JANJI TUHAN TENTANG KETURUNAN DAUD (2 Samuel 7:1-17)
Hari ini kita memasuki minggu-minggu adven yang akan berlangsung selama 4 minggu untuk mempersiapkan diri atas kedatangan Yesus sebagai Jurus’lamat yang akan kita peringati dan rayakan pada hari Natal, maupun Yesus yang akan datang sebagai hakim pada kedatangan-Nya yang kedua. Yang kita persiapkan pertama-tama bukanlah kebutuhan material perayaan, seperti baju baru, sepatu baru, melainkan kesiapan hati yang baru, hati yang dipenuhi rasa syukur atas keselamatan yang telah dikaruniakan Tuhan dalam kehidupan kita. Dalam minggu adven pertama ini, kita merenungkan rencana Daud membangun rumah bagi Tuhan.
Bukan tanpa alasan Daud mau membangun rumah bagi Tuhan. Alasannya sangat manusiawi dan masuk akal. Siapapun kalau merasa sudah menerima kebaikan Tuhan pasti akan melakukan sesuatu untuk membalas kebaikan tersebut. Perhatikan ayat 1-2, “Ketika raja telah menetap di rumahnya dan Tuhan mengaruniakan keamanan kepadanya dari semua musuhnya di sekeliling, raja berkata kepada Nabi Natan, Lihatlah Aku tinggal dalam rumah dari kayu aras, pada hal tabut Allah tetap berada dalam tenda”. Daud hendak membangun rumah bagi Tuhan, karena merasa tidak pantas dia tinggal di rumah yang terbuat dari kayu aras, rumah yang bagus, sementara “Tabut Allah tetap berada dalam tenda”. Daud tinggal di rumah, Allah tinggal di tenda. Suatu yang jauh dari kepantasan, karena itu Daud mau membangun rumah untuk Tuhan. Tetapi rencana yang dianggap pantas oleh Daud justru tidak mendapat persetujuan Tuhan. Tuhan punya alasan. Perhatikan ayat 6, “Aku tidak pernah tinggal dalam rumah sejak Aku menuntun orang Israel dari Mesir sampai hari ini. Aku selalu mengembara dan tinggal dalam kemah sebagai tempat kediaman”. Inilah alasan mengapa rencana Daud mendirikan rumah bagi Tuhan tidak disetujui. Tuhan tidak pernah tinggal dalam rumah sejak menuntun orang Israel dari Mesir. Ini alasan yang sangat prinsip. Sejak menuntun orang Israel, Tuhan tidak tinggal dalam rumah, tetapi “selalu menggembara dan tinggal dalam kemah”. Tuhan selalu mengembara. Tuhan selalu berjalan bersama. Tuhan selalu berpindah-pindah bersama orang Israel. Tuhan tidak membiarkan orang Israel berjalan sendiri. Tuhan selalu ada bersama mereka.
Ini pelajaran penting bagi orang Kristen, secara khusus bagi warga GKI di Tanah Papua. Tuhan tidak pernah meninggalkan orang Kristen sendirian dalam mengarungi relung-relung kehidupan yang penuh batu cadas ini. Lebih khusus lagi Tuhan tidak tinggalkan bangsa Papua sendiri menjalani kehidupan di atas tanah yang diberkati Tuhan. Sejak dari Mansinam 1855 sampai hari ini Tuhan mengembara bersama bangsa Papua. Karena itu, jangan bangun rumah bagi Tuhan. Jangan kurung dan ikat Tuhan dalam rumah-rumah ego dan kemauan kita. Daud mau bangun rumah bagi Tuhan, mau jadikan Tuhan terikat dan terkurung dalam rumah rancangannya. Tetapi Tuhan bukan Tuhan yang terikat dan dapat di kurung. Ia adalah Tuhan yang selalu mengembara bersama umatNya. Kalau Tuhan tidak mengembara bersama umatNya maka perjalanan umat bukan Tuhan yang pimpin, tetapi masing-masing orang pimpin hidup menurut ego dan kemauannya.
Ini yang patut kita renungkan dalam minggu adven pertama ini, apakah selama ini kita membiarkan Tuhan mengembara bersama kita dan menuntun perjalanan hidup kita. Atau jangan-jangan kita telah mengurung Tuhan dalam ego-ego kita, sehingga sekalipun Tuhan itu ada bersama kita, tetapi tidak menuntun dan mengendalikan perjalanan kita. Hari ini kita diingatkan, bahwa Tuhan yang membebaskan orang Israel dari Mesir tidak dapat tinggal dalam rumah yang mau dibangun Daud. Tuhan yang sama, yang memerdekakan bangsa Papua sejak dari Mansinam tidak dapat kita kurung dalam rumah ego dan kemauan kita. Dia adalah Tuhan yang selalu mengembara bersama kita dan menuntun hidup kita.
Kepada Daud Tuhan dengan tegas menyatakan bahwa bukan Daud yang mendirikan rumah bagi Dia melainkan keturunannya. “Aku akan membangkitkan keturunanmu kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku…Aku akan menjadi Bapanya dan ia akan menjadi anak-Ku” (ayat 12-14). Pernyataan Tuhan kepada Daud ini mengingatkan kita, bahwa sekalipun Salomo sebagai anak Daud kemudian membangun bait Allah, rumah Allah, akan tetapi dari keturunan Daud, yaitu Yesus (Matius 1:1), Allah mendirikan rumahNya. Rumah Allah yang Yesus dirikan bukan seperti yang dibangun Salomo, sebab rumah itu adalah orang-orang percaya kepada-Nya oleh kuasa Roh Kudus. Kepada orang Kristen di Korintus Rasul Paulus berkata, “tidak tahukah kamu bahwa kamu sekalian adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah tinggal di dalam kamu” (1 Kor 3:16). Orang Kristen adalah rumah Allah, Allah tinggal dan ada di dalam orang Kristen melalui Roh Kudus. Hal tersebut harus selalu diingat oleh warga GKI di Tanah Papua, kita adalah rumah Allah, Allah ada di dalam kita oleh Roh-Nya, yaitu Roh Kudus. Tetapi kita selalu diingatkan bahwa Allah yang ada di dalam kita adalah Allah yang selalu mengembara, Allah yang tidak terikat dan terkurung. Karena itu, jangan sekali-kali mengurung dan mengikat Allah dalam ego dan keinginan kita. Karena di dalam kita ada Allah sang Pengembara, maka kita pun harus menjadi orang Kristen, dan warga GKI pengembara yang hidupnya dituntun oleh Allah, bukan dituntun oleh ego dan keinginan daging manusia kita. GKI dan warganya adalah pengembara di tanah Papua. Karena itu, tidak boleh menjadi gereja yang statis, yang diam, melainkan selalu harus menjadi persekutuan yang dinamis, yang bergerak untuk menghadirkan kerajaan Allah di atas tanah ini. Orang Kristen di Papua harus memiliki karakter pengembara, karater dinamis, tidak menjadi rasa aman karena sudah punya rumah dari kayu aras seperti Daud, melainkan selalu bergerak dalam kuasa Roh Allah untuk memerdekakan Papua dari kemiskinan, ketertinggalan, kebutahurufan, ketidakadilan hukum, ekonomi dan perampasan kepemilikan.
Jemaat-jemaat GKI, Klasis-klasis GKI, dan GKI secara keseluruhan harus selalu hadir di tanah ini sebagai rumah Allah, agar setiap orang yang mendiami tanah ini mengalami perjumpaan dengan Allah di dalam kehidupan sehari-hari. Jangan jadikan gereja ini menjadi rumah keret tertentu, rumah suku tertentu, rumah kelompok tertentu, dan rumah kepentingan tertentu. GKI adalah rumah Allah yang kepala-nya ialah Anak Allah sendiri, yaitu Yesus Kristus. Dan selalu dijamin kehadiran dan tuntunan-Nya dalam gereja ini, sebab “kasih setia-Ku tidak akan menjauh darinya” (ayat 15). Amin! (Penulis: Pdt. DR. Sostenes Sumihe, M. Th)


Belum ada Komentar untuk "JANJI TUHAN TENTANG KETURUNAN DAUD (2 Samuel 7:1-17)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.