PEMILIHAN MUSA DAN PEMBEBASAN ISRAEL (Keluaran 2:23-4:17)

 

Jika pada minggu lalu kita belajar dari kisah Yusuf yang dipakai Allah sebagai alat dalam misi pemulihan dan pemberdayaan bagi bangsa – bangsa, hari ini kita belajar dari kisah pengutusan Musa. Tema kita hari ini adalah Pemilihan Musa dan Pembebasan Israel.  Seseorang yang terpilih adalah orang yang istimewa. Dan sebuah pemilihan selalu punya maksud, punya tujuan tertentu. Tuhan punya rencana besar atas hidup Musa. Meskipun ketika Musa lahir, hidupnya terancam tapi Tuhan yang memilih juga memelihara hidup Musa bahkan Tuhan memproses hidup Musa, Tuhan membentuk Musa dari pendidikan di Istana bahkan pendidikan di padang gembalaan. Tuhan mengutus Musa sebagai alat untuk misi pembebasan bagi Israel. Di tengah krisis yang dialami Israel, Musa dipakai sebagai alat pemberdayaan.

 

Saat nyaman bagi Israel di Gosyen pada masa Yusuf tidaklah abadi, sesudah ratusan tahun berlalu, Yusuf dilupakan dan Israel menjadi budak di Mesir. Di tengah penindasan, umat Israel berseru kepada Tuhan. Kata “berseru” berasal dari kata yizaqu yang menunjuk pada makna menjerit sehingga teriakan (saw-atam) sampai kepada Allah. Tuhan mendengar saat mengerang, Tuhan mengingat perjanjianNya, Tuhan melihat dan memperhatikan Israel. Kata memperhatikan memiliki makna: "mengetahui secara jelas, turut merasakan apa yang sementara dialami." Tuhan yang Maha Tahu dan turut merasakan apa yang Israel alami, pada akhirnya Tuhan bertindak. Tindakan Tuhan yaitu misiNya melibatkan manusia yakni Musa. Saat Musa sampai di Gunung Horeb (Sinai), ia melihat penampakan yang tidak biasa.

 

Keluaran 3:2 menyatakan: “Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api.” Peristiwa teofani (penyataan atau manifestasi Allah) dinyatakan melalui semak duri yang menyala tetapi tidak terbakar sebagai media pemanggilan dan pengutusan Musa. Pertama, Musa dibawa masuk ke hadirat Allah yang kudus; Musa “melepaskan kasut” yang menunjuk pada sikap hormat, dan sopan serta siap menyembah Allah. Kata “tanggalkan kasutmu” ingin menegaskan bahwa ketika bertemu Allah Yang Mahakudus, ada bagian dalam diri kita yang harus “ditinggalkan” atau lebih tepat dikatakan “dibersihkan” dahulu sebelum bertemu dengan-Nya. Ini penting agar Musa menyadari perlunya kekudusan untuk dapat dipakai Allah. Kedua, Allah memperkenalkan diri sebagai Allah nenek moyang Israel. Keluaran 3:14, Allah menyatakan diriNya: “AKU ADALAH AKU.” Lagi firman-Nya: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.” Frasa yang diucapkan Allah: “Aku adalah Aku” adalah terjemahan dari ungkapan Ehyeh asyer Ehyeh. Kata “Ehyeh” berasal dari akar kata hyh yang memiliki beberapa arti: hidup (hayah - hayat), Yang Ada, Yang Berada. Jadi makna frasa Ehyeh asyer Ehyeh menunjuk bahwa Allah berada dalam kekekalan adalah Allah yang berkarya, Allah yang menyelamatkan, Allah yang membebaskan. Ini berkenaan dengan identitas Allah yang sangat berbeda dari para dewa Mesir. Ketiga, Allah menyatakan rencana-Nya untuk menyelamatkan umat-Nya karena mereka adalah umat perjanjian Abraham. Perjanjian Abraham itu meliputi keturunan yang banyak dan tanah perjanjian yang permai. Negeri yang berlimpah susu dan madu.

 

Apa jawaban Musa terhadap panggilan itu? Musa menjawab panggilan Allah dengan banyak dalih. "Siapakah aku ini, ...?"; "Apa yang harus kujawab kepada mereka?"; "Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku...?"; "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara..."; "Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kau utus". Namun di dalam keterbatasan dan kekurangan Musa, Allah meneguhkan Musa dengan berbagai tanda mujizat. Tanda: tongkat yang menjadi ular, tangan Musa yang kena kusta lalu menjadi pulih kembali dan air sungai Nil yang menjadi darah. Allah bukan hanya meneguhkan tetapi juga memperlengkapi Musa, Harun menjadi saudara sekaligus penopang. Allah menempatkan Harun di sisi Musa untuk dapat bekerjasama saat melaksanakan Tugas dari Allah. Mengapa Allah menempatkan Harun di sisi Musa? Mengapa Allah tidak membuat Musa menjadi pandai berbicara? Apakah Allah tidak bisa merubah Musa menjadi sosok yang pandai dan terampil dalam berbicara? Melalui kisah ini Allah ingin menunjukkan bahwa cara-Nya dalam memperlengkapi hamba-Nya sungguh sangat beragam. Allah dapat memampukan hamba-Nya untuk melaksanakan tugas yang diberikan-Nya dengan cara apapun. Seringkali kitapun mejadi seperti Musa, menolak atau mengelak dari tanggung jawab yang Allah percayakan. Ingatlah bahwa Allah menciptakaan kita untuk suatu tujuan, yaitu melakukan pekerjaan Allah di tengah dunia ini dan sebagai anak-anakNya, Panggilan dan perutusan Allah adalah anugrah yang harus kita syukuri dalam hidup ini, karena itu marilah kita menyambutnya dengan penuh syukur.

 

Kadangkala kita sering bertanya adalah apakah Allah mendengar seruan kita? Apakah Allah memperhatikan keluh kesah kita? Ketika diperhadapkan dengan sakit penyakit, kita seolah merasa Allah tidak mendengar kita. Buktinya, kita sudah berdoa, tetapi selalu saja kuatir, katanya serahkan kepada Tuhan namun kita juga tak henti mencari cara lain. Ketika sakit kita tahu Allah menyembuhkan, tapi nyatanya kita lebih percaya dukun atau orang pintar, bahkan mata rohani kita tetap tetap mencari solusi dengan pikiran manusia. Karena kita tak mau bersabar, kita merasa pertolongan Allah datang terlambat, kita merasa Allah lambat bertindak. Kita berpikir bahwa Allah telah meninggalkan kita. Sesungguhnya Tuhan tidak pernah tinggal diam ketika kesulitan menimpa anak-anak-Nya. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita orang percaya hari ini, bahwa Tuhan tidak sedetik pun melupakan kita saat kita sedang dalam pergumulan atau penderitaan dalam dunia. Dia mengetahui dengan jelas dan turut merasakan apa yang kita rasakan. Hal yang bisa kita lakukan adalah senantiasa berharap dan menyerahkan hidup kita kepada-Nya. Ketika Tuhan memanggil dan mengutus kita, marilah kita mau bersedia mengikuti panggilan-Nya karena la yang akan memampukan dan memberdayakan kita. Seperti halnya Musa, kita memang tidak mampu namun penyertaan-Nyalah yang akan memampukan dan memberdayakan kita. Yang membuat pelayanan kita berhasil bukan karena kita melainkan siapa Allah yang mengutus kita! Dia adalah Allah yang berdaulat untuk menyertai dan memperlengkapi kita. Oleh sebab itu, kita harus mengandalkan Dia dalam segala hal yang Ia percayakan seturut kehendak-Nya, dengan cara-Nya, sesuai waktu-Nya. Yang penting kita siap sedia dibentuk, taat diatur, dan berserah diri untuk diutus-Nya. Ingatlah bahwa setiap karya kita Tuhan berkati dan walaupun tak besar talenta kita tapi b’rilah yang terbaik bagi Tuhan. Diberkatilah kita dengan firman-Nya. Amin! Selamat Hari Minggu. Tuhan memberkati.

 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "PEMILIHAN MUSA DAN PEMBEBASAN ISRAEL (Keluaran 2:23-4:17)"

Posting Komentar

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

YANG PALING BARU

PILIHAN YANG TEPAT (I Samuel 16:1-23)

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed