KONSEKUENSI DARI SATU PILIHAN (2 Tawarikh 7:11-22)

Prinsip yang tidak boleh diabaikan dalam membangun hubungan dengan Tuhan adalah hidup sesuai kehendak-Nya. Percuma hidup dalam relasi dan percaya kepada Tuhan, tetapi menjalani hidup ini tidak menurut kehendak-Nya. Jika demikian maka apa yang kita kehendaki Tuhan perbuat dalam hidup kita tidak mungkin terjadi. Sebaliknya ketika menjalani hidup ini dalam kehendak Tuhan, maka permohonan dan doa akan di dengar Tuhan. itulah yang terjadi dengan Salomo, sebagaimana difirmankan Tuhan kepadanya, “telah Kudengar doamu…”(ayat 12).

 

Mengaku hidup dalam persekutuan dengan Tuhan, namun tidak menjalani hidup ini dalam kehendak-Nya, maka yang terjadi sesungguhnya adalah bahwa dalam kehidupan kita tidak ada Tuhan. Kita menjadi orang Kristen tanpa Tuhan. Karena itu, yang berlaku dalam hidup kita adalah kehendak kita bukan kehendak Tuhan. Kita jalani hidup ini dalam ego dengan sikap meminggirkan Tuhan dari dalam kehidupan kita. Hari ini, tidak sedikit orang Kristen, termasuk warga GKI, menjalani hidup ini, sadar atau tidak, berlaku sebagai orang Kristen tanpa Kristus. Krisis kehadiran dalam ibadah-ibadah salah satu bentuk dari kondisi tersebut. Lebih mengutamakan kepentingan sendiri dan mengabaikan orang lain bahkan bersikap merendahkan dan memusuhi mereka yang tidak menjadi bagian dari kelompok kita adalah gejala yang menandai bahwa kekristen kita sedang berlangsung dalam kondisi tanpa Tuhan. Karena itu, biarlah hari ini kita mau belajar dari seorang pemimpin, seorang yang punya kuasa, seorang raja, seorang memiliki kedudukan yang tinggi, tetapi menjalani hidupnya dalam ketaatan kepada Tuhan, sehingga bisa berdiri “di depan mezbah TUHAN di depan segenap umat Israel dan menadakan tangannya” (6:12) untuk berdoa kepada Tuhan. Apa tanda bahwa Salomo taat kepada Tuhan? doanya di dengar Tuhan, “telah Kudengar doamu”(7:12), sabda Tuhan kepada Salomo. Bukan itu saja, Tuhan bahkan berkenan memilih dan menjadikan rumah Tuhan yang dibangun Salomo menjadi “tempat persembahan”(7:12).

 

Ketika seorang pemimpin umat hidup dalam ketaatan kepada Tuhan, maka bukan hanya dirinya yang berkenan di hadirat Tuhan, tetapi juga ketika umat datang kepada Tuhan, dan mohon pengampunan maka Tuhan pun berkenaan mengampuni mereka. Perhatikan ayat 14, “lalu umat-Ku…berdoa dan mencari wajah-Ku serta berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka”. Ketika Salomo berdiri di depan mezbah dan menadakan tangan, berlutut dan mengangkat tangannya ke langit (6:13), dan umatpun mohon pengampunan dan berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Tuhan memberi pengampunan. Bukan hanya pengampunan dosa yang diberikan, tetapi juga “memulihkan negeri mereka’. Bukan hanya manusia yang memperoleh pengampunan, tetapi juga negeri, kota dan kampung dipulihkan.

 

Dalam minggu-minggu terakhir ini, masyarakat Papua dan secara khusus warga GKI, sangat intensif berbicara mengenai pembangunan peradaban baru orang Papua yang diinspirasi oleh nubuat pdt. I.S, Kijne pada satu abad yang lalu. Pada tgl 25 Oktober 1925, di Aitumeri Kijne bernubuat, seperti ini: “Di atas batu ini, saya meletakan peradaban orang Papua, sekalipun orang memiliki kepandaian tinggi, akal budi dan marifat, tetapi tidak dapat memimpin bangsa ini. Tetapi bangsa ini akan bangkit memimpin dirinya sendiri”. Hari ini bangsa Papua memang ada dalam keadaan yang tidak sebagaimana Tuhan kehendaki untuk hidup dalam Injil. Banyak masalah sosial, ekonomi, hukum dan politik yang sedang mewarnai kehidupan bermasyarakat di tanah Papua. Dengan membangun peradaban baru, Papua harus bangkit dari kondisi yang tidak menyenangkan tersebut. Dengan peradaban baru, orang Papua mesti bebas dari kemiskinan, ketertinggalan, pelecehan harkat kemanusiaan, bebas dari ketidakadilan dan pemutarbalikan kebenaran, bebas dari perampasan kekayaan dan potensi sumber daya alam. Dalam rangka kebangkitan dan memasuki peradaban baru tersebut, mari kita belajar dari Salomo dan bangsa Israel. Biarlah para pemimpin Papua, pemimpin gereja dan pemimpin bangsa Papua, bersama seluruh masyarakat Papua dan umat percaya, pada tgl 25 Oktober 2025, di Aitumeri, datang kepada Tuhan, berlutut dan menada tangan ke langit mohon pengampunan dan pemulihan Tuhan bagi negeri ini. Pengampunan dan pemulihan ini adalah syarat dan menjadi dasar kebangkitan orang Papua untuk memasuki peradaban baru. Jika kita datang kepada Tuhan dalam kerendahan dan berkomitmen menjalani hidup ini dan kepemimpinan atas bangsa ini dalam kehendak Tuhan, maka kebangkitan dan peradaban baru Papua akan terjadi, bukan dalam kehendak kita, melainkan dalam kehendak Tuhan. Dalam iman kita meyakini Tuhan yang sudah memerdekakan bangsa Papua dari kegelapan dan menempatkannya dalam terang-Nya yang ajaib memakai I.S. Kijne, untuk meminta umat-Nya di tanah ini agar bangkit dan tidak tunduk kepada kuasa-kuasa kegelapan. Inilah kairos yang Tuhan sediakan dan berikan bagi bangsa Papua untuk keluar dari kegelapan. Karena itu, jangan sia-siakan kesempatan ini. Kalau kesempatan ini tidak digunakan untuk bangkit dan meninggakan jalan-jalan yang jahat, maka hari ini Tuhan mengingatkan kita, sebagaimana Dia mengingatkan bangsa Isreal. “Tetapi jika kamu berbalik dan meninggalkan segala keketapan-Ku dan perintah-Ku yang telah Kuberikan kepadamu, dan beribadah kepada ilah-ilah lain serta sujud menyembahnya, maka Aku akan mencabut kamu dari tanah-Ku yang telah Kuberikan kepada-Mu” (ayat 19-20). Kalau kita tidak bangkit dan taat pada kehendak Tuhan, maka bukan hanya tidak ada pengampunan, tetapi juga tidak ada pemulihan atas kehidupan di tanah ini. Kiranya Aitumeri, 25 Oktober 2025, menjadi titik awal yang baru bagi orang Kristen dan secara khusus bagi warga GKI di tanah Papua, untuk bangkit dan berkotmen menjalani kehidupan ini dalam kehendak Tuhan. Amin! (Penulis: Pdt. DR. Sostenes Sumihe, M. Th)

 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "KONSEKUENSI DARI SATU PILIHAN (2 Tawarikh 7:11-22)"

Posting Komentar

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed