KHOTBAH NATAL II PERNIKAHAN KUDUS : BELAJAR MEMBERI DARI PEMBERIAN ORANG MAJUS (Matius 2:1-12)

Ada pepatah tentang jodoh: “asam di gunung, garam di laut bertemu di belanga”. Itu sebuah kekuatan cinta. Asam tumbuh subur di gunung yang tinggi,  sedangkan garam terendam jauh di dasar laut.  Secara logika,  asam bukanlah benda hidup yang dapat bergerak untuk bertemu garam yang ada di tepian pantai. Tapi kekuatan cinta Tuhan dapat mempertemukan dua orang yang terpisah jarak untuk ,menjadi satu dalam ikatan cinta.

 

Kekuatan cinta Tuhan juga menggerakan Orang Majus dari Timur, Negeri yang jauh untuk berjumpa dengan Yesus. Bukan sekedar membuktikan kebenaran tanda alam melalui bintang tapi karena kerinduan untuk menyembah Yesus. Orang – orang Majus ini adalah orang bijaksana atau ahli nujum. Menurut kisah sejarah mereka bernama : Caspar, Melkhior dan Balthazar. Yang jelas mereka bukan orang Yahudi. Tapi mereka menempuh perjalanan yang jauh, perjalanan yang melelahkan, perjalanan yang memeras tenaga, memakan biaya demi kerinduan menyembah Yesus. Orang - orang Majus ini punya segalanya (harta, ilmu dan kedudukan), tapi masih ada yang lebih penting dari apa yang mereka miliki yaitu menjumpai Yesus, menyembah Yesus dan memberi persembahan terbaik kepada Yesus : Emas, Kemenyan dan Mur.

 

Kisah Orang Majus hanya terdapat dalam Kitab Injil Matius sebagai. Kisah orang Majus menggambarkan hubungan Mesias dengan dunia bangsa – bangsa lain. Kekuatan cinta Allah yang menjangkau bangsa – bangsa bukan Yahudi sebagai sasaran Misi Allah.

 

Orang Majus telah memberi teladan hidup yang terpusat pada Tuhan. Hanya 1 bintang yang menjadi penuntun mereka di antara seribu bahkan jutaan bintang lainnya. Apa yang menjadi pusat hidup kita? Kristuskah? Atau uangkah? Atau Pekerjaankah? Atau jabatankah? Atau status sosial kita? Orang Majus menjumpai Herodes tapi lebih memilih melakukan petunjuk Allah yang mereka terima dalam mimpi supaya jangan kembali kepada Herodes melainkan pulang mengikuti jalan lain. Apa yang menjadi penuntun hidup kita. Kristuskah? Atau pengalamankah? Atau prestasi? Orang Majus tidak memperhitungkan untung rugi berjumpa dengan Yesus. Bagaimana dengan kita? Untuk kebutuhan pinang, rokok, pulsa setiap hari kita tidak hitung – hitung, tapi untuk menopang pekerjaan Gereja kita hitung – hitungan. Lupa persepuluhan, melalaikan Derma Tetap. Kurang bersyukur. Tidak ada waktu untuk ibadah. Orang – orang Majus mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan. Kita malah sering menuntut Tuhan untuk melimpahkan berkat – berkat terbaik bagi kita. Saat sakit, apakah kita mengakui kuasa pertolongan Allah? Saat sehat apakah kita melakukan kehendak Allah? Dalam kesusahan apakah kita menyadari kehadiran sang Imanuel? Dalam kelimpahan apakah kita mengakui kemurahan Allah?

 

Fokus orang Majus adalah Yesus sedangkan fokus kita adalah adalah kebutuhan kita sendiri. Kita tidak berbeda dengan Herode yang Fokusnya adalah ambisi pribadi.  Raja Herodes kelihatannya mau berjumpa dengan Yesus tapi bukan untuk menyembah Yesus melainkan untuk membunuh Yesus. Herodes percaya nubuat tentang Betlehem tapi hatinya penuh kebencian. Herodes merancang kejahatan. Herodes merasa takhta kerajaanNya terancam dengan kelahiran Yesus. Ia bahkan mengeluarkan perintah untuk membunuh anak – anak di Betlehem yang berusia di bawah usia 2 tahun demi mengamankan ambisinya itu.

 

Hari ini kita merayakan Natal ke – 2 dan di tengah - tengah kita , ada saudara – saudara yang akan mengaku iman sebagai anggota Sidi Jemaat. Ada pasangan Mempelai yang akan menrima Pemberkatan Nikah Kudus. Di hadapan Tuhan dan jemaatNya pasangan ini akan mengikrarkan Janji Iman untuk setia mengiring Yesus sampai mati, untuk setia di sekitar Pelayanan Firman dan Sakramen, serta untuk setia terlibat aktif dalam pekerjaan Tuhan. Pasangan ini juga akan mengucapkan janji Pernikahan untuk setia dalam susah dan senang, dalam sakit dan sehat, dalam untung dan malang sampai maut memisahkan mereka. Isti dan suami akan menjadi pilihan terakhir, jawaban dari pergumulan doa dan karena itu akan saling menerima apa adanya seumur hidup.

 

Berjanji memang mudah tapi setia pada Janji tidaklah mudah. Mengucapkan: Ya, saya mengaku dan berjanji, hanya butuh beberapa detik. Tapi untuk setia pada pengakuan dan janji akan dibuktikan seumur hidup. Jadi setialah dan peganglah pengakuan dan janji saudara seumur hidup. Jangan hanya berjanji yang manis di bibir saja. Jatuh cinta itu gampang, orang bahkan bisa jatuh cinta pada pandangan pertama. Tapi ingatlah, pernikahan tidak bisa dibangun dengan perasaan jatuh cinta saja. Pernikahan memang dimulai dengan jatuh cinta. Tapi kemudian ada satu proses yang harus dilakukan lagi untuk mempertahankan pernikahan, yaitu  proses membangun cinta. Proses membangun cinta bersama Tuhan, Apakah fokus kita adalah Tuhan? Apakah pasangan memiliki kasih yang sabar menanggung segala sesuatu dan menerima segala sesuatu? Apakah pasangan akan tetap romantis sampai kulit mengerut dan rambut memutih? Ataukah romantis hanya diawalnya saja. Waktu pacaran bilangnya: “gunung tinggi kan kudaki, samudera kan ku seb’rangi”. Pas sudah menikah saat isteri minta tolong: “Pa jemputkah … ah ko naik ojek situ sudah”. Waktu pacaran, pas di jalan licin bilangnya:  sayang sini pegang tangan hati – hati nanti jatuh”. Pas menikah: “makanya jalan tuh pake mata”.

 

Jika kekuatan cinta Tuhan dapat menggerakkan Orang Majus untuk berjumpa dengan Yesus, jika kekuatan cinta Tuhan dapat menyatukan asam di gunung dan garam di laut. Maka kekuatan cinta Tuhan jugalah yang akan memampukan suami isteri untuk setia pada janji nikah,  untuk bertahan di tengah badai karakter, badai keuangan, badai dari masalah mertua menantu, badai dari masalah anak, masalah pekerjaan, masalah pelayanan dan lainnya. Libatkanlah Tuhan dalam kehidupan rumah tanggamu, agar kita kesulitan mengasihi pasangan, ingatlah kasih Tuhan kepada kita yang tak bersyarat. Yesus sudah lahir dan mati untuk kita. Sama seperti Tuhan mengasihimu, kasihilah pasangan yang dianugerahkan Tuhan bagimu. Jadikan Yesus yang utama dalam hidup dan senantiasa persembahkan yang terbaik bagi Yesus. Yesus putera Natal sang Imanuel menyertai perjalanan hidup dan rumah tangan! Tuhan memberkati. 

 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "KHOTBAH NATAL II PERNIKAHAN KUDUS : BELAJAR MEMBERI DARI PEMBERIAN ORANG MAJUS (Matius 2:1-12)"

Posting Komentar

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed