RANCANGAN KHOTBAH: MEMBERI DENGAN HATI YANG TULUS (Markus 12:41-44)
Gagasan Utama:
Tuhan melihat ketulusan hati dan pengorbanan yang penuh kasih dalam pemberian persembahan.
Tujuan yang akan dicapai:
Warga jemaat terdorong untuk memberi dengan hati yang tulus dan berkorban dengan penuh kasih kepada Yesus sang Juruselamat
Konteks saat itu:
Injil Markus berisi kesaksian tentang Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah (Markus 1:1), dengan penekanan kuat pada pelayanan, penderitaan, dan pengorbanan Yesus. Yesus datang “bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya” (Markus 10:45). Markus 11–13 menggambarkan masa pelayanan Yesus di Yerusalem, menjelang penderitaan dan kematian-Nya. Dalam pasal 12, Yesus sedang mengajar di Bait Allah, berdebat dengan para pemimpin agama Yahudi yang menentangNya. Markus 12:41-44 adalah bagian akhir pasal 12 setelah pengajaran Yesus tentang kemunafikan ahli-ahli Taurat (Markus 12:38–40); di mana Yesus menegur pemimpin agama yang senang dihormati, mengenakan jubah panjang, duduk di tempat terhormat, namun menindas para janda dan berdoa dengan pura-pura.
Peti persembahan di Bait Allah:
Ada 13 peti persembahan berbentuk corong (disebut shofarot) di pelataran perempuan. Orang-orang Yahudi (baik laki – laki maupun perempuan) menaruh persembahan di situ untuk pemeliharaan Bait Allah. Peti persembahan itu bentuknya seperti trompet atau corong (bagian atasnya sempit dan bagian bawahnya lebar) dan terbuat dari perunggu atau logam. Biasanya orang datang dengan membawa uang logam, menuangkannya ke dalam peti-peti itu dengan bunyi gemerincing uang logam ketika jatuh ke dalam wadah logam — bunyi itu bisa menarik perhatian orang sekitar.
Kaitan dengan PL:
Dalam Perjanjian Lama, persembahan di Bait Allah merupakan bagian penting dari ibadah umat Israel. Ulangan 16:17 – “Setiap orang harus memberi menurut berkat yang diberikan Tuhan kepadanya.” Prinsipnya bukan besar jumlahnya, melainkan kesesuaian dengan berkat dan kerelaan hati.
Perjanjian Lama menekankan perhatian Allah kepada janda, yatim, dan orang miskin. Ulangan 10:18 – “Sebab TUHAN membela hak anak yatim dan janda.” Tapi pada zaman Yesus, pemimpin agama justru menelan (merampas) rumah janda – janda (Markus 12:38-40)
Dalam Perjanjian Lama, Bait Allah adalah pusat penyembahan. Sedangkan persembahan diberikan sebagai tanda syukur dan penyerahan diri kepada Allah. Namun Yesus melihat bahwa Bait Allah sudah dipenuhi dengan kemunafikan dan kesombongan religius (Markus 12:38–40).
Penjelasan Teks:
Ayat 41-42: Yesus Melihat Hati yang Tulus bukan Jumlah
Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang memberi. Yesus memperhatikan dengan seksama. Yesus tidak hanya melihat apa yang tampak di luar, tetapi Yesus mengetahui apa yang tersembunyi di dalam hati setiap orang. Banyak orang kaya memberi dalam jumlah besar. Mereka memberi dari kelimpahan, tanpa terasa kehilangan apa pun. Mereka mempunyai banyak dan saat mereka memberi mereka juga beroleh banyak perhatian dan pujian karena pemberian itu. Lalu datang juga seorang janda yang miskin. Ia disebutkan tanpa nama. Ia disebutkan dengan status sebagai seorang janda. Sebagai janda ia bukan hanya seorang perempuan yang kehilangan suami, tetapi ia juga bagian dari kelompok yang sangat rentan secara sosial dan ekonomi. Kelompok yang tidak dianggap dan tidak dipandang di tengah masyarakat. Seorang janda tidak memiliki perlindungan hukum yang kuat. Sebab perempuan di Israel bergantung pada suami atau anak laki-lakinya untuk kehidupan ekonomi dan perlindungan sosial. Para janda sering menjadi korban ketidakadilan. Para janda identik dengan kemiskinan dan ketidakberdayaan. Tidak disebutkan apakah perempuan janda ini ditinggal mati atau ditinggal pergi oleh suaminya. Namun secara jelas disebutkan ia adalah seorang janda yang miskin (Yun: chēra ptōchē). Kata “ptōchē” (miskin) yang dipakai bukan sekadar miskin karena kekurangan secara material, melainkan sangat miskin, hidup dalam kemelaratan total, seseorang yang bergantung sepenuhnya pada belas kasihan orang lain untuk bertahan hidup. Janda miskin ini bukan hanya perempuan yang hidup tanpa suami, tetapi juga hidup tanpa sumber penghidupan yang layak, tanpa perlindungan keamanan, dan status sosial yang pantas. Meski demikian janda ini juga memberi persembahan pada peti persembahan itu. Ia tidak merasa malu karena kalah bersaing dengan orang – orang kaya yang memberi banyak. Yesus melihat apa yang diberi perempuan janda ini. Ia memasukan dua peser yaitu satu duit (TB1 ) – dua uang tembaga yaitu uang receh terkecil (TB2). Dua peser (lepta) adalah koin Yahudi terkecil; logam paling kecil yang tipis dan ringan. Satu duit adalah mata uang romawi yang terkecil. Pemberian janda ini disebutkan dalam nilai uang Yahudi dan Romawi. Artinya bahwa persembahan janda ini benar – benar kecil dan tak berarti secara ekonomi. Ketika banyak orang kaya memberi dengan uang perak atau emas — bunyinya keras dan nyaring saat jatuh ke peti persembahan, dan tentu saja mendapatkan pujian dan perhatian banyak orang. Sedangkan dua peser, yang ringan dan kecil, mungkin bahkan tidak terdengar bunyinya ketika dimasukkan. Persembahannya tidak menarik perhatian siapa pun, tetapi diperhatikan oleh Yesus sendiri. Yesus mendengar dan melihat yang tidak dilihat orang lain. Yesus melihat hati yang berserah. Di mata Yesus dua peser yang dipersembahkan si janda lebih besar dari emas dan perak yang dari orang kaya.
Ayat 43-44: Persembahan yang mengandung pengorbanan
1 Samuel 16:7 – “Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.”
1 Raja-raja 17:8–16 – Janda di Sarfat membuat roti untuk Elia dari persediaan tepung dan minyak terakhir yang dimilikinya. Ia memberi dari kekurangannya dan menunjukkan iman penuh kepada Allah.
Markus 10:45 ‘Karena anak manusia juga datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.
Ilustrasi:
ü Seorang pegawai kantor selalu membeli dua gelas kopi setiap pagi — satu untuk dirinya, satu untuk petugas kebersihan di depan gedung. Ketika temannya bertanya, “Kenapa repot-repot?” Ia menjawab, “Saya ingin orang lain juga merasakan disapa dengan kebaikan.” Nilainya kecil, tapi dampaknya besar. Kadang pemberian sederhana yang keluar dari hati yang tulus bisa menjadi berkat besar bagi orang lain.
ü Jemaat Zoar Klaligi sedang bergumul untuk renovasi bagian atap Gedung Gereja. Panitia melakukan upaya dana dengan membagi kartu janji Iman bagi warga jemaat. Hal yang sangat mengharukan adalah ternyata dari warga jemaat yang sudah melunasi Kartu Janji Iman, termasuk juga para janda yang secara ekonomi hidup mereka sulit. Para janda itu merasakan kasih Tuhan yang besar di dalam hidup mereka dan itu menggerakkan mereka dengan sukacita menopang pekerjaan Tuhan sekalipun mereka sendiri hidup berkekurangan.
Aplikasi:
ü Betapa mudahnya kita memberi dari kelimpahan kita — dari waktu luang, dari uang sisa, dari tenaga berlebih. Tapi ingatlah bahwa Yesus telah mati dan memberikan hidupnya karena kasihNya kepada kita. Maka berilah kepadaNya dalam kasih dan iman. Yesus melihat ketulusan dan kesungguhan hati meskipun yang kita beri adalah hal yang kecil dalam pandangan dunia. Jangan takut dipandang rendah oleh manusia. Jangan menunggu berlebih baru memberi. Tapi jika diberkati lebih, maka berilah yang terbaik. Marilah kita memberi bagi Tuhan dengan ketulusan dan kesungguhan hati. Yesus melihat hati yang percaya dan berserah penuh kepadaNya. Dunia menilai dari jumlah, tetapi Allah menilai dari ketulusan. Dunia melihat besar kecilnya angka, tetapi Allah melihat dalamnya kasih.
ü Yesus telah memberi seluruh hidupnya untuk kita. Ia mengorbankan diriNya sampai mati dikayu salib. Pengorbanan Yesus adalah pengorbanan yang total. Mari bersyukur atas kasih dan pengorbanan Yesus. Mari berani berkorban untuk memberi yang terbaik bagi kemuliaan Tuhan. Berilah dari apa yang kita miliki dalam hidup. Bukan untuk mendapatkan pujian dunia atau untuk mendapatkan keuntungan bagi diri sendiri tetapi bagi kemuliaan Tuhan. Jangan hitung – hitungan dengan Tuhan sebab apapun yang kita persembahkan bagi Tuhan semua berasal dari pemberian tanganNya sendiri (I Taw 29:14). Jangan khawatir akan masa depan dan hari esok sebab Tuhan yang pegang hari esok. Di dalam Tuhan, masa depan sungguh ada dan harapan tak akan hilang (Amsal 23:18)
Penutup:
Yesus melihat ketulusan dan kesungguhan hati maka persembahkanlah yang terbaik bagi Tuhan dalam hidup, kerja dan pelayananmu. Apakah itu uang, atau talenta atau waktu kita dan bahkan hidup kita. Seperti pujian “B’ri Yang Terbaik”:
Tuhan memanggilmu: "B'ri yang terbaik!"
Apapun milikmu, b'ri yang terbaik.
K'rahkan tenagamu, tanpa upah,
Hanya untuk kemuliaan Allah.
Tiap bakti diberkatiNya,
Tapi yang terbaik dipintaNya;
Apapun milikmu, Ya, sabdaNya:
"B'rikan kepadaKu segalanya!"
Tuhan Memberkati. Amin


Belum ada Komentar untuk "RANCANGAN KHOTBAH: MEMBERI DENGAN HATI YANG TULUS (Markus 12:41-44)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.