KHOTBAH PELEPASAN DAN PEMAKAMAN SEORANG IBU (Roma 8:31-39)
Seorang ibu bukan hanya sosok yang melahirkan dan merawat, tetapi juga pribadi yang menjadi gambaran nyata kasih Allah dalam kehidupan sehari-hari. Ibu adalah tempat kita belajar tentang kesabaran, pengorbanan, dan cinta yang tak bersyarat. Dalam pelukannya, kita merasa aman. Dalam doanya, kita menjadi kuat. Dalam nasihatnya, kita dituntun untuk hidup bijak dan takut akan Tuhan. Air mata, peluh dan doa seorang mama dan oma menjadi benih yang kini tumbuh dalam kehidupan anak-anak dan cucunya. Hari ini kita semua ada dalam dukacita untuk melepas kepergian Almarhumah kekasih kita. Namun dalam dukacita dan kesedihan keluarga yang ditinggalkan serta kita semua, kita diingatkan akan satu kebenaran yang pasti: kasih Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Di tengah duka ini, Tuhanlah yang menjadi penghibur yang menguatkan kita dengan firmanNya untuk melihat dan percaya Kasih Allah melampaui kematian.
Paulus bertanya dalam bacaan kita saat ini: "Jika Allah di pihak
kita, siapakah yang akan melawan kita?" Dan ia mengakhiri bagian ini
dengan deklarasi iman yang luar biasa:"Sebab aku yakin, bahwa baik
maut, maupun hidup… tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang ada
dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." Inilah kebenaran Firman Tuhan yang
menghibur kita hari ini: kasih Allah lebih kuat daripada maut. Pada ayat
31, Paulus menyatakan dengan tegas: "Jika Allah di pihak kita..."
Saudara, ini bukan pertanyaan keraguan, melainkan seruan penuh kepastian. Kita
sedang berduka karena kehilangan. Namun di balik air mata kesedihan ini, kita
diingatkan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita. Bahkan di saat paling
gelap: di liang kubur, di alam maut, Ia hadir dan menyertai kita. Dalam duka, sering
kita bertanya, "Mengapa Tuhan?" atau "Mengapa sekarang?" Atau
kita bahkan mencari – cari penyebabnya, sakit kah? orang bikin kah?
Kecelakaankah? Tapi firman ini mengarahkan kita untuk melihat kepada Kristus.
Paulus berkata, "Kristus Yesus telah mati. Bahkan lebih lagi: Ia telah
dibangkitkan." Kematian bukan akhir cerita. Kristus telah bangkit, dan
karena itu kita memiliki pengharapan. Ibu yang kita kasihi tidak hanya hidup
dalam kenangan kita. Ia hidup dalam Kristus. Tubuh akan kembali kepada tanah,
tapi rohnya telah dipulihkan dalam keabadian, dalam pelukan kasih Allah yang
kekal. Jadi dari Firman Tuhan ini, ada janji yang paling indah:
"Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup… tidak akan dapat memisahkan
kita dari kasih Allah." Tidak ada yang bisa memisahkan kita dari kasih
Tuhan—bukan penyakit, bukan usia, bukan kelemahan tubuh, bahkan bukan kematian.
Kasih Tuhan kepada orang tua kekasih kita ini tidak pernah berhenti, derita
dalam sakitnya telah berakhir. Dan kasih Tuhan kepada kita juga tetap ada, bahkan
di tengah kepergian ini. Ini bukan ucapan penghiburan kosong. Ini adalah
fondasi iman Kristen. Kita percaya pada Allah yang mengasihi tanpa batas, dan
kasih itu telah dinyatakan melalui salib Kristus. Di salib, kita melihat kasih
yang rela mengorbankan diri demi menyelamatkan kita. Dan jika Allah telah
memberikan Anak-Nya, tidakkah Ia juga akan terus menyertai kita, menopang kita
dalam duka ini?
Ada tiga hal yang tidak diketahui oleh manusia tentang kematian, yaitu kapan kita mati, bagaimana kita mati, dan di mana kita mati. Seringkali kita menghindar ketika mempercakapkan tentang kematian kita atau orang-orang yang kita kasihi. Namun, justru karena ketidaktahuan kita, maka kita perlu berani mempercakapkan tentang kematian. Karena dalam iman Kristen, kematian bukanlah akhir dari sebuah kehidupan. Semua yang masih diberi hidup, mari kita hidup dengan bijak, saling mengasihi, dan terus percaya kepada Tuhan dalam setiap musim hidup kita. Warisan terbesar seorang ibu bukanlah harta, tetapi kash sayang dan cinta sebagaimana Tuhan mengasihi dan mencintai kita. Mari kita saling menguatkan. Meskipun menangis tapi kita tidak kehilangan harapan. Mari kita lanjutkan hidup dengan keyakinan bahwa kasih Allah tak pernah gagal. Dalam kehilangan, kita tetap ditopang. Dalam air mata, kita tetap dikuatkan. Sebab tidak ada satu hal pun—termasuk kematian—yang dapat memisahkan kita dari kasih-Nya. Selamat mama dan oma terkasih. Beristirahatlah dalam damai Kristus. Amin
Belum ada Komentar untuk "KHOTBAH PELEPASAN DAN PEMAKAMAN SEORANG IBU (Roma 8:31-39)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.