ANAK, SEBUAH PERSEMBAHAN BAGI ALLAH (Kejadian 22:1-19)
Iman seseorang yang dipilih dan dipanggil Allah bukanlah iman yang biasa-biasa, yang kalau menghadapi tantangan kehidupan langsung runtuh, melainkan iman yang teguh dan teruji dalam pengalaman hidup yang tidak mudah. Hal ini dapat kita lihat pada diri seorang Abraham sebagaimana dikisahkan dalam Kejadian 22: 1 – 19, yang menjadi bahan bacaan dan renungan dalam ibadah di semua jemaat GKI pada hari ini. Oleh Lembaga Alkitab Indonesia bagian tersebut diberi judul “Iman Abraham diuji”. Iman Abraham diuji. Siapa yang menguji? Pada ayat 1 disebutkan, “Allah menguji Abraham”! Kalau Allah menguji, maka di situ ada unsur pedagogis, aspek mendidik, bukan sekedar mencari tahu kualitas iman, tetapi sekaligus memperkokoh iman. Maka dapat dimengerti kalau Abraham memahami apa yang akan ia alami itu sebagai sebuah ibadah, karena memang terkait dengan penyembahan kurban bakaran kepada Tuhan. Kepada dua orang pembantunya Abraham berkata: “Aku bersama anak ini akan pergi ke sana. Kami akan beribadah…” (ayat 5). Ini akan sangat berbeda kalau Iblis yang melakukannya. Iblis tidak pernah menguji, tetapi mencobai untuk menjatuhkan. Ingat Iblis mencobai Yesus (Luk 4:1 – 13), tetapi tidak berhasil menjatuhkan-Nya.
Materi ujian bagi Abraham tidak mudah. Karena Abraham harus menyembeli dan membakar anaknya, Ishak, untuk menjadi kurban bakaran. Padahal anak ini juga diperoleh dengan pergumulan karena Sara mandul, sehingga mustahil bisa melahirkan. Tetapi Tuhan membuatnya bisa mengandung dan melahirkan Ishak. Karena itu, Ishak ini anak satu-satunya yang dikasihi Abraham. Namun Allah minta untuk dikurbankan. “Firman-Nya: Ambillah Ishak, anakmu yang satu-satunya, yang engkau kasihi. Pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai kurban bakaran…”(ayat 2). Abraham taat kepada Allah, ia siap persembahkan Ishak, anaknya. Ada beberapa pelajaran yang patut kita perhatikan dalam ujian Abraham itu. Pertama, Ishak adalah seorang anak yang lahir dari seorang perempuan, Sara, yang mandul dan mustahil bisa mengandung dan melahirkan seorang anak. Hanya oleh karena janji Allah kepada Abraham mengenai keturunan, kendati Sara usianya sudah lanjut, 90 tahun, Allah membuat Sara mengandung dan melahirkan Ishak. Jadi Ishak adalah pemberian Tuhan kepada Abraham, tetapi sekarang Tuhan minta untuk dipersembahkan sebagai kurban bakaran bagi-Nya. Sebuah permintaan yang tidak mudah, anak satu-satunya, namun harus disembeli menjadi kurban bakaran. Tetapi Abraham siap memberi kembali apa yang Tuhan berikan bagi dia. Di sini kita bisa melihat kedewasaan dan kualitas iman seorang Abraham. Ishak adalah anak satu-satunya yang dikasihinya, dan dia siap persembahkan bagi Tuhan. Abraham mau mempersembahkan yang terbaik dalam hidupnya bagi Tuhan. Yang seperti ini juga harus terjadi dalam kehidupan orang Kristen. Orang Kristen, termasuk warga GKI harus persembahkan yang terbaik dari dalam hidup ini, bukan yang sisa-sisa dari kepentingan baru dipersembahkan. Contoh saja, kalau di dompet ada pecahan Rp. 100.000 dan Rp. 5.000, maka umumnya yang kita ambil untuk persembahan adalah Rp. 5.000, bahkan kalau ada Rp. 1.000 pasti itu yang dimasukan ke dalam kantong kolekte. Yang besar dan yang baik kita klaim untuk kepentingan kita, sedangkan yang kecil yang mungkin tidak ada gunanya lagi bagi kita diberikan kepada Tuhan, padahal yang Tuhan berikan kepada kita selalu yang terbaik. Mari kita belajar dan meniru Abraham, mempersembahkan yang terbaik dari miliknya.
Kedua, ketika Ishak bertanya kepada Abraham: “dimana anak domba untuk kurban bakaran?” (ayat 7). Abraham menjawab: “Allah yang akan menyediakan anak domba untuk kurban bakaran bagi-Nya” (ayat 8). Abraham dan Ishak butuh anak domba untuk kurban bakaran. Abraham katakan kepada anaknya, Allah yang menyediakan kebutuhan kita. Ini juga tanda dan bukti kualitas iman Abraham. Abraham belum melihat ada anak domba yang tersangkut, tetapi dia percaya apa yang ia butuhkan Allah sudah sediakan, dan Allah pasti akan memberikannya. Iman Abraham ini terbukti, Ishak tidak jadi dipersembahkan sebagai kurban bakaran, karena Allah sudah menyediakan dan memberikan anak domba untuk menjadi kurban bakaran bagi Allah. Lalu Abraham memberi nama tempat dimana anak domba tersangkut: “Tuhan menyediakan” (ayat 14). Setiap orang Kristen, khususnya warga GKI patut selalu mengingat pengalaman Abraham tersebut, bahwa apa yang kita butuhkan dalam hidup ini Allah sudah menyediakan-Nya. Dan ketika kita minta dalam iman, pasti Allah memberikannya. Karena itu, dalam Ibrani 11:1 dicatat, “iman adalah dasar dari segala sesuatu yang diharapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak dilihat”. Jadi ketika kita minta dan berdoa untuk kebutuhan (bukan keinginan), maka Allah setia memberi, karena yang kita butuhkan dalam hidup ini Allah sudah sediakan. Allah menyediakan kebutuhan kita! Ketiga, oleh kerelaan Abraham menyerahkan anaknya untuk menjadi kurban bakaran bagi Allah, maka kepada Abraham, Tuhan berfirman: “karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang satu-satunya kepada-Ku, Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah…” (ayat 16-17). Karena Abraham mempersembahkan yang terbaik dari hidupnya, maka Allah memberi berkat yang berlimpah. Ini pelajaran penting bagi kita orang Kristen dan warga GKI. Ketika kita memberikan yang terbaik dari hidup kita kepada Allah, maka semua yang terbaik yang Allah sediakan bagi kita tidak akan ditahan-Nya, melainkan akan menjadi bagian dari kehidupan kita. Tidak berarti, pemberian Allah tergantung pada persembahan kita. Tidak! Allah sudah sediakan apa yang kita butuhkan, pesembahan yang terbaik dari kita adalah bukti iman atas apa yang sudah Allah sediakan bagi kita. Semakin kita sadar bahwa Allah sudah sediakan kebutuhan kita, maka persembahan yang kita berikan pun harus yang terbaik, dan itulah buah iman.
Keempat, berkat yang Allah janjikan yang akan diberikan kepada Abraham, karena menyikuti perintah-Nya ialah “membuat keturunan sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut’(ayat 18). Janji ini sudah dipenuhi, dimulai dengan membuat Sara yang mandul itu mengandung dan melahirkan, Ishak, yang kemudian beranak-cucu dan menjadi sebuah bangsa, bangsa Israel. Pengalaman Abraham ini menjadi pelajaran berharga bagi kita, yaitu keturunan kita, anak-anak kita, cucu-cucu kita, dan seterusnya adalah berkat Allah dalam kehidupan kita. Berkat ini diberikan untuk selalu mengingatkan kita agar taat akan firman dan kehendak-Nya dalam kehidupan kita. Sekaligus lewat keturunan kita, bangsa-bangsa di bumi ini mendapat berkat. Melalui kehadiran kita di tengah masyarakat kebaikan-kebaikan Tuhan bagi banyak orang tersalurkan. Dalam GKI komitmen untuk menjadi berkat dalam masyarakat sudah dinyatakan dalam Sidang Sinode ke-18 tahun 2022 di Waropen. Dalam sidang ini GKI menyatakan untuk menjadi gereja pembawa keadilan, kedamaian dan kesejahteraan. Hari ini hidup yang adil, damai dan sejahtera menjadi kerinduan banyak orang. Dan warga GKI harus menjawab kerinduan tersebut dengan bekerja dan berjuang untuk membangun kehidupan yang adil, damai dan sejahtera di Tanah Papua. Orang Kristen ada di Tanah Papua, warga GKI ada di Tanah Papua, maka sudah seharusnya kita bekerja dan berjuang untuk kesejahteraan Tanah Papua. Mari kita ingat dan hayati pesan Tuhan kepada para pemimpin Israel yang terbuang di Babel: “Usahakan kesejahteraan kota ke mana Aku membuangmu, dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu” (Yer 29:7). Mari kita berjuang dan bekerja membangun kehidupan yang adil, damai dan sejahtera di Tanah Papua, sebab hidup yang adil, damai dan sejahtera di tanah ini, adalah juga hidup yang adil, damai dan sejahtera bagi warga GKI di Tanah Papua. Amin! (Penulis: Pdt. DR. Sostenes Sumihe, M. Th)
Belum ada Komentar untuk "ANAK, SEBUAH PERSEMBAHAN BAGI ALLAH (Kejadian 22:1-19)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.