PERSEPULUHAN SEBAGAI UNGKAPAN SYUKUR DAN TANGGUNG JAWAB IMAN (Ulangan 14:22-29; 26:12-15)
Apa yang berharga dan yang paling penting dalam hidup kita? Apakah Tuhan? Atau Uang? Atau kekayaan kita? Apakah pekerjaan? Ataukah hobby kita? Kita sedang hidup di zaman di mana banyak orang berlomba untuk memuaskan keinginan diri sendiri. Dari dua bacaan Alkitab hari ini, Ulangan 14:22-29 dan Ulangan 26:12-15, kita belajar untuk menempatkan Tuhan sebagai yang pertama dan terutama dalam hidup kita, sesudah itu orang lain dan diri kita sendiri yang terakhir. God first, others second and myself last. Itu juga yang Tuhan kehendaki dilakukan oleh orang Israel dan kita sebagai orang – orang percaya dalam prinsip persembahan Persepuluhan. Tema kita: Persepuluhan Sebagai Ungkapan Syukur dan Tanggung Jawab Iman.
Persepuluhan (Ibr: Ma’aser) adalah persembahan rutin (jadi bukan persembahan yang kita bawa hanya saat kita ingat, atau jika kebutuhan kita tidak banyak barulah kita mengingat hak Tuhan. Di Israel persepuluhan dibawa secara rutin setiap Tahun dan setiap 3 tahun. Berapa banyak? Yaitu 1/10 dari hasil ladang atau ternak. Kita sekarang tentu sepersepuluh dari hasil kerja bukan hanya yang punya pekerjaan tetap dan dapat gaji setiap bulan tapi juga setiap hasil pencaharian entah nelayan, petani, yang jualan di pasar, yang ojek, yang punya kios. Dari penghasilan itu, ada sepersepuluh yang menjadi hak Tuhan dari apa yang kita peroleh. Umat Israel yang akan masuk ke Kanaan, Tuhan memberi ketetapan supaya ketika sudah sampai di Kanaan, mereka harus membawa persepuluhan ke tempat yang Tuhan pilih, makan persembahan itu dihadapan Tuhan sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan karena semua itu berasal dari Tuhan: hasil panen, tanah, musim, matahari, hujan, kesuburan semua karena campur tangan Tuhan. Kita sekarang: tanah, laut, tempat usaha kita, tempat kita bekerja, nafas yang gratis, tubuh kita yang sehat dan kuat untuk bekerja, hikmat, pengetahuan dan kepintaran kita, semua juga dari Tuhan. Maka taat dan setialah membawa persepuluan bukan karena terpaksa tapi karena kesadaran dan kerinduan untuk bersyukur.
Persepuluhan itu bukan beban tapi ungkapan syukur yang penuh sukacita. Di Israel jika tempat yang Tuhan pilih jauh, Yerusalem jauh dari kota tempat tinggal umat maka persepuluhan bisa diuangkan kemudian belanjakan apa yang mau dipersembahkan lembu sapi, kambing domba dll untuk dibawa ke hadapan Tuhan dan makan dengan bersukaria dihadapan Tuhan bersama seisi rumah. Jangan salah kaprah dengan kalimat: minuman yang memabukkan. Kata "Minuman yang memabukkan" (TB1) – Minuman keras (TB2) – Ibr: Shekar yaitu minuman yang dinikmati dalam perayaan di hadapan Tuhan jadi bukan berarti Allah menyetujui kemabukan, bukan untuk penyalahgunaan. Yang ditekankan adalah perayaan sukacita saat berjumpa dengan Tuhan. Jadi bawalah persepuluhanmu dengan sukacita. Tuhan mau bukan bentuk persembahannya saja tapi juga hati dan hidup seisi rumahmu yang menjadi persembahan untuk Tuhan.
Persembahan persepuluhan adalah tanggung jawab iman. Pada akhir tahun ketiga, persepuluhan itu dikumpulkan dan dibagikan kepada orang Lewi (yang tidak dapat tanah pusaka), orang asing, anak yatim, dan janda. Jadi persepuluhan bukan hanya soal kita dengan Tuhan. Tapi juga tanggung jawab iman untuk sesama kita. Dalam GKI di Tanah Papua, persepuluhan tidak dipakai untuk membiayai program dalam jemaat tapi disetor seluruhnya kepada Sinode dan dipakai untuk jaminan hidup para pelayan Firman. Jadi kalau bpk/ibu membawa persepuluhan bukan untuk pendeta jemaat saja tapi juga untuk pelayan Firman yang jauh dan belum pernah jumpa. Persepuluhan juga menjadi bentuk kepedulian terhadap pelayan-pelayan Tuhan dan sesama. Umat harus menjaga kekudusan persepuluhan, membawa persepuluhan seperti yang Tuhan perintahkan. Saat berkabung – ada kebutuhan lebih – tidak mengambil dari persembahan persepuluhan itu. Persembahan persepuluhan menjadi sebuah latihan iman yang mendidik kita untuk menaruh Allah di tempat pertama; bahwa “Tuhan lebih penting daripada harta”. Ada banyak tantangan yang membuat kita mengabaikan persembahan persepuluhan. Kebutuhan anak sekolah yang mendesak, cicilan yang harus di bayar, serta pemikiran bahwa orang lain yang tidak kasih persepuluhan tapi tetap hidup enak dan makmur; pemahaman: “Tuhan juga tahu tong pu hidup, jadi pasti Tuhan mengerti saja”. Banyak perdebatan tentang persepuluhan, bahkan ada anggapan bahwa persepuluhan tidak lagi penting faktanya: jumlah warga jemaat yang setia dalam persembahan persepuluhan lebih sedikit dibandingkan jumlah warga jemaat yang bekerja. Apakah kita akan tetap setia mendahulukan dan mengutamakan Tuhan? Mari lihat diri kita masing – masing, kalau masih lalai membawa persepuluhan berarti belum taruh Tuhan ditempat pertama. Iman bukan sekadar percaya bahwa Tuhan ada, tetapi percaya bahwa Tuhan mencukupkan.
Persepuluhan menjadi berkat dan perkenan Tuhan. Setelah memberikan persepuluhan dengan tulus, umat berseru memohon berkat Tuhan. Allah adalah Allah yang murah hati dan selalu memberkati mereka yang hidup dalam ketaatan dan kasih. Maleakhi 3:10 Bawalah seluruh persembahan persepuluhan dan ujilah Tuhan sebab Tuhan akan membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. Dalam pengorbanan Kristus kita menerima berkat yang sempurna. Berkat-Nya bukan saja uang tapi juga berupa damai sejahtera, perlindungan, hikmat, dan penggenapan janji-Nya dalam hidup kita. Yesus memberi hidupNya sepenuhnya sebagai persembahan yang agung. Ia memberikan diri-Nya sepenuhnya untuk menyelamatkan kita. Maka ketika kita memberi, kita sedang meneladani Kristus. Kita dipanggil untuk menunjukkan bahwa iman kita kepada Tuhan bukan sekadar kata-kata, tetapi tampak dalam kesetiaan membawa apa yang jadi hak Tuhan, karena mengingat, bersyukur, dan berbagi. Amin. Selamat Hari Minggu. Tuhan memberkati.
Belum ada Komentar untuk "PERSEPULUHAN SEBAGAI UNGKAPAN SYUKUR DAN TANGGUNG JAWAB IMAN (Ulangan 14:22-29; 26:12-15)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.