KESEHATIAN DALAM PERSEMBAHAN TUBUH DAN KARUNIA PELAYANAN (Roma 12:1-8)

Dalam kekristenan memberi persembahan merupakan hal penting sebagai wujud jawaban umat percaya atas kemurahan Allah dalam kehidupan ini. Ada banyak bentuk persembahan yang dilakukan dalam berbagai komunitas umat percaya, misalnya dalam bentuk uang dan hasil-hasil kebun, pisang, sayar, ubi. Apapun bentuknya, tetapi persembahan itu menunjukkan kesadaran yang mendalam akan kebaikan Tuhan dalam kehidupan umat percaya baik pribadi, keluarga maupun sebagai pesekutuan jemaat. Rasul Paulus kepada orang Kristen di Roma meminta untuk menjawab kemurahan Allah dengan mempersembahkan tubuh. “Oleh kemurahan Allah”, kata Rasul Paulus, “aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati” (ayat 1). Jawaban atas kemurahan Allah haruslah persembahan yang berkenan kepada Allah, yaitu persembahan tubuh. Ini bukan tubuh yang ada dalam kuasa dosa dan kematian, melainkan tubuh yang bebas dari kuasa dosa dan maut, karena itu merupakan persembahan yang hidup dan kudus.

Oleh Yesus Kristus, sebagai wujud kemurahan Allah, manusia dibebaskan dari kuasa dosa dan maut, maka seluruh kehidupannya patut menjadi persembahan kepada Allah. Sama seperti Yesus mempersembahkan tubuh-Nya demi kemurahan Allah atas manusia, demikianpun tubuh kita yang sudah diselamatkan layak digunakan bagi kemuliaan Allah. Jadi persembahan kepada Allah tidak lagi terbatas pada harta milik, uang atau hasil kebun, melainkan segenap kehidupan. Bukan hanya harta milik digunakan bagi kemuliaan Allah, melainkan segenap kehidupan umat percaya. Uang dan harta milik hanya sebagian dari kehidupan, dan ini belum cukup menjadi persembahan yang berkenaan kepada Allah. Persembahan yang Allah kehendaki ialah segenap kehidupan kita. Bahkan dengan mempersembahkan segenap hidup ini untuk kemuliaan Allah kita telah melakukan “ibadah yang sejati”, ibadah yang sesungguhnya di hadapan Allah.

 

Kebiasaan sebagian orang Kristen, termasuk warga GKI, tidak datang beribadah, tetapi menitip persembahan patut dikoreksi karena tidak menunjukkan cara menjawab kemurahan Allah dengan tepat. Uang dan harta tidak dapat mewakili kita dihadapan Allah, melainkan segenap kehidupan kitalah yang Allah kehendaki ada dihadirat-Nya. Sikap seperti ini membutuhkan pembaruan pola pikir dan tindak sehingga dapat memahami apa yang menjadi kehendak Allah. Karena itu, nasihat Rasul Paulus, “janganlah menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu, sehingga kamu dapat membedakan mana kehendak Allah: Apa yang baik, yang berkenan kepada-Nya dan sempurna” (ayat 2). Ini bukan pembaruan biasa-biasa, melainkan pembaruan kehidupan secara total, sehingga tidak ada lagi sifat-sifat duniawi. Dan hanya dalam pembaruan yang total itu, kita dimungkinkan dapat membedakan apa yang berkenan kepada Allah dan apa yang tidak berkenan.

 

Dalam kehidupan yang sudah baru itulah, yakni hidup yang tidak lagi mengikuti sifat-sifat duniawi, kita menjalani hidup hari ini sesuai dengan  kehendak Allah dan sesuai dengan apa yang dianugerahkan-Nya. “Janganlah memikirkan hal-hal yang lebih tinggi  daripada yang patut kamu pikirkan”(ayat 3), kata Rasul Paulus. Cara hidup duniawi selalu ingin memuaskan hawa nafsu dan memikirkan hal-hal secara berlebihan. Sudah punya satu motor, tapi masih ingin punya 3 motor; sudah punya 1 mobil, tapi masih merasa belum cukup dan memikirkan untuk punya 3 mobil. Karena itu, orang yang hidup dengan sifat-sifat duniawi tidak pernah merasa puas dengan apa yang ada, dan karena itu tidak pernah merasa bersyukur. Kalau ada orang Kristen termasuk warga GKI seperti itu, dan pasti ada, hari ini diingatkan: “janganlah menjadi serupa dengan dunia ini”; dan “janganlah memikirkan hal-hal yang lebih tinggi daripada yang patut kamu pikirkan”. Bagaimana seharusnya orang Kristen menjalani kehidupan dalam kemurahan Allah ini? Mari kita perhatikan ayat 3 bagian terakhir: “hendaklah kamu berpikir sedemikian rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing”. Hidup ini adalah karunia Allah, karena itu marilah kita jalani dalam iman apa yang dikaruniakan Allah. Kalau Allah karuniakan 1 motor, jangan nafsu dan berpikir 3 mobil, itu akan membawa masalah, korupsi misalnya. Pada waktunya Allah akan karuniakan 3 bahkan 10 mobil. Mari kita jalani kasih karunia-Nya, dan pada waktunya Tuhan akan karuniakan yang sudah disediakan-Nya bagi yang beriman. Yesus sendiri pada waktu berkotbah di bukit berkata: “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, dan semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Mat 6:33).

 

Tetapi kita bukan hanya diingatkan untuk tidak boleh nafsu dan berpikir yang muluk-muluk, melainkan juga bahwa orang Kristen itu adalah “satu tubuh dalam Kristus” (ayat 5). Dan sebagai satu tubuh, satu dengan yang lain tidak saling terpisah. Tiap-tiap orang dikaruniakan yang berbeda satu dengan yang lain. tetapi karunia yang berbeda-beda itu merupakan kekayaan bersama sebagai tubuh Kristus, sehingga yang satu membantu dan menopang yang lain. sebab “kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain”(ayat 5). Keberadaan kita sebagai tubuh Kristus dengan anggota yang banyak dan karunia yang berbeda-beda merupakan sebuah kesaksian. Ada 7 (tujuh) karunia yang sering dijumpai di antara orang Kristen, yaitu bernubuat, melayani, mengajar, menasihati, membang-bagikan sesuatu, memimpin, dan menunjukkan belas kasihan (ayat 6-8). Karunia-karunia ini juga kita miliki hari ini. Mari kita manfaatkan karunia-karunia ini dengan sebaik-baiknya untuk saling melayani dan membantu satu terhadap yang lain, tetapi juga menjadi suatu kesaksian atas kehidupan kita di dalam kemurahan Allah, yaitu kehidupan dalam kesehatian dan saling menopang satu terhadap yang lain.  Amin! (Penulis: Pdt. DR. Sostenes Sumihe, M. Th)     

 

 

 

 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

2 Komentar untuk "KESEHATIAN DALAM PERSEMBAHAN TUBUH DAN KARUNIA PELAYANAN (Roma 12:1-8)"

  1. Terima kasih Ibu Pendeta utk renungannya, Tuhan Yesus memberkati dlm pelayanan

    BalasHapus

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

YANG PALING BARU

PETRUS AKAN MENYANGKAL YESUS (Matius 26:30-35)

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed