotbah Petrus di Kisah Para Rasul juga ditegaskan karya Roh Kudus membawa hidup orang percaya dalam pertobatan dan orang percaya yang bertobat menerima pemberian karunia yang bersumber dari Roh Kudus. Ada rupa-rupa karunia tetapi satu Roh yg memberikannya. Ada rupa rupa pelayanan tapi satu Tuhan yang dilayani. Ada rupa rupa perbuatan ajaib tapi satu Allah yang mengerjakannya. Tema kita dalam perayaan Pentakosta hari ini: Rupa – rupa Karunia tetapi satu Roh. Karunia dalam teks ini memakai kata Yunani "charismata" artinya pemberian khusus dari Roh Kudus kepada orang percaya untuk membangun jemaat dan melayani sesama. Paulus mengingatkan jemaat di Korintus bahwa keberadaan karunia-karunia itu bukan dalam arti kepemilikan. Karunia bukan bersumber dari usaha manusia atau kehebatan manusia. Karunia itu alat bukan status. Karunia mengandung tanggung jawab bukan soal tingkat kesalehan atau kerohanianmu. Paulus menegor jemaat Korintus yang menganggap karunia tertentu lebih tinggi atau lebih penting dari yang lain. Paulus menegaskan bahwa tidak ada karunia yang lebih hebat dari yang lain, sebab semuanya berasal dari Roh yang sama dan bertujuan untuk membangun tubuh Kristus. Jadi Jemaat di Korintus yang beroleh karunia untuk berkata kata dengan hikmat, berkata - kata dengan pengetahuan, karunia iman, karunia penyembuhan, karunia kuasa mujizat, karunia bernubuat, karunia membedakan bermacam - macam Roh, karunia berkata kata dengan bahasa Roh, karunia untuk menafsirkan bahasa Roh; keragaman karunia itu seharusnya untuk melayani dan mempersatukan bukan untuk saling menyombongkan diri, atau untuk merendahkan orang lain apalagi menjadi sumber konflik. Karunia Roh Kudus bukan untuk disombongkan melainkan untuk membangun jemaat. Bukan untuk dipamerkan tetapi untuk melayani. Bukan untuk kebanggaan pribadi tetapi untuk memuliakan Allah. Ada rupa rupa karunia tetapi tidak berdiri sendiri sendiri karena semuanya saling melengkapi bagi kebaikan bersama.

 

Disebuah bengkel tukang kayu, alat – alat tukang kayu mau mengadakan rapat, tetapi peralatan itu bertengkar tentang siapa yang bisa pimpin rapat. Masing - masing alat mulai menonjolkan dirinya. Mereka saling menyerang satu dengan yang lain. Yang satu mulai mengejek pekerjaan yang lainnya. Merasa dirinya paling besar dan kuat, kapak berjalan ke depan dan bermaksud hendak memimpin rapat, tetapi palu protes. Bagi Palu, pekerjaan kapak hanya membelah-belah saja sehingga tidak pantas untuk memimpin rapat. Kapak pun balik menyerang bahwa palu pun tidak lebih baik darinya karena palu hanya menimbulkan suara yang keras dan membuat ribut. Palu pun bereaksi dan mulai menyudutkan bor yang menurutnya hanya menimbulkan lubang di sana sini. Bor tak mau kalah, ia menunjuk kepada gergaji yang hanya memotong saja. Dan Gergaji menyerang alat tukang yang lainnnya yaitu serut dan penggaris. Menurut Gergaji, serut dan penggaris juga tidak layak memimpin rapat karena serut pekerjaanya hanya di permukaan saja dan penggaris hanya sibuk mengukur saja.  Penggaris protes, baginya obeng lebih buruk lagi karena hanya dapat bekerja setelah diputar-putar & ditekan. Sementara alat - alat itu bertengkar, datanglah Tukang kayu Nazareth. Ia masuk ke bengkelNya itu. Mula mula, Ia mengambil pensil & pengaris, lalu mengukur dan menandai kayu yang akan dipakai. Gergaji, pahat, bor, obeng, palu dan paku serta amplas digunakan oleh sang Tukang kayu dan jadilah sebuah perabot yang kelihatan begitu indah karena hasil perpaduan dari seluruh kerja alat - alat pertukangan yang ada di dalam bengkel tersebut. Ibarat alat-alat tukang yang tetap berada dalam bengkel Sang Tukang Kayu dari Nazareth, seperti ilustrasi di atas, demikianlah kita hidup kita di tangan Tuhan. Karunia – karunia Roh Kudus hendaknya tidak dipakai untuk membentuk kelompok eksklusif yang menyerang jemaat dan menjadi oposisi dalam pelayanan jemaat karena merasa diri lebih baik dan lebih hebat dari yang lain. Hakekat Roh Kudus adalah mempersatukan dan bukan memecahkan persekutuan. Maka bersyukurlah bila kita dipercayakan Tuhan memiliki karunia khusus. Pakailah karunia itu untuk saling membangun dalam pelayanan demi kemuliaan nama Tuhan. Ingatlah, karunia-karunia Roh berfungsi untuk membangun, melengkapi, mempersatukan, menguatkan. Bersyukur untuk pencurahan Roh Kudus hari ini terus memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus untuk ada dalam persekutuan. Amin. Selamat hari Minggu. Selamat Merayakan Pentakosta I. Tuhan memberkati.

 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "KHOTBAH 2: RUPA - RUPA KARUNIA TETAPI SATU ROH (I Kor 12:1-11; KPR 2:32-40)"

Posting Komentar

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed