NUBUAT TENTANG KELAHIRAN RAJA DAMAI (Yesaya 8:23-9:6)

Kita masuki minggu adven ke-2 pada hari ini. Minggu-minggu adven ini sudah diwarnai dengan berita-berita yang memprihatinkan karena ada bencana banjir di Aceh, Sumatera Utara. Bencana-bencana tersebut membawa korban jiwa, dan masyarakat kehilangan rumah dan harta benda lainnya. Lalu muncullah berbagai pandangan atas bencana tersebut. Ada yang mengatakan bahwa itu akibat cuaca yang ekstrim. Ada pula yang berpendapat hal itu akibat rusaknya hutan karena penebangan pohon-pohon yang tidak terkendali. Tetapi ada pula yang membuat refleksi teologis atas peristiwa yang tragis itu sebagai teguran dan peringatan Tuhan atas pelanggaran manusia karena tidak lagi taat dan setia kepada perintah Tuhan, manusia tidak lagi memuliakan dan beribadah kepada-Nya. Manusia menjadi sombong dan bangga atas harta benda dan uang yang dimiliki. Lewat bencana itu Tuhan menunjukkan bahwa uang dan harta benda tidak dapat menyelamatkan. Kita di Papua memang tidak mengalami langsung bencara tersebut. Tetapi pesan dari peristiwa itu menjadi pelajaran iman yang sangat bernilai bagi kehidupan kita; yaitu, bahwa alam ini adalah ciptaan Tuhan, dan waktu selesai diciptakan Tuhan berfirman: “sungguh sangat baik” (Kej 1:31). Tuhan tidak menghendaki manusia merusak kebaikan ciptaanNya. Sekaligus manusia diingatkan, bahwa di luar Tuhan ia tidak bisa berbuat apa-apa. Uang dan harta, jabatan dan kedudukan tidak dapat menyelamatkan. Kiranya ini menjadi pelajaran berharga dan bahan perenungan ketika kita sedang ada pada masa dan menjalani minggu-minggu adven menjelang Natal, memperingati dan merayakan kelahiran Yesus, yang datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa (1 Tim 1:15).

 

Bencana banjir tersebut membawa luka dan pilu yang dalam pada setiap sendi kehidupan masyarakat. Kita di tanah Papua sekalipun tidak langsung mengalami banjir bandang tersebut, namun dalam kehidupan ini sering kita mengalami juga luka dan piluh, rasa tidak aman dan nyaman, rasa tidak adil dan damai, karena ada tragedi kemanusiaan dan sosial yang dihadapi dalam hidup bermasyarakat. Dan justru perasaan seperti itu semua kita alami sebagai orang yang percaya dan beriman kepada Kristus, yang saat ini sedang mempersiapkan diri untuk memperingat dan merayakan kedatangan dan kelahiran Yesus, yang diberitakan oleh nabi Yesaya sebagai seorang Raja Damai.

 

Lewat pembacaan kita hari ini, Yesaya 8:23 – 9:1-17, kita diingatkan, bahwa sebagaimana bangsa Israel yang tidak berada dalam keadaan damai dan sejahtera, begitu juga kita di tengah kehidupan yang memprihatinkan ini telah datang seorang Raja Damai, yang oleh kedatangan-Nya “tidak akan ada lagi kesuraman untuk negeri yang terhimpit itu”( 8:23).  Mengapa?

 

Mari kita perhatikan 9:5, “Sebab, seorang anak telah lahir untuk kita”, seorang putra telah diberikan untuk kita”. Tidak akan ada lagi “kesuraman” dalam hidup kita. Dari pengalaman hidup berkeluarga kita belajar, bahwa kalau ada seorang anak lahir lalu dibesarkan dan disekolahkan sampai perguruan tinggi kemudian mendapat pekerjaan bahkan menjadi seorang yang sukses, maka sedikit atau banyak anak itu dapat menjadi jawaban atas kondisi keluarga. Apa lagi anak yang disebut Yesus ini. Anak ini sejak kelahiran-Nya, bahkan sebelum Dia lahir sudah disebut keberadaan-Nya yang luar biasa. Perhatikan lanjutan ayat 5 itu, “tampuk pemerintahan ada di bahunya, dan namanya disebut orang Penasehat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai”. Kita bisa mengerti kalau tidak ada lagi “kesuraman”, sebab anak yang datang ini memiliki kapasitas yang luar biasa yang tidak dimiliki anak pada umumya. Coba lihat sebutan-sebutan berikut ini pada anak itu:

       Tampuk pemerintahan ada di bahunya

       Penasihat Ajaib

       Allah yang Perkasa

       Bapa yang Kekal

       Raja Damai

Pertanyaan penting yang patut dijawab ialah, siapakah anak yang disebut nabi Yesaya itu?  Para ahli PB sepakat bahwa anak yang dinubuatkan Yesaya itu memperoleh penggenapannya di dalam diri Yesus, sebagaimana diberitakan dalam Injil-injil. Pada Yesus sebutan-sebutan itu ada pada diri-Nya dan di jalankan untuk menyelamatkan manusia dari kuasa dosa, sehingga manusia tidak lagi berada dalam kesuraman. Sebutan “Raja Damai” misalnya, ini bukan hanya sebuah gelar tanpa menjadi nyata dalam misi-Nya, melainkan dilakukan Yesus sehingga manusia diperdamaikan dengan Allah. Hal ini ditegaskan Rasul Paulus kepada orang Kristen di Korintus ketika dia berkata, “Sebab di dalam Kristus, Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya tanpa memperhitungkan pelanggaran mereka…” (2 Kor 5: 19). Yesus adalah Raja Damai, sebab hanya oleh Dia dunia yang ada di bawa kuasa dosa diselamatkan dan didamaikan dengan Allah. Yesus adalah Raja Damai, sebab hanya Dialah yang dapat membebaskan manusia dari kuasa dosa dan maut, dan didamaikan dengan Allah. Di dalam Yesus, sang Raja Damai itu, manusia tidak lagi “berjalan di dalam kegelapan”, tetapi “telah melihat terang yang besar”(9:1) . Karena itu, sangat beralasan kalau GKI menetapkan Efesus 5:8 sebagai moto untuk mengingatkan warga GKI bahwa setiap orang dalam gereja ini berada dalam terang Tuhan.

 

Setiap warga GKI patut untuk mengingat dan menghayati keberadaannya sebagai orang-orang yang berada di bawah kuasa sang Raja Damai, yaitu Yesus. Oleh Yesus kita bukan lagi orang yang hidup dalam kegelapan, melainkan dalam terang. Perhatikan moto GKI ini, “Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu, hiduplah sebagai anak-anak terang”! Dalam GKI tidak ada lagi tempat untuk menjalani hidup dalam kegelapan dengan berbagai kejahatan. Siapa yang masih melakukan kejahatan, ia sesunggtuhnya tidak layak ada dalam gereja ini, sebab kalau ada dalam GKI berarti hidup dalam terang Tuhan. Karena itu, setiap orang yang menjadi warga GKI selalu berkomitmen untuk menjalani hidup ini dalam terang Tuhan, bebas dari segala kejahatan. Dalam minggu adven kedua ini kiranya komitmen tersebut menjadi perenungan untuk memperkokoh keberadaan kita dibawah kuasa sang Raja Damai, “sebab besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan… (9:6). Amin! (Penulis: Pdt. DR. Sostenes Sumihe, M. Th)   

 

 

     

 

 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "NUBUAT TENTANG KELAHIRAN RAJA DAMAI (Yesaya 8:23-9:6)"

Posting Komentar

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

YANG PALING BARU

NUBUAT TENTANG KELAHIRAN RAJA DAMAI (Yesaya 8:23-9:6)

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed