RANCANGAN KHOTBAH: JANJI KEPADA BUDAK - BUDAK IBRANI TIDAK DITEPATI (Yeremia 34:8-22)
Allah adalah pembebas yang menghendaki umat setia pada janji kepada Tuhan dan hidup dalam relasi yang membebaskan satu dengan yang lain.
Tujuan yang akan dicapai:
Agar jemaat memahami bahwa janji kepada Tuhan mesti ditepati dan jemaat memperlakukan sesame secara adil. .
Konteks saat itu:
Yeremia 34:8–22 ditulis pada masa akhir kerajaan Yehuda, sekitar tahun 588–587 SM, ketika Raja Zedekia memerintah (597–586 SM). Pada masa itu, Yerusalem sedang dikepung oleh tentara Babel di bawah pimpinan Nebukadnezar. Dalam suasana tertekan itu, raja dan rakyat membuat perjanjian di hadapan Tuhan: mereka berjanji membebaskan budak-budak Ibrani—baik laki-laki maupun perempuan—yang telah mengabdi selama enam tahun (sesuai hukum dalam Keluaran 21:2–6 dan Ulangan 15:12–18). Namun setelah pengepungan Babel sempat berhenti sejenak (karena pasukan Mesir datang membantu Yehuda), rakyat melanggar janji mereka. Mereka memaksa para budak yang telah dibebaskan untuk kembali menjadi budak. Tindakan inilah yang menimbulkan murka Tuhan dan menjadi pokok nubuat Yeremia dalam bagian ini. Melalui nabi Yeremia Tuhan menegur Yehuda karena ketidaksetiaan mereka. Tindakanyang dilakukan Yehuda bukan hanya pelanggaran terhadap sesama manusia, tetapi juga pelanggaran terhadap Tuhan sendiri.
Kaitan dengan PB:
Yeremia 34 memperlihatkan kegagalan manusia untuk setia pada perjanjian Lama. Namun dalam Perjanjian Baru, Yesus datang untuk menggenapi nubuat. Dengan kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus menegakkan perjanjian baru dalam darah-Nya. Bangsa Yehuda gagal membebaskan budak secara benar, mereka malah memperbudak kembali sesamanya. Yesus datang untuk membebaskan manusia dari perbudakan dosa: Yeremia menyoroti ketidaksetiaan manusia terhadap janji; sebaliknya, Yesus adalah bukti kesetiaan Allah terhadap janji Allah sendiri. Di dalam Yesus, Allah menunjukkan bahwa janji pembebasan dan pengampunan benar-benar. Perjanjian baru dalam Kristus membawa pembebasan sejati, bukan hanya sosial tetapi juga rohani.
Penjelasan Teks:
Ayat 8-11: Janji kepada Tuhan adalah kudus
Dalam ayat 8–11, Tuhan memuji tindakan awal Yehuda yang membebaskan budak-budak Ibrani. Tindakan itu adalah bentuk ketaatan terhadap firman Tuhan dan keadilan sosial sebagaimana ketetapan Tuhan. Awalnya, rakyat Yehuda menaati perintah Tuhan untuk membebaskan budak-budak Ibrani. Namun setelah situasi politik sedikit membaik — ketika tentara Babel mundur sebentar — mereka merasa tidak lagi perlu takut kepada Tuhan. Mereka “berubah pikiran”, artinya mereka membatalkan keputusan baik yang sudah mereka buat, lalu menarik kembali budak-budak itu. Umat tidak menghargai perjanjian dengan Tuhan yang Kudus. Janji umat tidak keluar dari hati yang sungguh-sungguh, melainkan dari tekanan keadaan. Yehuda disebutkan berubah pikiran. Frasa “berubah pikiran” dari kata Ibrani שׁוּב (shuv) yang berarti “berbalik,” “kembali,” “memutar arah.” Jadi, secara harfiah ayat itu berarti: “Mereka berbalik kembali (kepada tindakan lama mereka).” Artinya bukan sekadar “berpikir ulang,” tetapi berbalik dari ketaatan menjadi ketidaktaatan.
Ayat 12-17: Ketidaksetiaan Membawa Hukuman
Tuhan mengingatkan mereka melalui Yeremia tentang perintah-Nya di masa lalu: setiap orang Ibrani yang menjadi budak harus dilepaskan pada tahun ketujuh. Itu adalah tanda bahwa bangsa Israel tidak boleh hidup dalam penindasan, karena mereka sendiri pernah menjadi budak di Mesir dan telah ditebus oleh tangan Tuhan. Namun, mereka mengabaikan hukum itu. Ketika mereka menarik kembali para budak itu, mereka bukan hanya menindas manusia, tetapi juga mempermalukan nama Tuhan. Ayat 17 mencatat hukuman Tuhan yang sangat keras: “Maka beginilah firman Tuhan: Kamu tidak mau mendengarkan Aku untuk memberitakan kemerdekaan kepada sesama dan kepada sesaudaramu, maka sekarang Aku akan memberitakan kemerdekaan terhadap kamu, demikianlah firman Tuhan: kemerdekaan kepada pedang, penyakit sampar, dan kelaparan.” Mereka menolak untuk memaklumkan pembebasan kepada sesama, maka Tuhan pun memaklumkan “pembebasan” terhadap mereka — yaitu pembebasan dari perlindungan Tuhan sendiri! Ketika manusia menolak keadilan Tuhan, maka yang datang bukan berkat, tetapi murka.
Ayat 18-22: Tuhan menghendaki Pembebasan bukan Perbudakan
Dalam ayat-ayat ini, Tuhan menggunakan simbol perjanjian yang sangat kuat: ketika orang membuat perjanjian, mereka memotong anak lembu dan berjalan di antara potongannya sebagai tanda bahwa siapa yang melanggar perjanjian akan bernasib seperti lembu itu — mati terbelah. Tuhan mengingatkan bahwa Tuhan tidak akan membiarkan pelanggaran tanpa hukuman. Raja, para pemuka, dan seluruh rakyat yang melanggar perjanjian akan diserahkan ke tangan musuh. Yerusalem akan menjadi sunyi dan hancur.
Bagi Tuhan, kesetiaan dalam janji adalah hal yang sangat serius. Tuhan adalah Allah yang setia — Ia tidak pernah mengingkari janji-Nya kepada umat-Nya. Oleh karena itu, Ia juga menuntut kesetiaan dari umat-Nya. Bila kita tidak setia, kita sedang mencoreng gambar dan rupa Allah yang ada dalam diri kita.
Keluaran 21:2 “Apabila engkau membeli seorang budak Ibrani, maka enam tahun lamanya ia harus bekerja padamu, tetapi pada tahun yang ketujuh ia harus dilepaskan sebagai orang merdeka tanpa membayar apa-apa.”
Matius 5:37, “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak.”
Galatia 6:7 “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.”
Yohanes 8:36 “Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka.”
Ilustrasi:
ü Seseorang diminta menandatangani surat kosong dengan janji bahwa nanti isinya akan baik. Beberapa hari kemudian, ternyata isinya adalah kontrak yang merugikan dirinya sendiri. Ia menyesal karena menandatangani tanpa kesungguhan dan pengertian. Demikian bangsa Yehuda membuat perjanjian di hadapan Tuhan, tapi tanpa hati yang sungguh-sungguh. Mereka sekadar mengamankan diri dari situasi genting, bukan karena takut akan Tuhan.
ü Ada jemaat yang dulunya dengan semangat berkata, “Saya mau melayani Tuhan di sekolah minggu, di paduan suara, majelis dll.” Ia bahkan diteguhkan, dilantik dan disaksikan jemaat. Namun setelah beberapa waktu, kesibukan, rasa lelah dan hal – hal lain menjadi alasan kecil sampai alasan klasik, lunturlah komitmen. Janjinya kepada Tuhan berubah hanya menjadi kenangan di atas kertas.
Aplikasi:
ü Di tengah ketidaksetiaan manusia, ada satu yang tetap setia: Yesus Kristus. Yesus datang untuk menggenapi janji keselamatan Allah bagi dunia. Salib menjadi tanda kesetiaan Allah terhadap janji-Nya yang kekal. Karena itu, teladanilah Kristus yang setia dalam perkataan, tulus dalam komitmen, dan adil dalam memperlakukan sesama. Setialah pada janji pernikahan, janji peneguhan sidi, janji baptisan, janji pelayanan. Sebab Allah sendiri setia pada perjanjian kasihNya. Ia menggenapiNya dalam Yesus Kristus yang memerdekakan kita dari perbudakan dosa.
ü Saat Yehuda kembali menindas kembali para budak, mereka mengkhianati perjanjian kudus dengan Tuhan, dan menghina belas kasihan yang pernah mereka alami sebagai umat yang dahulu juga dibebaskan dari perbudakan Mesir. Marilah kita setia pada janji dan komitmen baik kepada Tuhan maupun sesama, karena janji mencerminkan karakter Allah yang setia. Janganlah memperbudak sesama dalam bentuk apa pun (ekonomi, emosi, kekuasaan, atau dosa). Janganlah memperbudak sesame dengan kuasa, uang atau egoism. Ingatlah, Kristus memanggil kita untuk membebaskan. Ia telah membebaskan kita dari perbudakan dosa.
ü Kesetiaan kepada Allah tidak dapat dipisahkan dari keadilan kepada sesama. Janji kepada Tuhan tidak boleh hanya diucapkan saat terdesak, lalu dilupakan ketika keadaan membaik. Jika ada janji yang diingkari, berdoalah memohon pengampunan Tuhan.
Penutup:
Tuhan tidak menutup mata terhadap janji yang diingkar. Janji bukan hanya soal moralitas, tetapi soal spiritualitas, soal kesetiaan kita kepada Tuhan yang setia. Marilah kita belajar untuk menepati janji kita kepada Tuhan dan sesama, sebab kesetiaan kecil yang kita jaga hari ini adalah dasar bagi berkat besar yang Tuhan percayakan esok hari. Jangan biarkan janji kita hanya jadi kata-kata di bibir, tetapi biarlah menjadi kesaksian hidup tentang kasih dan kesetiaan kepada Allah. Amin
Usulan Untuk Ibadah Rayon dan Unsur:
Aktivitas/Games: “Janji bagi Tuhan”
Tujuan: Menyadarkan peserta bahwa janji di hadapan Tuhan bukan sekadar kata, tapi tanggung jawab.
Alat: Kertas kecil dan alat tulis, kotak atau amplop besar bertuliskan “Perjanjian di Hadapan Tuhan”
Proses:
ü Ajak peserta merenung: “Janji apa yang pernah aku buat kepada Tuhan atau sesama tetapi belum aku tepati?”
ü Peserta menulis satu janji yang ingin diperbarui atau ditepati di hadapan Tuhan. Masukan ke kotak/Amplop
ü Tutup dengan doa bersama, memohon agar Tuhan menolong setiap orang untuk setia menepati janjinya.
Refleksi: “Tuhan menghargai janji yang ditepati, bukan yang hanya diucapkan.”
Belum ada Komentar untuk "RANCANGAN KHOTBAH: JANJI KEPADA BUDAK - BUDAK IBRANI TIDAK DITEPATI (Yeremia 34:8-22)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.