AGAMA DAN IBADAH YANG BENAR (Markus 7:1-23)

Di Indonesia, setiap warga negara memiliki agama. Di KTP kita masing – masing, tertera apa agama kita. Kita beragama Kristen. Dalam pengajaran kekristenan, kita selalu diajak untuk setia beribadah. Apalagi di Bulan September nanti yang menjadi Bulan Bina Keluarga, ada Panduan Ibadah tiap pagi dan malam bagi setiap keluarga. Jadi hidup kekristenan adalah hidup yang beribadah. Tapi seperti apakah kehidupan agama dan ibadah yang benar? Tema khotbah kita hari ini dari bacaan Alkitab Markus 7:1-23 adalah “Agama dan Ibadah yang benar”. Tema ini menjadi sebuah tantangan juga perenungan untuk kita. Kita adalah orang – orang yang beragama? Sudah pasti. Kita adalah orang – orang yang setia beribadah? Itu harus. Tetapi apakah pengamalan dan penghayatan tentang agama dan ibadah kita sudah benar? Mari kita berefleksi bersama.

 

Orang – orang Farisi dan Ahli – ahli Taurat, mereka datang dari dari Yerusalem secara khusus untuk menemui Yesus dan bertanya: “Mengapa beberapa murid Yesus, makan dengan tangan yang najis yaitu tangan yang belum dibasuh?”. Ini pertanyaan yang disengaja untuk menjatuhkan Yesus. Saudaraku, orang Farisi adalah kelompok agama Yahudi yang sangat berpegang pada ketentuan Taurat dan adat istiadat Yahudi. Sedangkan Ahli Taurat adalah pengajar dan penafsir Taurat. Jadi tidak diragukan lagi pemahaman orang Farisi dan Ahli Taurat tentang agama dan ibadah. Tapi ternyata dalam hal praktek hidup, orang Farisi dan ahli Taurat lebih menekankan hukum secara formal. Yesus menegor kemunafikan orang Farisi dan Ahli Taurat. Mereka memuliakan Tuhan dengan mulut tapi hati mereka jauh dari Tuhan. Yesus memberi contoh nyata yang tidak dapat disangkal. Demi tradisi Yahudi mereka mengabaikan Hukum Tuhan tentang menghormati ayah dan ibu. Mereka menganggap diri paling benar, paling tahu, paling bijaksana. Taurat diatas segala – galanya melebihi ketaatan kepada Allah. 

 

Kemudian Yesus memanggil orang banyak dan memberikan pengajaran bahwa bukan yang masuk yang menajiskan melainkan apa yang keluar dari seseorang itulah yang menajiskan. Murid – murid Yesus bertanya kepada Yesus, apa maksud pengajaranNya itu? Dari bacaan kita ini, Yesus sedang menegor cara beragama, cara beribadah, cara beriman dari orang – orang Farisi dan ahli Taurat. Tetapi juga dari kehidupan setiap orang yang mengaku beragama dan dari kehidupan kita semua yang menyebut diri pengikut Kristus dan beragama Kristen. Seringkali kita tidak menyadari bahwa hidup kita tidak ada bedanya dengan orang Farisi dan Ahli Taurat.

 

Yesus mengecam kepalsuan dan kemunafikan hidup beragama. Ketika orang Farisi dan Ahli Taurat memagari hukum Allah dengan berbagai peraturan tradisi. Yesus menyebut mereka munafik. Kehidupan beragama dan ibadah yang palsu pada bagian kitab Injil lain, Yesus sebutkan bagaikan kuburan yang dilabur putih, bagus dan mewah di luar tapi di dalamnya busuk, penuh tulang belulang dan kotoran.

 

Orang Farisi dan Ahli Taurat bertindak bagaikan polisi agama, yang bertugas mengawasi apakah orang-orang benar-benar menaati berbagai peraturan itu? Mereka tidak menyadari bahwa cara beragama dan ibadah mereka sebenarnya keliru.  Mereka mencuci tangan sebelum makan. Tapi dengan tangan yang sama mereka menindas orang lain dengan dalih ketentuan Taurat. Mereka membasuh diri setelah pulang dari pasar. Mereka menjaga kesucian benda – benda seperti cawan, kendi dan perkakas tembaga tapi tidak menjaga kesucian kelakuan mereka. Itulah sebabnya Yesus mengatakan bahwa yang menajiskan bukanlah apa yang masuk ke dalam mulut, yang akan dikeluarkan di jamban. Yang menajiskan adalah apa yang keluar dari hati dalam bentuk perbuatan, pikiran dan perkataan. Jika hati dikotori irih hati, kebencian dan dendam maka orang dapat melakukan penganiayaan, fitnah, pembunuhan dan lain sebagainya.  Yesus menekankan kesucian hidup dan hati lebih dari kesucian lahiriah. Tidak ada gunanya bila kesucian tangan dijaga tetapi hati dibiarkan menjadi kotor. Yesus tidak menentang ketentuan Taurat tapi Yesus mengecam cara beragama dan beribadah yang palsu. Jadi agama dan ibadah yang benar bukan soal pemahaman dan pengetahuan tapi soal perbuatan yang sesuai kehendak Tuhan.

 

Yesus menginginkan kita mengoreksi cara beragama dan ibadah kita. Apakah kita sungguh – sungguh mengamalkan kekristenan di dalam hidup kita? Kalau kita menyebut diri pengikut Kristus, apakah kelakuan Kristus tampak melalui kelakuan kita? Jika kita setia beribadah, membawa Alkitab atau memakai kalung Salib, apakah hidup kita adalah hidup yang menyangkal diri  dan bersedia memikul Salib? Firman Tuhan ini menegor kita. Ketika kita membaca bagian Alkitab ini, jari kita menunjuk kesalahan orang Farisi dan Ahli Taurat. Tapi kita tidak menyadari bahwa kelakuan orang Farisi adalah kelakuan kita. Firman Tuhan ini, mengajak kita untuk membaharui hati. Sebab hati adalah pusat dari kepribadian manusia yang menentukan keseluruhan tindakan, pikiran dan perkataan. Jika di dalam gereja, mulut kita memuji Tuhan maka mulut yang sama harus dipakai dalam untuk memuliakan Tuhan dalam kehidupan setiap hari. Bukan memaki atau bergosip tentang hal – hal yang tidak benar.  

 

Marilah kita hidup sebagai orang – orang yang sudah di tebus dan diselamatkan supaya benar – benar keselamatan menjadi bagian hidup kita. Ada sebuah kisah. Seorang pendeta dan anaknya Joni naik Bis dari Surabaya ke Semarang. Di terminal Bis, Joni melihat ada orang yang berteriak – teriak tanpa lelah: "Semarang, Semarang, Bu, Pak, mari…, Semarang segera berangkat…..!!!" Nah ketika Bis ke Semarang berangkat, bapak yang berteriak - teriak itu tidak ikut. Joni bertanya kepada ayahnya: "Papa, Itu siapa? Dari tadi dia mengajak orang lain ke Semarang tapi sekarang dia malah tidak ikut. Ayahnya menjawab: "Itu namanya calo. Calo memang hanya mengajak orang. Walaupun dia mengajak dengan berteriak – teriak tapi dia tidak akan ikut Bis kita. Oooo, si Joni berusaha memahami. Lalu tiba – tiba Joni berkata: Papa, kalo begitu Papa tidak usah menjadi Pendeta. “Ha? Kenapa?”:Papanya kaget. “Ya, nanti Papa seperti Calo tadi. Papa sering berkhotbah berapi – api tentang tentang Tuhan, mengajak jemaat ke Sorga tapi Papa sendiri tidak ikut ke Sorga. Saudaraku, jangan – jangan kita yang menyebut diri pengikut Kristus, kita yang beragama Kristen tapi tidak dapat mengambil bagian dalam keselamatan yang Yesus sediakan. Sungguh disayangkan bila kita berada dalam keadaan yang demikian.

 

Mengakhiri Bulan Agustus dan memasuki Bulan September sebagai Bulan Bina Keluarga, mari memberi hati untuk dibaharui oleh Tuhan supaya kita mendapat bagian dalam janji Allah yang kekal. Marilah memberi waktu untuk Tuhan, bukan hanya sekedar setia beribadah tetapi juga setia melakukan apa yang kita imani di dalam ibadah – ibadah. Ajaran agama dan kesetiaan beribadah harus sejalan dengan perbuatan, perkatan dan pikiran yang dikontrol oleh hati. Utamakan Tuhan, taati perintahNya dan lakukan kehendakNya. Amin. Selamat Hari Minggu. Tuhan memberkati.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "AGAMA DAN IBADAH YANG BENAR (Markus 7:1-23)"

Posting Komentar

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed