RANCANGAN KHOTBAH: SATU TEMPAT IBADAH (Ulangan 12:1-28)

Gagasan Utama:

Ibadah yang benar adalah ibadah yang ditentukan, dipusatkan dan disucikan oleh Tuhan.

 

Tujuan yang akan dicapai:

Jemaat memahami bahwa Ibadah yang benar bukan soal ritus saja tapi menyangkut ketaatan penuh, kekudusan hidup dan hati yang terpusat pada Allah.

 

Konteks saat itu:

Kitab Ulangan berisi pidato/nasihat/wejangan perpisahan Musa menjelang kematiannya, saat bangsa Israel berada di dataran Moab, bersiap menyeberangi Sungai Yordan untuk masuk ke tanah Kanaan. Generasi pertama yang keluar dari Mesir telah mati di padang gurun karena ketidaktaatan, dan Musa berbicara kepada generasi baru. Pasal 12 menandai awal dari "Hukum-hukum Khusus" yang menjabarkan aplikasi praktis dari Sepuluh Perintah Allah. Ulangan 12:1–28 berbicara tentang perintah Tuhan kepada umat Israel mengenai pusat ibadah yang satu, yaitu tempat yang akan dipilih Tuhan juga mengatur cara umat menyembah Tuhan, mempersembahkan kurban, dan menjaga kekudusan ibadah. Ulangan 12 adalah fondasi dari perintah untuk menyembah Allah dengan cara yang benar dan di tempat yang benar. Tuhan disembah sesuai cara dan tempat yang Tuhan tetapkan dan bukan menurut keinginan serta selera manusia. Pasal ini mempersiapkan umat untuk hidup sebagai bangsa kudus di tengah-tengah bangsa-bangsa yang fasik.

 

Kaitan dengan PB:

Dalam Ulangan 12, umat menyembah Tuhan terpusat pada satu tempat (Yerusalem, Bait Allah), juga mengatur berbagai jenis kurban persembahan, larangan tidak memakan darah serta pentingnya ketaatan kepada Tuhan agar hidup lama dan diberkati. Semuanya itu digenapi didalam Yesus. Dalam PB, tempat ibadah bukan lagi soal geografis, melainkan pribadi Yesus sendiri sebagai pusat penyembahan (band. Yoh 4:21-23). Yesus menjadi tempat ibadah sejati. Yesus adalah Anak Domba Allah, kurban yang sempurna, yang menggantikan seluruh sistem persembahan di Perjanjian Lama (Yohanes 1:29). Yesus mencurahkan darahNya menjadi sumber hidup kekal (Yoh 6:53-56). Yesus menggenapi hukum Taurat dan menuntun kita pada ketaatan oleh kasih dan iman bukan sekedar aturan legalistik.

Penjelasan Teks:

Ayat 1-4: Perintah bagi Israel: Pemusnahan berhala

Bagian ini diawali dengan pernyataan bahwa Tuhan sendiri yang memberi ketetapan dan peraturan. Kumpulan hukum pasal 12-16 adalah ketetapan dan peraturan bagi orang Israel. Ketetapan (Ibr: Huqqim) menunjuk pada perintah Tuhan yang harus ditaati (contohnya: cara mempersembahkan korban) sedangkan peraturan (Ibr: Mispatim) lebih mengarah pada aturan sosial dan hukum moral yang menata kehidupan umat secara praktis (contohnya: tentang cara menyembelih hewan). Ketetapan dan peraturan itu menjaga umat Israel dari godaan penyembahan berhala. Umat Israel yang akan masuk ke Kanaan tidak boleh menyembah Tuhan dengan cara - cara bangsa-bangsa kafir. Semua hal yang terkait dengan penyembahan berhala harus dihancurkan. Mezbah: tempat pembakaran korban untuk dewa – dewa; tugu berhala: tugu dari batu tunggal yang ditegakkan di kuil sebagai pemujaan Baal; tiang berhala: tiang suci dari kayu atau pohon berada dekat mezbah untuk penyembahan dewa; patung ilah: ukiran/pahatan dari batu, kayu, logam sebagai representasi fisik berbagai dewa, biasanya diletakkan di rumah atau kuil. Umat Israel tidak boleh mengikuti cara penyembahan bangsa – bangsa Kanaan sebab itu mencemarkan kekudusan Tuhan.

 

Ayat 5-14: Tempat yang dipilih Tuhan dan persembahan kurban

Tuhan tidak mengizinkan umat-Nya beribadah di sembarang tempat. Tuhan sendiri memilih satu tempat bagiNya sebagai tempat kediaman Tuhan dimana Tuhan menegakkan namaNya di situ, menjadi tempat umat beribadah dengan bersukaria serta tempat umat mempersembahkan kurban dan beroleh berkat. Persembahan yang dibawa umat ke tempat yang dipilih Tuhan: kurban bakaran (Ibr: olah): persembahan kurban yang dibakar habis pada mezbah sebagai tanda penyerahan diri secara total (tidak ada sisa daging yang dimakan; menjadi simbol penebusan dosa); kurban sembelihan (Ibr: zebah): Ini termasuk kurban keselamatan, syukur, dan persekutuan, sebagian dagingnya dibakar, sebagian lagi dimakan oleh orang yang mempersembahkan; persembahan persepuluhan (Ibr: ma’aser): sepersepuluh dari hasil panen atau ternak yang diberikan kepada Tuhan sebagai pengakuan bahwa segala berkat berasal dari Tuhan serta untuk menopang pelayanan imam dan orang Lewi; persembahan khusus (Ibr: terumah): Persembahan yang diberikan secara khusus, misalnya hasil panen pertama, bagian tertentu dari kurban sebagai bentuk penghormatan atau pengudusan kepada Tuhan; kurban nazar (Ibr: neder): kurban yang dipersembahkan sebagai penggenapan janji kepada Tuhan, seringkali disertai nazar atau ikrar/janji pribadi sebagai tanda keseriusan dan tanggung jawab umat dalam hubungannya dengan Tuhan; kurban sukarela (Ibr: nedabah): kurban yang diberikan secara sukarela sebagai ungkapan kasih dan kerelaan hati kepada Tuhan; persemabahn anak sulung lembu dan kambing domba: setiap anak sulung ternak adalah milik Tuhan, sebagai pengingat pembebasan dari Mesir dan tanda pengakuan bahwa Tuhan adalah pemilik kehidupan. Hukum mengenai persembahan kurban dapat dilihat dalam Kitab Imamat. Ibadah dan persembahan adalah wujud ketaatan pada ketetapan Allah. Allah ingin menjaga kekudusan ibadah dan menjauhkan umat-Nya dari pengaruh penyembahan berhala.

 

Ayat 15-19: Pusat Penyembahan Menyatukan Umat

Ketika Tuhan menetapkan satu tempat ibadah, itu juga menjadi sarana pemersatu umat Israel. Mereka datang dari berbagai suku, tetapi ketika beribadah, mereka berkumpul di satu tempat untuk mempersembahkan korban, persepuluhan, dan syukur mereka kepada Tuhan. Ibadah bukan aktivitas individual saja, tetapi persekutuan umat yang menyembah satu Allah. Ayat 19 memberikan penekanan khusus: “Jagalah dirimu, supaya jangan kaulupakan orang Lewi selama engkau hidup di negerimu.” Orang Lewi adalah suku yang dikhususkan untuk melayani di rumah Tuhan. Mereka tidak menerima milik pusaka tanah, karena Tuhan adalah milik pusaka mereka (Bilangan 18:20). Oleh sebab itu, umat Israel bertanggung jawab menopang pelayanan mereka.

 

Ayat 20-28: Hati – hati menuruti Hukum Tuhan  

Kembali diingatkan tentang satu tempat ibadah dan hal makan daging. Daging yang dimakan untuk konsumsi biasa dapat di manakan di mana saja tapi persembahan dan nazar harus dibawah ke tempat kudus Tuhan. Daging tidak boleh dimakan dengan darahnya, darah mesti ditumpahkan ke tanah, tidak dimakan dan tidak disimpan. Darah melambangkan nyawa dan kehidupan (Ulangan12:23). Darah adalah milik Allah. Memakan darah berarti mengambil hak Tuhan. Ayat-ayat terakhir mengingatkan kita akan pentingnya menaati perintah Tuhan dengan hati-hati. Dalam ayat 28: “Dengarkanlah dan lakukanlah segala perkara yang kuperintahkan kepadamu ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu sesudah engkau, sampai selama-lamanya...” Tuhan tidak sekadar memberi aturan, tetapi juga menyertai aturan-Nya dengan berkat.

 

Referensi lain dalam Alkitab:

II Tawarikh 6:6 “Tetapi Aku telah memilih Yerusalem supaya nama-Ku tinggal di sana dan Aku telah memilih Daud untuk memerintah atas umat-Ku Israel.”

Yohanes 4:21-24 “Akan datang saatnya, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem... Allah itu Roh, dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.”

 

Ilustrasi:

Seorang anak muda tinggal di rumah kontrakan bersama keluarganya. Suatu hari, ia kehilangan kunci rumahnya. Lalu ia mencoba membuka rumah itu dengan kunci teman, bahkan mencoba mencongkel pintu. Tapi tidak berhasil. Akhirnya ayahnya datang membawa kunci asli dan berkata: “Nak, kamu bisa mencoba banyak cara, tapi hanya satu kunci ini yang bisa membukakan rumah kita.” Begitupun dalam iman, Tuhan berfirman: “Hanya satu tempat yang Aku pilih untuk kamu datang kepada-Ku.” Dan kini, tempat itu bukan hanya bangunan, tetapi Pribadi Yesus Kristus, satu-satunya pusat penyembahan kita.

 

Aplikasi:

ü Tuhan yang memiliki otoritas dan hanya Tuhan yang patut disembah. Kesetiaan kepada Tuhan tidak dapat dibagi. Iman Kristen bukan sekadar percaya, tetapi juga hidup taat. Kita tidak bisa menyembah Tuhan sambil mengikuti keinginan hati sendiri. Tuhan menuntut kehidupan yang selaras dengan firman-Nya dan jangan mengikuti cara – cara duniawi.

ü Ibadah yang benar harus berdasarkan kehendak dan petunjuk Allah bukan keinginan manusia.  Ibadah bukan sekedar kewajiban tapi ibadah adalah perjumpaan umat dengan Allah yang membawa sukacita dan kedamaian dalam hidup persekutuan. Dalam PB, tempat ibadah bukan lagi soal geografis, melainkan pribadi Yesus sendiri sebagai pusat penyembahan. Yesus menjadi tempat ibadah sejati. Yesus adalah Anak Domba Allah, kurban yang sempurna, yang menggantikan seluruh sistem persembahan di Perjanjian Lama. Yesus mencurahkan darahNya menjadi sumber hidup kekal. Yesus menggenapi hukum Taurat dan menuntun kita pada ketaatan oleh kasih dan iman bukan sekedar aturan legalistik.

ü Ibadah bersama di gereja adalah ekspresi kebersamaan tubuh Kristus. Ibadah bukan hanya tentang saya dan Tuhan, tetapi tentang kita sebagai satu tubuh, satu umat, satu gereja. Kita dipanggil untuk membangun kesatuan dalam penyembahan, bukan berjalan sendiri-sendiri. Maka jangan remehkan persekutuan ibadah—karena di situlah kita dikuatkan bersama.

ü Pelayan Tuhan harus tetap dihargai. Mereka yang menyerahkan hidupnya untuk pelayanan penuh waktu karena itu mesti didukung secara spiritual dan materi. Gereja yang hidup adalah gereja yang menghormati dan mendukung para pelayan Tuhan.

 

Penutup:

Tuhan menetapkan satu tempat ibadah bukan untuk membatasi umat-Nya, tetapi untuk menjaga kemurnian ibadah mereka, menyatukan umat dalam kesetiaan, serta menjaga umat dari pencemaran penyembahan palsu. Dalam terang Perjanjian Baru, tempat ibadah itu kini bukan lagi bangunan fisik semata, tetapi kehadiran Kristus di tengah umat-Nya. Gereja adalah tempat kita menyembah Tuhan bersama dalam roh dan kebenaran. Maka marilah kita setia beribadah, menjaga kekudusan hidup, mendukung para pelayan Tuhan, dan membangun kesatuan tubuh Kristus. Amin.

 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "RANCANGAN KHOTBAH: SATU TEMPAT IBADAH (Ulangan 12:1-28)"

Posting Komentar

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

YANG PALING BARU

RANCANGAN KHOTBAH: SATU TEMPAT IBADAH (Ulangan 12:1-28)

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed