PENGARUH MODERNISASI, SEKULERISASI DAN ATHEISME DALAM KEHIDUPAN PEMUDA KRISTEN: MATERI MPO PAM

PENGANTAR

Perubahan adalah pasti. Hidup bergereja dan bermasyarakat selalu mengalami perubahan. Modernisasi, Sekulerisasi dan Atheime menjadi bagian dari proses dan dampak perubahan sekaligus sebagai tantangan dan peluang bagi Gereja. Di tengah tantangan dan peluang itu, Gereja termasuk generasi muda memaknai dirinya dan panggilan bergereja dalam konteks di mana ia ada, kini dan di sini.

 

PENGERTIAN MODERNISASI, SEKULERISASI DAN ATHEISME

Modernisasi adalah suatu proses perubahan dari keadaan tradisional menuju masyarakat yang lebih maju (modern) atau masa kini. Proses tersebut merupakan pergeseran sikap dan mentalitas sebagai masyarakat untuk dapat hidup sesuai dengan tuntutan masa kini. Modernisasi menghasilkan sistem sosial baru.

Contoh modernisasi yang bisa kita lihat dari penggunaan gadget dan internet yang terus semakin berkembang. Selain itu, contoh modernisasi juga terdapat dalam penggunaan traktor oleh petani. Penggunaan traktor itu telah menyebabkan pekerjaan petani di lahan menjadi ringan dan cepat.

 

Modernisasi menjadi zaman transformasi sosial secara khusus pengaruh dari dunia barat dengan beberapa ciri antara lain:

a.  Kemajuan teknologi - informasi yang semakin cepat.

Gaya hidup sebuah daerah menyebar dengan cepat seiring perkembangan  telepon genggam, televisi satelit, dan internet sehingga membuat jarak semakin dekat antara Inem di Jawa, Ale di Ambon, Jurgen di Jerman, Michelle  di Amerika dengan Insos di Papua. Kemajuan teknologi dan informasi telah membuat dunia menjadi ”tak selebar daun kelor”. Saling tukar informasi, pengetahuan, juga doktrin (baik atau buruk) semakin mudah dan cepat menyebar.

b.  Meningkatnya Interaksi Budaya.

Interaksi budaya terjadi melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional) sehingga kita dapat memperoleh hal-hal baru mengenai beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, bahasa, musik/hiburan, makanan dan lain - lain. Kota-kota kecil atau besar ditandai dengan berdirinya mall-mall dan restoran-restoran cepat saji antara lain seperti KFC, McDonald, Pizza Hut, yang kesemuanya itu bukan hanya persoalan ”perut” tapi juga gaya hidup.

c.   Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, dan lain-lain.

 

Pengaruh modernisasi ibarat Kanker yang menjalar dan menyusupi semua aspek kehidupan manusia dan berdampak baik positif maupun negatif.

1.   Dampak positif:

ΓΌ  Mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan

ΓΌ  Mudah melakukan komunikasi

ΓΌ  Cepat dalam bepergian (mobilitas tinggi)

ΓΌ  Memacu untuk meningkatkan kualitas diri

ΓΌ  Mudah memenuhi kebutuhan

2.   Dampak negatif:

ΓΌ  Krisis Moral dan Agama: Informasi yang tidak tersaring: lahan subur bagi pornografi dan pornoaksi, perilaku konsumtif, materialisme dan hedonisme.

ΓΌ  Krisis Sosial: Individualisme dan perjumpaan semu: membangun dunia sendiri, mengutamakan kepentingan sendiri dan tidak lagi saling peduli. Meningkatnya konflik dan kasus kriminilitas.

ΓΌ  Krisis Individu: Kehilangan Indentitas diri akibat budaya “tiru – tiru”: gaya berpakaian, model rambut, cara berbahasa cenderung mengikuti selebritis, jika tidak seperti itu disebut tidak gaul.

ΓΌ  Krisis Budaya: Mudah terpengaruh oleh hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan atau kebudayaan suatu Negara atau nilai – nilai kearifan lokal suatu daerah.

ΓΌ  Krisis Ekonomi: Yang kaya semakin kaya, yang berkuasa semakin menguasai dan tingkat kejahatan semakin kompleks

ΓΌ  Krisis Lingkungan: Bahaya Pecemaran Lingkungan yang lebih tinggi


Sekularisasi (Inggris: secularization) berasal dari bahasa Latin “saeculum” yang biasanya diartikan sebagai the temporal world (dunia temporal) masa kini. Sekulerisasi terjadi sebagai dampak dari modernisasi. Sekularisasi adalah hal-hal yang membawa ke arah kehidupan yang tidak didasarkan pada ajaran agama. Tesis sekularisasi mengarah pada keyakinan bahwa ketika masyarakat "berkembang", terutama melalui modernisasi dan rasionalisasi, agama kehilangan kekuasaannya di semua aspek kehidupan sosial dan pemerintahan. Dengan demikian, sekularisasi secara etimologis sebagai suatu proses penduniawian dan pelepasan dari nilai-nilai keagamaan. Pada abad ke 18 istilah sekularisasi dihubungkan dengan masalah kekuasaan dan kekayaan milik rohaniawan. Di abad ke 19, sekularisasi dimaksudkan kepada penyerahan kekuasaan dan hak milik gereja kepada negara dan yayasan duniawi. Kemudian di abad ke 20, sekulerisasi menunjuk pada perubahan peran agama

 

Atheisme (berasal dari kata bahasa Yunani kuno ἄθΡος atheos artinya "tanpa tuhan; tak bertuhan; sekuler; menyangkal atau menolak Tuhan”.. Atheisme adalah paham yang manyangkal keberadaan Tuhan/ kuasa yang lebih tinggi dari manusia. Atheisme merupakan dampak puncak dari sekulerisasi, berkembang sejak abad ke – 18.

 

SIKAP DAN PERAN GENERASI MUDA GEREJA  Di TENGAH MODERNISASI, SEKULERISASI DAN ATHEISME

Gereja yang merupakan perkumpulan orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus, mau atau tidak mau, sadar atau tidak sadar ada dalam pusaran ini. Bagaimana gereja bersikap dan berperan?

 

1.  Sikap yang Keliru

a.   Menjadi manusia Anti Modernisasi

Ekslusif: Membangun benteng dan tidak membuka diri terhadap perubahan seperti yang dilakukan oleh sekte – sekte tertentu.

b.   Menjadi manusia Apatis, Pesimis, Acuh

Kurang peka terhadap situasi sekitar, hanya mengurus urusan di dalam Gereja saja

c.    Menjadi manusia korban Modernisasi – Sekulerisasi - Atheis

Hanyut terbawa oleh segala perubahan globalisasi termasuk yang berdampak negatif.

d.   Menjadi manusia bertopeng

Hidup bagaikan Bunglon : di Gereja Suci, di luar Gereja Ruci

 

2.   Sikap yang seharusnya.

a.   Menjadi manusia Realistis dan Sadar Konteks

Tidak melarikan diri dari kenyataan dunia ini

b.   Menjadi manusia yang di panggil menjadi Garam dan Terang

Menyadari panggilan di tengah – tengah dunia.

c.    Menjadi manusia yang memiliki Integritas Iman

Mampu mempertahankan jati diri sebagai Imago Dei di tengah tantangan Modernisasi, Sekulerisasi dan Atheisme

d.   Menjadi manusia yang siap Bertarung dan Membangun strategi menghadapi setiap perubahan: “Berlaku cerdik seperti Ular dan tulus seperti Merpati” (Matius 10:16)

3.  Peran Gereja (GKI di Tanah Papua – PAM GKI)

Berbicara tentang peran gereja tentulah tidak terlepas dari panggilan “BERSAKSI, BERSEKUTU dan MELAYANI”. Sangatlah penting bagi Gereja untuk memaknai panggilan ini dalam kepekaan terhadap perubahan zaman ini.

a.   Bersaksi

ΓΌ Bersaksi dengan Kata dan Perbuatan sesuai konteks pergumulan masa kini. Gereja tidak hanya bicara soal Surga yang akan datang tetapi juga Surga yang harus diwujudkan kini dan sini yang akan mencapai kesempurnaan dalam Kehidupan kekal bersama Kristus.

ΓΌ Memiliki Integritas Iman secara pribadi dan persekutuan. Menjadi gereja yang missioner di tengah dunia.

b.   Bersekutu

ΓΌ Membangun persekutuan yang hangat bukan hambar. Persekutuan yang tidak hanya sekedar bertemu tetapi persekutuan yang memiliki hubungan personal yang akrab dan mengasihi.

ΓΌ Bersama – sama bertarung sebagai gereja menghadapi pengaruh globalisasi. Peran gereja di era globalisasi tidak hanya bisa di limpahkan kepada Pelayan Firman tetapi mesti menjadi tanggung jawab bersama selaku persekutuan. Ibarat bertarung bersama pada Arum Jeram zaman ini

c.    Melayani

ΓΌ Melayani dan membina dengan Kasih termasuk kepada mereka yang telah menjadi Korban Modernisasi, Sekulerisasi dan Atheisme, dalam artian tidak menertawai apalagi mencemohkan mereka tetapi menggembalakan mereka sebagai domba.

ΓΌ Merancang Program yang berdaya guna untuk menjawab persoalan

ΓΌ Berpikir Global bertindak Lokal

 

 

PENUTUP

Sama seperti ketika kita bepergian dari suatu pelabuhan ke pelabuhan lain dengan mempergunakan kapal, kita tidak mungkin menghalangi datangnya badai. Kita tidak perlu mencaci maki badai saat badai itu datang.  Yang harus kita lakukan adalah mempersiapkan kapal dan Anak Buah Kapal yang handal dan tangguh untuk mengahadapi badai juga membuat strategi : “membaca arah angin”, “mengatur layar” untuk mengendalikan angin serta “Tahan dan Berjuang Trus dalam Berjuangan Kudus” di tengah tantangan dan peluang Modernisasi, Sekulerisasi dan Atheisme. Jangan lupa: Percayakanlah seluruh pelayaran kita pada sang Nakhkoda Agung, kita pasti dapat menghadapi badai pusaran zaman ini. Tuhan memberkati!

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "PENGARUH MODERNISASI, SEKULERISASI DAN ATHEISME DALAM KEHIDUPAN PEMUDA KRISTEN: MATERI MPO PAM"

Posting Komentar

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

YANG PALING BARU

TATA IBADAH GKI DI TANAH PAPUA (Materi Pembinaan Majelis Jemaat)

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed