RANCANGAN KHOTBAH: KONSEKUENSI DARI SATU PILIHAN (2 Tawarikh 7:11-22)
Allah menyediakan berkatNya bagi umat yang memilih taat dan setia.
Tujuan yang akan dicapai:
Agar jemaat dapat memilih yang benar dalam hidup yaitu tetap taat dan setia meskipun menempuh konsekuensi yang berat tapi tersedia berkat Allah yang luar biasa.
Konteks saat itu:
Salomo telah menyelesaikan pembangunan Bait Allah di Yerusalem dan istananya sendiri (2Taw 7:11). Pekerjaan besar ini menggenapi janji Allah kepada Daud, bahwa anaknya akan membangun rumah bagi nama Tuhan (2 Sam 7:12–13). Bait Allah menjadi pusat ibadah umat Israel, menggantikan Kemah Suci yang digunakan sejak zaman Musa. Setelah upacara pentahbisan (2Taw 5–7:10), Allah menampakkan diri kepada Salomo untuk kedua kalinya (ay. 12), seperti yang pernah Ia lakukan di Gibeon (1Raj 3:5–15). Allah menampakkan diri kepada Salomo dan berbicara mengenai berkat serta konsekuensi yang akan dialami bangsa Israel tergantung pada ketaatan mereka terhadap perjanjian.
Pada masa Salomo, Israel berada di puncak kemakmuran, stabilitas, dan pengaruh. Namun di tengah kemakmuran itu, Tuhan menegaskan bahwa pusat kehidupan bangsa bukanlah kekayaan atau istana megah, tetapi ketaatan kepada-Nya. Bait Allah bukan hanya simbol religius, tetapi tanda kehadiran Allah di tengah umat-Nya apabila umat tetap hidup dalam kesetiaan. Bila umat meninggalkan Tuhan, maka Bait Allah itu akan kehilangan maknanya, dan akhirnya bisa ditinggalkan Allah sendiri
Kaitan dengan PB:
2 Tawarikh 7:11–22 menegaskan bahwa hubungan dengan Allah bergantung pada kesetiaan pada perjanjian. Dalam sejarah Israel, ketidaksetiaan membawa kehancuran. Namun dalam Perjanjian Baru, Yesus menjadi penggenapan sempurna dari Bait Allah, korban, imam, dan perjanjian itu sendiri. Dalam Kristus, umat percaya menjadi Bait Allah yang hidup — tempat Allah berdiam. Ketika umat Allah merendahkan diri dan mencari wajah-Nya melalui Kristus, Allah mendengar, mengampuni, dan memulihkan. Yesus sebagai Bait Allah yang sejati. Kehadiran Allah bukan saja pada bangunan, tetapi pada Kristus. Pemulihan terjadi melalui pertobatan dan iman kepada Kristus. Janji tentang takhta Daud digenapi dalam Yesus sebagai Raja kekal, yang memerintah bukan di Yerusalem duniawi, tetapi dalam hati umat percaya.
Penjelasan Teks:
Ayat 11-16: Tuhan memberkati pilihan yang taat
Ayat 17-22: Peringatan: Pilihan Yang Salah berdampak kebinasaan
Tuhan tidak menutup-nutupi konsekuensi dari ketidaktaatan. Bahkan, Ia menegaskan bahwa jika bangsa itu menyembah allah lain, Bait Allah yang begitu megah itu akan menjadi reruntuhan, dan nama Tuhan akan dihina oleh bangsa-bangsa. Sejarah mencatat bahwa Salomo akhirnya jatuh dalam dosa penyembahan berhala. Ia mengikuti ilah bangsa-bangsa lain karena pengaruh istri-istrinya. Pilihan itu membawa konsekuensi berat—kerajaannya terpecah dua setelah kematiannya. Dari kerajaan yang penuh kemuliaan, Israel jatuh dalam kekacauan dan penawanan. Frasa “Aku akan mencabut kamu dari tanahKu; “mencabut” dari akar kata nāsach atau nathash, yang berarti: “menarik keluar dari akar,” “mencabut seperti mencabut tanaman dari tanahnya.” Ini menggambarkan pengusiran total — hilangnya tempat tinggal, perlindungan, dan berkat Allah. Perjanjian antara Allah dan Israel (lih. Ulangan 28; Imamat 26) menegaskan bahwa: Jika mereka taat, mereka akan tinggal aman dan diberkati di tanah itu. Jika mereka tidak taat, mereka akan terusir dari tanah itu. Jadi frasa ini adalah peringatan perjanjian — bahwa kepemilikan tanah dijaga oleh ketaatan. Ketika umat memberontak, Allah berhak menarik kembali hak tinggal mereka di tanah itu. “Mencabut kamu dari tanah-Ku” melambangkan pemutusan relasi perjanjian: umat tidak lagi menikmati hadirat Allah, kehilangan identitas sebagai bangsa pilihan dan tanah yang tadinya menjadi tanda berkat dan janji Allah, berubah menjadi tempat kehancuran dan pembuangan. Hal ini benar-benar terjadi kemudian: Kerajaan Utara (Israel) dibuang ke Asyur (2 Raja-raja 17:6). Kerajaan Selatan (Yehuda) dibuang ke Babel (2 Raja-raja 25). Dengan demikian, peringatan di ayat 20 ini tergenapi secara historis.
Ulangan 28:1–2, 15 “Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu... maka segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu.” “Tetapi jika engkau tidak mendengarkan suara TUHAN, Allahmu... maka segala kutuk ini akan datang kepadamu.”
Yesaya 55:6–7 “Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!”
Yohanes 15:5–6 “Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak... di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”
Ilustrasi:
ü Seorang tukang bangunan membangun rumah megah untuk keluarganya. Ia menggunakan bahan terbaik, cat paling mahal, dan membuat taman yang indah. Namun, ia mengabaikan satu hal kecil — fondasi. Ia tidak memeriksa apakah tanah di bawah rumah itu kuat atau tidak. Beberapa tahun kemudian, retakan muncul di dinding. Lama-kelamaan, rumah itu mulai miring dan akhirnya roboh. Demikian juga bangsa Israel. Mereka membangun Bait Allah yang megah, tempat Tuhan berdiam di tengah umat-Nya. Tapi jika fondasi hidup mereka yaitu ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan retak, maka kemegahan itu akan runtuh. Tuhan mengingatkan Salomo bahwa kemegahan bukan jaminan; hati yang taat adalah fondasi sejati.
Aplikasi:
ü Tuhan mengenal dan mengetahui isi hati manusia. Tuhan memegang kendali atas alam semesta. Tuhan mendengar doa umatNya. Tuhan memberi pemulihan ketika umat bertobat dengan sungguh. Namun, pemulihan hanya terjadi jika umat benar-benar bertobat, bukan hanya berdoa dengan bibir, tetapi berbalik hati.
ü Hidup kita juga penuh dengan pilihan rohani. Kita bisa memilih untuk hidup dalam doa atau mengabaikannya; memilih untuk jujur dalam pekerjaan atau berkompromi dengan dosa; memilih untuk setia melayani atau bersikap acuh. Pilihan-pilihan itu membentuk masa depan rohani kita. Tuhan berkenan atas kesetiaan dan ketaatan. Setiap kali kita memilih untuk taat, kita sedang membangun rumah rohani yang kokoh. Namun setiap kali kita memilih tidak taat maka kita sedang meruntuhkan tembok berkat dari Tuhan.
ü Keberhasilan sejati dimulai dari hati yang selaras dengan kehendak Tuhan. Jika apa yang “timbul dalam hati” kita adalah keinginan untuk melayani, membangun, atau memuliakan Tuhan, maka Dia akan menyertai dan memberkati usaha itu.
ü Kemakmuran dan keberhasilan tidak menjamin kehadiran Tuhan; hanya ketaatan dan kesetiaan yang menjaganya. Segala berkat yang kita nikmati (keluarga, pekerjaan, pelayanan, bahkan gereja) bukan milik kita sendiri, melainkan milik Tuhan. Kita hanya dapat “berakar” dan “tinggal” di dalam berkat itu jika kita setia dan taat kepada Tuhan. Dalam Kristus, kita sekarang berakar di dalam kasih karunia, dan Tuhan ingin kita tetap “tinggal di dalam Dia”. Jika kita menjauh, kita akan layu dan terlepas dari sumber kehidupan itu.
ü Allah masih menantikan umat-Nya untuk merendahkan diri dan mencari wajah-Nya, agar pemulihan sejati terjadi. Selama masih ada kesempatan berbaliklah kepada Allah dan berpautlah dan tinggal di dalam Allah.
Penutup:
Hidup ini adalah serangkaian pilihan. Setiap pilihan memiliki konsekuensi. Pilihan untuk taat membawa kehidupan dan berkat. Pilihan untuk berpaling membawa kehancuran dan kehilangan. Tuhan tidak ingin kita jatuh dalam hukuman. Ia ingin kita hidup dalam berkat. Karena itu, Ia memberikan firman ini sebagai peringatan dan panggilan kasih. Mari kita memilih dengan benar—setia kepada Tuhan, berdoa, dan hidup dalam pertobatan setiap hari. Sebab satu pilihan hari ini bisa menentukan masa depan kita, keluarga kita, bahkan generasi setelah kita. Amin
Belum ada Komentar untuk "RANCANGAN KHOTBAH: KONSEKUENSI DARI SATU PILIHAN (2 Tawarikh 7:11-22)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.