KHOTBAH 2: KETAATAN IMAN YANG MEMBAWA KESEMBUHAN (2 Raja - raja 5:1-27)

Adakah dari kita yang saat ini sedang sakit? Puji Tuhan, kita semua menikmati anugerah kesehatan dari Tuhan. Itu sebuah anugerah yang harus disyukuri sebab kalau kita sakit bisa jadi kita tidak ada di sini. Mungkin kita tinggal di rumah, tidur saja, lemah letih lesu dan tidak bergairah untuk melakukan aktivitas. Atau kita di rumah sakit, dengan infus, dengan banyak obat, dan dengan berbagai kondisi khusus saat sakit. Saya yakin tidak ada seorangpun dari kita yang mau sakit. Kita selalu berdoa untuk tetap sehat. Dan saat sakit kita berusaha untuk sembuh. Tema kita: Ketaatan Iman yang Membawa Kesembuhan. Ternyata kesembuhan itu bukan hanya soal kita punya uang untuk membayar biaya rumah sakit, bukan hanya soal kita punya kenalan dokter hebat yang bisa menolong tapi soal ketaatan iman. Naaman, seorang panglima Raja Aram. Jabatannya mantap, karirnya sukses. Ia menjadi kesayangan dan kebanggaan raja. Tuhan bahkan memberikan kemenangan kepada orang Aram melalui Naaman. Tapi Namaan sakit kusta. Namaan pasti sudah melakukan berbagai cara agar sembuh tapi tidak berhasil. Dia berjaya di medan perang, tetapi tak berdaya menghadapi sakitnya sendiri. Di tengah ketidakberdayaan itu, Tuhan memakai seorang anak perempuan Israel, seorang tawanan yang yang menjadi pelayan isterinya dengan saran untuk pergi kepada nabi di Samaria yang dapat menolong Namaan. Harapan untuk kesembuhan Naaman dimulai bukan dari istana atau pasukannya, tetapi dari suara seorang tawanan. Dari seseorang yang tidak dianggap, Tuhan membuka jalan bagi mujizat besar. Naaman pergi membawa surat dari raja Aram serta persembahan emas, perak, dan pakaian mahal menjumpai Raja Israel. Raja Israel mengoyakkan pakaianNya karena berpikir Raja Aram mencari gara – gara. Raja Israel sadar ia tidak dapat menyembuhkan penyakit kusta, sebab di Israel penyakit Kusta adalah kutukan Tuhan dan tidak ada obatnya. Ternyata kita tidak dapat menaruh harapan pada sistem, jabatan, kekuatan, atau kekayaan.

 

Lalu Elisa mengirim pesan kepada Raja Israel agar Namaan datang kepada Elisa. Ketika Naaman tiba, Elisa tidak keluar menyambutnya. Elisa hanya mengutus seorang suruhan untuk menyampaikan instruksi sederhana: “Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan.” Naaman tersinggung, gusar dan panas hatinya. Kata gusar (Ibr: qatsaph) berarti menjadi sangat marah, meledak dalam kemarahan, tersinggung. Harga dirinya terluka. Ia lebih percaya kepada sungai-sungai besar di negerinya sendiri, seperti Abana dan Parpar, daripada sungai kecil Yordan. Untuk beroleh pemulihan Naaman mesti melewati pintu kerendahan hati. Karena mujizat Allah bukan hanya tentang menyembuhkan tubuh, tetapi menyembuhkan hati dari kesombongan. Sering kali kita menunggu mukjizat besar, tetapi Tuhan melihat ketaatan kecil. Naaman disembuhkan bukan karena air Yordan punya kuasa, tetapi karena kuasa Allah yang dinyatakan dalam kerendahan hati dan ketaatan iman. Naaman menanggalkan gengsi, ia merendahkan hati dan memilih taat. Ia turun ke sungai Yordan, menceburkan diri tujuh kali dan ia pulih. Kesembuhan Naaman membawanya pada pengakuan iman: “Sekarang aku tahu bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel.” Kesembuhan membawa Naaman kepada iman yang sejati. Naaman bahkan bertekad untuk tidak menyembah allah lain. Ia datang sebagai orang yang mencari kesembuhan tapi pulang sebagai orang yang menemukan Allah. Ia datang sebagai panglima yang bangga tapi pulang sebagai hamba yang merendah. Ia datang sebagai orang asing tapi pulang sebagai orang yang beriman kepada Allah Israel yang hidup. Hati Namaan berubah, hidupnya berbalik, dan imannya menjadi nyata.

 

Sebaliknya Gehazi bujang Elisa. Saat Elisa menolak menerima pemberian Naaman. Ketidaktaatan dan ambisi Gehazi merusak hidupnya sendiri. Gehazi mengejar hadiah, bukan Tuhan. Gehazi memilih kebohongan, bukan kebenaran. Ia memakai kesempatan rohani untuk keuntungan pribadi. Ini sebuah peringatan bagi kita; berada dalam pelayanan bukan jaminan dekat dengan Allah. Dekat dengan pelayanan tidak menjamin ketaatan. Karena ketidaktaatan Gehazi ia mendapatkan penyakit kusta itu. Bukan saja dirinya tapi juga anak cucunya selama – lamanya. Ketika hati kita mengejar berkat, tetapi tidak mengejar Tuhan, berkat itu berubah menjadi kutuk. Kisah Naaman memberi pesan bagi kita. Kita punya Tuhan yang adalah sumber berkat dan berkuasa atas penyakit, pegang kendali segala sesuatu bahkan dapat pakai hal yang tak terduga untuk memproses kita. Andalkan Tuhan bukan andalkan diri kita dan apa yang kita punya. Peka untuk menerima proses Tuhan, Semua orang, sekecil apa pun, dapat menjadi alat Tuhan.

 

Kita punya Yesus yang sudah pulihkan dan selamatkan kita. Belajarlah untuk taat sebab ketaatan mendahului mujizat. Dan mujizat bukan tentang sesuatu yag sepktakuler tapi kesediaan hati untuk tunduk pada Tuhan. Hati yang tamak merusak pelayanan. Gehazi adalah peringatan keras bagi semua yang melayani Tuhan. Buka hati untuk Tuhan merendahkan hatimu. Pemulihan sejati datang pada hati yang tidak menuntut, tetapi berserah. Peganglah integritas dalam pelayanan. Naaman pulang sebagai manusia baru. Kita pun dipanggil untuk menjadi pribadi yang diperbarui, sehat jasmani dan rohani. Amin.

.

 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "KHOTBAH 2: KETAATAN IMAN YANG MEMBAWA KESEMBUHAN (2 Raja - raja 5:1-27)"

Posting Komentar

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed