KEBAHAGIAAN YANG SIA - SIA (Mazmur 49:1-21)

Dunia mengukur kesuksesan dengan kekayaaan, jabatan dan kepintaran. Semakin kaya seseorang, atau semakin tinggi jabatannya, semakin hebat tingkat pendidikannya pasti dipandang sukses dan  semakin dihormati. Tetapi apakah harta kekayaan, jabatan, kepintaran, popularitas dapat menjadi jaminan kebahagiaan? Ternyata tidak. Fakta menunjukan, tidak sedikit orang yang depresi di  tengah kekayaan dan popularitas yang dimilikinya.  Adolf Merckle, orang terkaya dari Jerman, mati dengan menabrak­kan badannya ke kereta api. Michael Jackson, penyanyi terkenal dari AS, ditemukan tak bernyawa di tempat tidurnya karena over dosis obat - obatan. Presiden Brasil, G. Vargas yang berada di puncak karir dan jabatannya justru bunuh diri dengan menembak jantungnya sendiri. Marilyn Monroe, artis yang terkenal dan cantik mengalami depresi hingga overdosis. Ternyata kekayaan, ketenaran, jabatan, kecantikan atau ketampanan bahkan kesuksesan tidak dapat menjadi jaminan kebahagiaan.

 

Tema khotbah kita hari ini : KEBAHAGIAAN YANG SIA – SIA. Pasti kita semua menginginkan kebahagiaan. Tapi ada kebahagiaan yang sia – sia. Jadi kita mesti hati – hati, jangan terkecoh. Mazmur 49:1-21 adalah mazmur pengajaran dan hikmat. Pemazmur mengajak bangsa – bangsa, semua orang tanpa terkecuali untuk belajar tentang hikmat: kehidupan dan kematian. Ada tiga hal yang menjadi pokok perenungan pemazmur. Pertama, bahwa status semua orang itu sederajat di hadapan Tuhan. Bagi Tuhan, semua manusia adalah sama. Allah tidak membedakan yang kaya atau miskin; berjabatan atau tidak. Allah tidak mengacu pada nilai yang dibuat oleh dunia. Kedua, tidak ada seorangpun yang dapat menyelamatkan dirinya sendiri entah harta atau pun kekuatannya sendiri. Kekayaan tidak dapat menjadi modal untuk ke Sorga. Karena hanya Allah satu-satunya penebus. Penebusan Allah itu berharga. "Tidak ada seorangpun dapat membebaskan dirinya atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya, karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya dan tidak memadai untuk selama-lamanya" (8-9). Ketiga, semua orang pada akhirnya akan mengalami kematian (11-15, 17-20). Kekayaan sebanyak apapun, jabatan setinggi apapun, kepintaran sehebat apapun tidak dapat menghindarkan seseorang dari kematian. Siapapun juga akan menuju pada kematian.

 

Pemazmur menyampaikan perenungannya bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada banyaknya harta, pada umur yang panjang, pada apapun yang kita miliki dan upayakan di dunia ini. Kebahagiaan sejati ada di dalam Tuhan yang menyelamatkan manusia dari cengkeraman maut. Ayat 16: "Tetapi Allah akan membebaskan nyawaku dari cengkraman dunia orang mati, sebab Ia akan menarik aku." Allah membebaskan kita bukan sekedar dari cengkraman kematian jasmani tapi juga dari kebinasaan dosa.

 

Jadi kebahagiaan yang sia – sia maksudnya orang yang mendasarkan hidupnya pada kekayaan, jabatan, kepintaran, popularitas dll. Orang yang demikian tidak ada bedanya dengan hewan. Sebab hewan hanya sekedar hidup saja, mencari sesuatu untuk di makan, menikmati semua semua hal lalu mati. Selesai. Tetapi manusia tidak demikian. Manusia mesti memberi makna dalam hidup. Manusia tidak sekedar hidup untuk memperoleh gaji, mendapatkan gelar, mengejar jabatan namun untuk menjadi berkat. Manusia menjalani hidup dengan hikmat, supaya tidak sekedar hidup lalu mati.

 

Pemazmur menyadari bahwa kebahagiaan sejati dimiliki oleh orang – orang yang mengandalkan Allah. Sukacita hatinya tidak bergantung pada apa yang dimilikinya, melainkan hanya pada relasinya dengan Allah. Relasi dengan Allah itulah satu-satunya hal yang kekal dalam hidup dan yang memberi kebahagiaan sejati.


Perbedaan paling besar antara uang dan waktu adalah kita pasti tahu berapa banyak uang yang kita punya namun kita tidak pernah tahu berapa banyak waktu yang masih kita punya. Kita dapat membeli sesuatu dengan uang namun uang tidak dapat membeli waktu. Dengan uang, kita dapat membeli obat tetapi uang tidak dapata membeli kesehatan. Dengan uang, kita dapat membeli rumah yang besar tapi uang tidak dapat membeli keharmonisan sebuah keluarga. Kekayaan tidak dapat membeli hidup. Harta benda, jabatan maupun kepintaran tidak dapat memperpanjang sedetik hidup kita di dunia ini.

 

Hidup kita bersumber dari Allah bukan dari diri kita sendiri ataupun sesuatu yang kita miliki di dunia ini. Maka, berharaplah pada Allah yang hidup. Dan bukan pada harta benda. Ingatlah bahwa uang, kekayaan, kehormatan, dan lain sebagainya bukan tujuan utama kita hidup. Jika kita memiliki kekayaan, jabatan dan pendidikan tinggi maka itu adalah berkat. Bersyukurlah dan pakailah itu menjadi berkat bagi orang lain. Jangan menjadi serupa dengan orang fasik yang menganggap kekayaan lebih penting daripada hidup.

 

Apakah hari ini kita bahagia? Di tengah kerapuhan hidup karena Pandemi Covid 19. Dalam berbagai pergumulan hidup pribadi dan keluarga masing – masing. Di tengah persaingan dalam pertarungan politik pada PILKADA nanti. Tetaplah berbahagia, jadilah berkat dan pancarkan kebahagiaan dari Yesus. Kita berbahagia karena kita hidup di dalam Yesus, itu bukan kebahagiaan yang sia – sia tapi kebahagiaan sejati. Itu sebabnya dengan sukacita kita menyanyi: “Keberbahagia, yakin teguh, Yesus abadi kepunyaanku … “. Amin. Selamat hari Minggu. Tuhan memberkati.  

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "KEBAHAGIAAN YANG SIA - SIA (Mazmur 49:1-21)"

Posting Komentar

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed