KHOTBAH 2: MEMBAYAR NAZAR (IMamat 27:1-34)
Janji adalah hutang. Hutang harus dilunasi. Janji mesti ditepati. Manusia begitu mudah berjanji tapi sulit menepati berbeda dengan Tuhan. Tuhan setia menepati janjinya. Janjinya sperti fajar pagi hari yang tiada pernah terlambat bersinar. Hubungan Allah dengan Israel diikat oleh perjanjian tetapi perjanjian itu bukan berpusat kepada manusia melainkan berpusat kepada Allah. Oleh sebab itu, segala hal terkait cara hidup Israel sebagai umat Allah diatur menurut kehendak Allah, ketetapan dan peraturan dari Allah bukan menurut keinginan manusia.
Pada Imamat 27:1-34 berisi ketetapan tentang membayar Nazar. Dalam bahasa Ibrani, kata yang dipakai adalah neder (× ֶדֶר) yang berarti sumpah atau janji yang dipersembahkan kepada Allah. Nazar berarti janji atau ikrar yang diucapkan kepada Tuhan, biasanya disertai dengan sebuah komitmen untuk memberikan sesuatu, melakukan sesuatu, atau mempersembahkan sesuatu sebagai tanda kesungguhan hati. Nazar bukan sekadar doa, tapi janji khusus yang mengikat seseorang di hadapan Allah. Seseorang bernazar untuk menyerahkan diri sendiri atau orang lain, harta benda kepada Tuhan, jika doanya dijawab Tuhan atau harapannya dikabulkan. Nazar bersifat sukarela, tetapi setelah diucapkan itu menjadi sebuah kewajiban. Bila seseorang bernazar, ia wajib menepatinya. Nazar bukan sekadar kata-kata yang keluar dari mulut, tetapi perjanjian kudus yang ditujukan kepada Allah yang hidup. Dalam Alkitab Perjanjian Lama disebutkan antara lain Hana bernazar memberikan anaknya (Samuel) untuk melayani Tuhan seumur hidup jika doanya dikabulkan (1 Sam. 1:11) Yakub bernazar memberikan sepersepuluh dari segala berkat jika Tuhan menyertainya dalam perjalanan (Kej. 28:20-22).
Jika Nazar tidak dilakukan maka yang bernazar wajib membayar tebusan. Semuanya diatur secara rinci untuk nazar manusia menurut usia dan ketentuan pembayaran, nazar hewan maupun nazar benda juga mengenai persembahan persepuluhan. Hal ini diatur sedemikian rupa dengan maksud agar orang lebih berhati – hati dalam bernazar. Bernazar itu berbicara tentang kesediaan dan kesetiaan untuk melaksanakan nazar setelah diucapkan dan memperhatikan nilai kekudusan. Semua peraturan ini mengatur bahwa apa yang diniatkan untuk Tuhan dan dikhususkan untuk Tuhan tidak dapat dikembalikan (ayat 28), karena ini menyangkut hubungan umat dengan Tuhan, bukan menyangkut janji antar manusia. Tuhan adalah Allah yang setia pada janjiNya. Janji penyelamatan manusia digenapi di dalam Yesus Kristus yang mati dan bangkit membawa kemenangan bagi kita. Maka teladanilah Tuhan yang setia dan tak pernah terlambat menggenapi janjiNya. Yesus sendiri adalah Nazar Allah bagi dunia. Ia mempersembahkan diri-Nya seutuhnya, bukan hanya sebagian, melainkan seluruh hidup-Nya sampai mati di kayu salib. Ia membayar harga penuh untuk menebus dosa kita.
Sejujurnya, manusia tidak pernah sanggup memenuhi seluruh nazarnya dengan sempurna. Ada harga yang harus dibayar, ada tebusan yang ditetapkan, ada kesulitan yang sering kali membuat manusia gagal. Tetapi syukur kepada Allah, karena di dalam Kristus kita menemukan penggenapan nazar yang sempurna. Yesus datang ke dunia bukan hanya untuk menepati janji Allah, tetapi juga untuk menebus kegagalan kita dalam menepati janji. Nazar bukan sebuah janji biasa antar sesama, tetapi dengan pemilik kehidupan yaitu Allah. Nazar bukan sekedar rangkaian kata-kata yang kosong, nazar terkait sebuah komitmen yang harus dipegang teguh. Seseorang yang bernazar itu hendaknya memiliki kejujuran, mempunyai integritas sebab apa yang dilakukan itu bersesuaian dengan apa yang dikatakan, dan seorang yang memiliki pertimbangan yang matang. Setialah pada janji di dalam Tuhan. Janji melayani Tuhan dengan setia dan sungguh-sungguh, komitmen untuk memberi persembahan syukur atau pun persepuluhan. Janji untuk tetap setia dalam hidup bersama dan banyak janji lainnya. Berikanlah yang terbaik sebagai tanda ungkapan syukur atas karya besar yang telah Kristus nyatakan untuk hidup kita. Roma 12: 1 berkata :karena itu saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu, sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah. Itu adalah ibadahmu yang sejati. Allah menghargai kesetiaan dalam janji. Nazar bukan permainan kata-kata, melainkan komitmen kudus di hadapan Allah. Tuhan memanggil kita untuk menepati janji kita, sebab Ia sendiri adalah Allah yang setia. Kita bersyukur, karena di dalam Kristus kita memiliki Juru Selamat yang telah menggenapi semua nazar kita. Dialah persembahan yang sempurna, Dialah yang membayar tebusan kita. Maka marilah kita hidup dengan setia, menepati janji, dan mempersembahkan hidup kita sebagai nazar bagi Allah. Roh Kudus menolong kita untuk menjadi umat yang bukan hanya pandai berjanji, tetapi setia menepati janji, demi hormat dan kemuliaan nama Tuhan. Amin
Belum ada Komentar untuk "KHOTBAH 2: MEMBAYAR NAZAR (IMamat 27:1-34)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.