KHOTBAH NATAL WYK : KEHADIRAN SANG IMANUEL (Matius 1:23)

Seekor anak ayam yang sombong selalu membanggakan kehebatannya dan berani berjalan sendirian. Induknya sering mengingatkan bahwa bahaya ada di mana – mana tapi anak ayam ini tidak peduli. Suatu ketika, saat anak ayam itu berjalan sendirian di sepanjang hutan, muncullah seekor ular kobra. Sebelum kobra itu membuka mulut untuk menelan anak ayam itu, si anak ayam berkata, "Stop ular bodoh!  Tahukah kamu bahwa saya sangat beracun? Jika saya mematukmu, kau akan mati. Racun saya itu seribu kali lebih kuat dari racun ular karena setiap bagian dari tubuh saya ini beracun."

 

Cobra itu berpikir sejenak. Ia merasa tidak pernah mendengar bahwa ada seekor anak ayam yang beracun. Tapi ular cobra ini tidak mau mengambil risiko. Jadi ular cobra berkata: "Kau harus membuktikan dulu bahwa kau beracun." Sementara itu, seorang bapak berjalan ke arah mereka melintasi hutan itu juga. Anak Ayam berkata kepada Ular, "Perhatikan saya akan mematuk orang itu dan orang itu akan mati" Setelah itu, si anak ayam dengan kuat mematuk bagian belakang tumit si bapak dengan paruhnya yang tajam. Lalu anak ayam berlari secepatnya bersembunyi di balik semak-semak. Bapak ini membalikan badan sambil meringis kesakitan untuk mengecek apa yang mematuknya. Tapi yang dilihat si Bapak adalah ular cobra tadi. Bapak itu kaget, shock dan pingsan.

 

Anak ayam yang merasa menang berteriak kepada Cobra "Pergi, kau Cobra. Kalau tidak, aku akan membunuhmu dengan sekali patuk." Ia berpura-pura mengejar ular kobra itu. Ular Cobra sangat ketakutan dan pergi meninggalkan si ayam. Anak ayam ini tertawa dengan sombongnya tanpa tahu ada seekor Rubah yang melihat kejadian itu. Si rubah menebar racun diantara pakan ayam lalu menebarkannya sepanjang jalan hutan. Anak ayam itu makan dan pada akhirnya mati. Kesombongan dan kecerdikan si anak ayam ternyata tidak dapat menyelamatkannya.

 

Hidup kita manusia sesungguhnya seperti anak ayam kecil tadi. Tidak ada sesuatupun yang dapat menyelamatkan kita dari dosa. Entah itu kepintaran kita, kekuatan kita, kekayaan kita, jabatan kita atau apapun juga yang kita miliki. Kita adalah manusia yang rapuh, karena kita hanya debu tanah. Tetapi Allah mengasihi kita. Ia memberikan anaknya bagi kita. Yesus sang Imanuel terlahir untuk kita. Tahun ini kita merayakan Natal dalam Tema : … dan mereka akan menamakan DIA, Imanuel (Matius 1:23). Jika hari ini kita dapat merayakan Natal, itu artinya kita mengalami kehadiran Sang Imanuel.

 

Ada dua hal penting yang disampaikan bagi kita dari bagian bacaan kita ini : pertama, Allah menyertai kita dalam segala kondisi. Allah menyertai bukan hanya ketika Yusuf dan Maria dalam keadaan sukacita tetapi juga pada saat Yusuf dalam kebimbangan mengambil keputusan tentang Maria. Ketika Yusuf mengetahui bahwa Maria sudah mengandung, Yusuf  bermaksud menceraikannya secara diam – diam tetapi hikmat sang Imanuel menuntun Yusuf dalam pengambilan keputusan hidupnya. Yusuf mengambil Maria sebagai isterinya.

 

Bagi kita lebih mudah merasakan dan mengatakan Allah menyertai kita pada saat kita sedang berhasil daripada ketika kita mengalami kegagalan. Mengapa? Karena pada dasarnya manusia hanya mau menerima yang baik saja dari Allah. Saat menghadapi situasi sulit sekalipun, ingatlah kata “Imanuel”. Kasih-Nya akan selalu menaungi anak-anak-Nya. Uluran kasih dan kebaikan-Nya tak pernah habis dalam hidup kita. Ia akan membantu kita mengalahkan kesulitan, kekhawatiran, dan ketakutan.

 

Kedua, Allah turut Bekerja dalam segala kondisi. Sungguh sulit dibayangkan bila Allah tidak turut bekerja di dalam kehidupan Yusuf dan Maria. Karena tantangan yang mereka hadapi baik tidak adanya tempat di rumah penginapan hingga pembunuhan anak – anak di bawah 12 tahun atas perintah Raja Herodes. Di tengah tantangan, tangan Allah memimpin mereka. Allah sungguh turut bekerja di dalam kehidupan mereka, juga di dalam kehidupan kita. Allah tidak meninggalkan kita, Allah turut bekerja dalam segala kondisi kita karena itu jangan mengandalkan kehebatan, kepintaran, jabatan, kekayaan maupun kekuatan kita. Ingatlah bahwa kehadiran sang Imanuel adalah anugerah di hidup kita.

 

Natal Yesus Kristus memanggil kita untuk menghadirkan Imanuel dalam kehidupan keluarga kita masing – masing. Setiap keluarga yang mengalami kehadiran sang Imanuel berarti ada kejujuran antara suami isteri, memberi waktu lebih banyak untuk keluarga, saling mengasihi satu dengan yang lain, anak – anak yang menghormati orang tua. Kita juga dipanggil untuk menghadirkan Imanuel dalam kehidupan Persekutuan. Ketika jemaat ini akan menjadi tuan rumah Rapa Kerja IV, kehadiran sang Imanuel akan menggerakan semua orang baik Majelis, Panitia dan seluruh warga jemaat untuk bekerja sama dengan sukacita menyambut berkat sang Imanuel. Mari kitapun menghadirkan sang Imanuel dalam kehidupan bermasyarakat. Membangun kembali kebersamaan setelah PILKADA, merajut kembali tali persaudaraan jika sebelumnya pernah saling melukai.

 

Tetaplah meyakini penyertaan sang Imanuel Allah beserta kita dalam segala tantangan dan kesulitan hidup. Rayakanlah Natal dalam rasa syukur atas kehadiran Imanuel dan masukilah Tahun Baru dalam pimpinan sang Imanuel. SELAMAT MERAYAKAN NATAL.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "KHOTBAH NATAL WYK : KEHADIRAN SANG IMANUEL (Matius 1:23)"

Posting Komentar

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed