RANCANGAN KHOTBAH: IMAN YANG MEMPERSATUKAN KITA (Ibrani 11:1-40)
Allah terus bekerja menyatakan kuasaNya dalam iman yang mempersatukan.
Tujuan yang akan dicapai:
Agar jemaat dapat hidup dalam iman yang setia, taat, tahan uji dan terus bertumbuh dalam Kristus.
Konteks saat itu:
Kitab Ibrani ditulis untuk orang-orang Kristen Yahudi yang sedang mengalami tekanan, penderitaan, dan godaan untuk kembali kepada Yudaisme. Tujuan utama kitab ini adalah: meneguhkan iman jemaat supaya tetap berpegang pada Yesus Kristus. Menunjukkan keunggulan Kristus atas sistem keagamaan lama (Musa, imam besar, korban, hukum Taurat). Mendorong ketekunan iman, karena janji Allah pasti digenapi. Pasal 11 berisi contoh konkrit dari orang-orang yang hidup oleh iman — bukan karena melihat, tetapi karena percaya kepada janji Allah. Ibrani 11 menampilkan tokoh-tokoh Perjanjian Lama yang hidup dalam keyakinan kepada Allah, sekalipun mereka belum menerima penggenapan janji sepenuhnya.
Kaitan dengan PL:
Kaitan Ibrani 11:1–40 dengan Perjanjian Lama sangat erat, karena pasal ini merupakan ringkasan iman tokoh-tokoh besar dalam sejarah Israel yang semuanya berasal dari Perjanjian Lama. Penulis kitab Ibrani memakai sejarah PL untuk menunjukkan kesatuan rencana Allah dan bagaimana iman menjadi dasar hubungan manusia dengan Allah sejak dahulu kala. Semua pahlawan iman hidup dalam pengharapan masa depan yakni pemenuhan janji Allah di dalam Kristus.
Penjelasan Teks:
Ayat 1-3: Iman: Dasar dari Kesatuan
Kata “iman” dalam Ibrani 11 dari bahasa Yunani: “πίστις” (pistis) yang berarti iman, kepercayaan, keyakinan, kesetiaan, keteguhan hati. Kata ini berasal dari akar kata “peitho” (πείθω) yang berarti percaya, diyakinkan, tunduk, atau menaruh percaya pada seseorang. Jadi pistis berarti keadaan hati yang yakin dan percaya karena sudah diyakinkan sepenuhnya. Pistis berarti keyakinan yang aktif dan teguh kepada Allah, bukan hanya percaya bahwa Allah ada, tetapi juga percaya bahwa Allah pasti menepati janji-Nya. Pistis tidak hanya menunjuk pada “percaya secara intelektual,” tetapi meliputi seluruh sikap hidup yang percaya kepada Allah, mengandalkan Tuhan, taat kepada kehendak-Nya, bertekun meskipun belum melihat hasilnya. Karena itu, iman (pistis) adalah iman yang aktif, dinamis, dan menghasilkan ketaatan. Iman inilah yang menjadi dasar pengharapan. Kata “dasar” dalam bahasa Yunani adalah hypostasis, yang berarti sesuatu yang berdiri kokoh, pondasi, atau keyakinan yang teguh. Artinya, iman bukan hanya perasaan optimis, melainkan keyakinan yang kuat bahwa janji Allah pasti terjadi, meskipun kita belum melihatnya. Kata “bukti” dalam bahasa Yunani elegchos berarti keyakinan yang memberi kepastian, walau mata jasmani belum melihatnya. Iman memberi kita keyakinan bahwa Allah bekerja meski kita belum melihat hasilnya. Tanpa iman, kita tidak dapat mengenal Tuhan, apalagi bersatu sebagai umat-Nya.
Ayat 4-12: Iman: Kesetiaan kepada Tuhan dari zaman ke zaman
Tokoh-tokoh iman: Habel, Henokh, Nuh, dan Abraham, hidup di masa yang berbeda, namun kesetiaan iman mereka sama. Habel mempersembahkan korban yang lebih baik karena imannya. Henokh bergaul dengan Allah karena imannya. Nuh membangun bahtera di tengah ejekan karena imannya. Abraham meninggalkan negerinya dan pergi ke tempat yang tidak ia ketahui karena imannya. Iman melintasi zaman dan budaya serta menyatukan orang percaya.
Ayat 13-31: Iman: Ketaatan yang menyatukan tindakan
Iman sejati selalu menghasilkan ketaatan. Abraham rela mempersembahkan Ishak karena percaya kepada janji Allah. Musa menolak disebut anak Firaun dan lebih memilih menderita bersama umat Allah. Bangsa Israel menyeberangi Laut Teberau dengan iman.Rahab, seorang perempuan berdosa, diselamatkan karena ia percaya kepada Allah. Iman tidak berhenti di mulut, tetapi diwujudkan dalam tindakan nyata.
Ayat 32-38: Iman: Menang dalam penderitaan
Gideon, Barak, Simson, Daud, dan Samuel, serta banyak orang lain yang menderita karena iman mereka. Ada yang menang dalam peperangan, ada pula yang disiksa, dilempari batu, dbahkan dibunuh. Namun mereka semua tetap beriman. Iman sejati bukan berarti hidup tanpa penderitaan tapi menang dalam ujian. Di tengah derita itu, Tuhan menolong.
Ayat 39-40: Iman: Penggenapan Sempurna di dalam Yesus
Puncak dari kesatuan iman yaitu Kristus. Seluruh tokoh dalam Ibrani 11 menantikan penggenapan janji Allah yang akhirnya digenapi dalam diri Yesus Kristus. Iman bukan hanya milik generasi masa lalu atau masa kini, melainkan sebuah jembatan yang menghubungkan seluruh umat Allah dari masa ke masa dalam satu tubuh Kristus. Kesempurnaan iman tidak ditemukan pada tokoh-tokoh besar itu, melainkan dalam Yesus. Yesus adalah pusat iman yang mempersatukan. Tanpa Kristus, iman menjadi dogma yang kosong; tetapi dengan Kristus, iman menjadi hidup, menghidupkan, dan mempersatukan.
Referensi lain dalam Alkitab:
Habakuk 2:4b “Orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya.”
Yakobus 2:17b Jika iman itu tidak disertai perbuatan, iman itu pada hakekatnya mati
Roma 8:25 'Jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.
Yohanes 20:29 “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”
Ilustrasi:
ü Seorang petani menanam benih di tanah. Ia tidak bisa melihat apakah benih itu tumbuh atau tidak, tapi ia percaya dan menunggu dengan sabar. Setelah beberapa waktu, tunas kecil muncul. Iman seperti benih yang ditanam—kita mempercayai proses dan janji Tuhan, meskipun hasilnya belum kelihatan.
ü Ketika seorang anak kecil memegang satu potongan puzzle, ia tidak mengerti bagaimana bentuk akhirnya. Namun ibunya yang tahu gambar utuh menyuruhnya menaruh potongan itu pada tempatnya sampai membentuk gambar yang utuh. Iman adalah mempercayai Tuhan yang melihat seluruh gambar hidup kita. Kita mungkin hanya memegang satu potongan kecil, tetapi Tuhan menyusun semuanya menjadi sempurna (Roma 8:28).
Aplikasi:
ü Iman bukan sekadar pengakuan, tetapi gaya hidup yang nyata dalam tindakan, ketekunan, dan ketaatan. Iman menuntun pada ketaatan, bukan kenyamanan. Semua tokoh iman bertindak bukan karena bukti yang terlihat, melainkan karena percaya pada janji Allah.
ü Ibrani 11 berisi kesaksian iman lintas generasi yang menunjukkan bahwa umat Allah selalu disatukan oleh iman yang sama yaitu iman kepada Allah yang setia, yang menepati janji-Nya dalam Kristus Yesus. Iman menyatukan seluruh umat Allah: dari Habel sampai gereja di masa kini sebagai satu keluarga Allah. Iman inilah yang membuat gereja termasuk GKI di Tanah Papua yang merayakan HUT ke – 69 pada 26 Oktober bersama Gereja di segala zaman dan tempat, tetap bertahan, berjalan, dan bersatu dalam pengharapan yang sama.
ü Kita sebagai gereja di masa kini dipanggil untuk hidup dengan iman yang teguh di tengah dunia yang penuh penderitaan dan ketidakpastian.
ü Iman berakar pada karakter Allah yang setia. Karena Allah setia, maka iman tidak sia-sia, walaupun hasilnya belum tampak sekarang.
Iman yang sejati bukan sekadar keyakinan pribadi, melainkan kekuatan yang mempersatukan umat Allah dari segala zaman dan tempat. Iman menyatukan kita di atas dasar yang sama — Yesus Kristus. Iman menyatukan bahasa kita — bahasa ketaatan. Iman menyatukan penderitaan kita — karena kita berjalan di jalan yang sama. Dan iman menyatukan pengharapan kita — menuju tanah perjanjian kekal di surga. Teladanilah iman para tokoh Alkitab kasih, ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan. Marilah berdiri teguh sebagai Gereja (GKI di Tanah Papua) dalam iman yang mempersatukan kita yaitu iman kepada Yesus Tuhan dan Juruselamat kita.cAmin
Usulan Untuk Ibadah Rayon dan Unsur:
Metode sesuai Buku Manna: Renungan
Aktivitas/Games: "Galeri Pahlawan Iman"
Tujuan: Mengenal dan meneladani tokoh-tokoh iman dalam Ibrani 11.
Alat: Kertas Manila, spidol, Alkitab, alat gambar.
Proses:
ü Setiap kelompok memilih satu tokoh dari Ibrani 11 (misalnya: Nuh, Abraham, Musa, Rahab, Gideon, Daud, dll).
ü Baca bagian yang menyebutkan tokoh itu dan kisahnya di PL.
ü Buat poster berisi:Nama tokoh, Tantangan yang ia hadapi, Tindakan iman yang dilakukan, Hasil dari imannya
ü Setiap kelompok mempresentasikan hasilnya
Makna: Iman nyata dalam tindakan — meski hasilnya belum terlihat sekarang, seperti para saksi iman di Ibrani 11.
Aktivitas/Games: “Kisah Imanku”
Tujuan: Mengajak peserta merenungkan perjalanan imannya sendiri.
Alat: Kertas dan pena.
Proses:
ü Ajak peserta menulis seperti gaya Ibrani 11:
“Dengan iman, saya … (ceritakan pengalaman pribadi percaya kepada Tuhan meski sulit).”
ü Menyampaikan hasil bagi semua
Makna:
Tuhan masih bekerja melalui iman orang percaya hari ini. Kita adalah bagian dari kisah iman itu.


Belum ada Komentar untuk "RANCANGAN KHOTBAH: IMAN YANG MEMPERSATUKAN KITA (Ibrani 11:1-40)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.