RANCANGAN KHOTBAH: PERSEPULUHAN ADALAH KESEHATIAN DALAM PENATALAYANAN DI GEREJA (Nehemia 9:38-10:39)
Allah yang setia pada perjanjianNya, menghendaki umat membaharui komitmen dalam hidup kudus, taat dan sehati untuk penatalayanan dalam rumah Allah.
Tujuan yang akan dicapai:
Jemaat mengerti dan termotivasi untuk bersyukur atas kasih setia dan berkat Tuhan dengan pembaharuan komitmen iman dan kesehatian dalam penatalayanan di Gereja
Konteks saat itu:
Kitab Nehemia ditulis sekitar tahun 430 – 400 SM. Kitab ini berisi kehidupan bangsa Israel di Yerusalem setelah pulang dari pembuangan Babel. Di bawah kepemimpinan Nehemia sebagai "pemimpin wilayah" (pakhat), bangsa Israel berhasil membangun kembali tata agama dan politik, membangun kembali tembok kota yang mengelilingi Yerusalem serta mengadakan upacara pembaruan perjanjian antara umat Israel dan TUHAN. Nehemia sebagai pemimpin yang diutus Tuhan untuk membangun kembali tembok kota Yerusalem dan membangkitkan semangat rohani umat dalam pengakuan dosa, pembacaan Hukum Taurat, dan perjanjian ulang umat dengan Tuhan (Nehemia 9–10). Juga menekankan penatalayanan yang setia: persepuluhan, pelayanan di bait Allah, dan kepedulian sosial.
Kaitan dengan PB:
Umat Israel memperbaharui perjanjian mereka dengan Allah melalui penandatanganan suatu ikrar tertulis. Mereka berjanji untuk hidup setia kepada Tuhan juga dalam hal mempersembahkan persepuluhan dan penatalayanan dalam rumah Allah. Dalam Perjanjian Baru, Yesus adalah Penggenapan Hukum Taurat (Matius 5:17) yang menjadi pengantara perjanjian yang baru (Ibrani 8:6,13)
Penjelasan Teks:
Pasal 9:38: Dasar dari pembaruan perjanjian/Komitmen
Pembaruan perjanjian dimulai dari umat Israel menyadari dosa-dosa mereka dan bertobat. Mereka menengok kembali sejarah panjang pemberontakan nenek moyang mereka terhadap Tuhan (pasal 9:1-37). Setelah itu pada ayat 38, umat membuat keputusan penting yaitu mengikat perjanjian yang ditulis dan dimeterai oleh para pemimpin, orang-orang Lewi dan para imam. Perjanjian tertulis menjadi komitmen resmi sebagai bangsa (bukan hanya pribadi) untuk hidup sesuai dengan hukum Tuhan sebagai bentuk kesehatian umat dalam bertanggung jawab kepada Allah. Frasa “mengikat perjanjian” (Ibr: koretim amanah); perjanjian disebut "diikat" karena mencerminkan komitmen yang kuat dan tidak mudah diputuskan, seperti tali yang mengikat dua pihak menjadi satu kesatuan. Perjanjian itu mengikat hati, komitmen dan tindakan. Kata “amanah” juga bermkana: "piagam tekad", "komitmen tegas", atau "janji resmi yang dapat dipercaya." Ini menunjuk pada aspek pembaruan dari perjanjian yang sudah ada sebelumnya antara Tuhan dan umat Israel. Pembaruan perjanjian ini berisi komitmen moral dan spiritual untuk kembali kepada Tuhan dengan sungguh – sungguh sebagai respon syukur atas kasih karunia Tuhan. Perjanjian itu ditulis dan dibubuhi meterai sebagai bukti kesungguhan komitmen bukan sekedar ucapan yang mudah dilupakan atau emosi sesaat tetapi benar – benar mengikat secara moral setiap pribadi dan seluruh bangsa Israel juga menjadi warisan bagi generasi selanjutnya
10:1-28: Orang – orang yang berkomitmen
Bagian ini mencatat nama-nama tokoh yang membubuhkan tanda tangan atau meterai pada perjanjian itu. Kelompok yang menandatangani adalah pemimpin bangsa yang dimulai dari Nehemia selaku kepala daerah dan Zedekia (ayat 1), kemudian diikuti para imam; yaitu mereka yang bertanggung jawab dalam ibadah, hukum Taurat, dan pelayanan bait Allah. (ayat 2-8). Lalu orang – orang Lewi; pelayan-pelayan bait suci, pembantu para imam (ayat 9-13), setelah itu para pemimpin bangsa tercatat 44 nama dari suku – suku atau kepala keluarga yang menunjukan komitmen keseluruhan umat Israel serta umat yang: para imam, orang-orang Lewi, para penunggu pintu gerbang, para penyanyi, para pelayan di bait Allah, dan segala orang asing yang ingin mengikuti hukum Allah bersama seisi keluarga mereka.
10:29-39: Isi Perjanjian/Komitmen
Ayat 29–39 berisi komitmen nyata umat Israel dalam beberapa aspek penting kehidupan iman. Fokus utamanya: ketaatan kepada hukum Taurat, kekudusan hidup, dan penatalayanan bait Allah. Umat Allah bangkit dari kehancuran rohani menuju pembaruan yang nyata. Mereka tidak hanya menangis dalam doa (pasal 9), tetapi berjanji, bertindak, dan sehati dalam penatalayanan. Ada penekanan yang kuat pada dukungan terhadap bait Allah: persembahan (persembahan sulung dan khusus), persepuluhan, dan komitmen bersama untuk tidak akan melalaikan rumah Allah. Rumah Allah bukan sekadar bangunan, tapi pusat kehidupan rohani, sosial, dan budaya umat. Tanggung jawab terhadap rumah Tuhan menunjukkan bahwa ibadah adalah komitmen komunitas, bukan hanya tanggung jawab para imam.
Referensi lain dalam Alkitab: (TB2)
Yeremia 31:33 “Tetapi beginilah perjanjian yang Kuikat dengan umat Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh TauratKu dalam batin mereka dan menuliskannya pada hati mereka. Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umatKu."
Ibrani 8:6 “Namun sekarang Ia telah mendapat pelayanan yang jauh lebih agung, karena Ia menjadi pengantara dari perjanjian yang mulia, yang didasarkan pada janji – janji yang lebih mulia lagi.”
I Korintus 12:27 “Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing – masing adalah anggotanya.”
Ilustrasi:
ü Sebuah jembatan gantung yang digantung di antara dua tebing curam, bisa berdiri karena ada tali-tali besar yang mengikat dan menahan seluruh konstruksi. Jika satu tali dilepaskan, jembatan itu bisa goyah. Jika semua tali dilepaskan, jembatan itu roboh. Demikianlah perjanjian yang diikat dalam iman — menjadi tali pengikat antara umat dan Tuhan. Tanpa ikatan perjanjian, hubungan itu menjadi rapuh, pelayanan kehilangan arah, dan rumah Tuhan bisa diabaikan.
ü Sebuah bangunan yang terlihat megah dan kokoh sesungguhnya disusun dari ribuan batu bata kecil. Setiap batu bata mungkin tampak kecil dan tak berarti, tapi tanpa batu-batu itu, tidak akan ada bangunan yang kokoh. Persepuluhan kelihatannya kecil dibandingkan yang lain, tapi ketika umat menopang dengan setia, gereja menjadi kuat, pelayanan berjalan, dan nama Tuhan dipermuliakan. Tanpa kesehatian, pelayanan akan runtuh seperti bangunan yang kehilangan fondasi.
ü Dalam arum jeram, satu perahu diisi oleh beberapa orang. Masing – masing duduk pada posisinya dan mengayuh bersama dan sigap. Arus sungai bisa tenang, tapi juga bisa deras, berliku, penuh bebatuan, dan menantang. Bila ada orang yang tidak sigap dan mendayung tidak seirama, atau malah melawan arah, maka perahu bisa oleng, bahkan terbalik. Kesehatian bukan berarti semua harus sama cara berpikir, tapi memiliki kesatuan tujuan: mengarahkan seluruh kehidupan gereja untuk memuliakan Kristus dan melayani dengan kasih-Nya.
Aplikasi:
ü Hubungan Tuhan dengan umatNya diikat oleh perjanjian. Tuhan telah mengikat perjanjian bukan saja dengan Israel tetapi juga dengan kita sebagai Gereja di masa kini. Yesus Kristus sang Juruselamat telah membarui perjanjian itu dalam karya pengorbananNya. Marilah kita hidup sebagai umat yang bersyukur atas kasih setia dan berkat Tuhan dengan pembaruan komitmen iman dan kesehatian dalam penatalayanan di Gereja.
ü Pemulihan dan pembaruan hidup dimulai dari kesadaran atas dosa dan anugerah Allah dalam pengampunan dosa. Tuhanlah yang mengerjakan pemulihan dan pembaruan.
Ketika umat mengaku dengan sungguh – sungguh, berkomitmen dengan setia maka pemulihan dan pembaruan dapat terjadi.
ü Iman bukan saja mengaku percaya dengan mulut tapi juga tindakan nyata dalam komitmen untuk memperbaharui hidup dalam Tuhan, hidup taat dan kudus serta sehati dalam penatalayanan di Gereja.
ü Pemulihan dan pembaruan secara total dapat dialami bila menjadi komitmen dan gerak bersama bukan hanya peribadi atau sekelompok orang. Jika kita rindu untuk mengalami pemulihan secara total dalam kehidupan keluarga, persekutuan dan bersama dalam masyarakat maka kitapun mesti perkomitmen bersama dengan setia.
ü Pemimpin gereja seperti para imam dan orang Lewi di zaman Nehemia, harus menjadi teladan dalam penatalayanan, termasuk dalam hal memberi. Pendidikan tentang persepuluhan harus diajarkan bukan untuk menakut-nakuti, tetapi untuk membangun iman dan tanggung jawab.
ü Pelayanan dan ibadah adalah tanggung jawab bersama. Semua orang punya peran: pemimpin, pelayan maupun anggota jemaat. Marilah menjadi gereja yang sehati sebagai satu tubuh Kristus dan anggota – anggotanya saling bersinergi satu sama lain. Bersama sehati untuk tidak melalaikan rumah Allah
ü Persepuluhan dan persembahan bukan sekadar kewajiban keuangan tapi ungkapkan kasih dan kesehatian dalam menopang rumah Tuhan. Persepuluhan bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi merupakan bentuk kesehatian umat dalam penatalayanan kepada Tuhan. Persepuluhan bukan hanya tindakan memberi, tetapi merupakan ekspresi dari hati yang sehati dan sepikir dalam pelayanan gereja. Gereja bukan dibangun oleh satu atau dua orang saja. Gereja bertumbuh oleh komitmen bersama. Persepuluhan adalah salah satu wujud praktis dari kesehatian itu. Ketika seluruh jemaat memberi dengan setia, pelayanan gereja dapat berjalan lancar.
Penutup:
Mari kita menjadi umat yang bangkit bersama, bertobat bersama, dan berkomitmen bersama untuk tidak melalaikan penatalayanan dalam Gereja. Mari kita tunjukkan komitmen itu melalui membawa persepuluhan yang setia, sukacita yang murni, dan kesehatian yang sejati; menjadi gereja yang setia, bertanggung jawab, dan sehati dalam persepuluhan. Karena dalam kesetiaan dan kesehatian itulah, kita bukan hanya menopang pelayanan, tetapi juga memuliakan Tuhan yang telah lebih dahulu memberi segala-galanya kepada kita. Amin
Belum ada Komentar untuk "RANCANGAN KHOTBAH: PERSEPULUHAN ADALAH KESEHATIAN DALAM PENATALAYANAN DI GEREJA (Nehemia 9:38-10:39)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.