MENGHADAPI DUKACITA DENGAN KACA MATA IMAN (Ratapan 3:21-25)

Pelajaran dari pengalaman – pengalaman iman di tengah kehidupan akan membuat kita bertumbuh dan menjadi tangguh. Proses kehidupan selalu mengalami jatuh bangun. Tidak selamanya kita tersenyum dan tertawa sebab ada keadaan di mana kita justru meratap dan menangis. Namun cara pandang terhadap realita kehidupan akan menentukan ketangguhan kita. Seorang Raja sakit berat dan dokter kerajaan mengatakan bahwa Raja dapat sembuh kalau melihat sesuatu yang berwarna emas. Kemudian Raja memerintahkan agar semua benda dalam istana diubah menjadi emas. Tiang istana diganti tiang emas. Meja istana menjadi meja emas. Bahkan raja memberi perintah agar semua orang di istana harus memakan emas atau dipulas emas. Sang dokter datang untuk memeriksa keadaan raja lalu berkata: “Paduka Raja tidak perlu mengganti semua hal dengan emas, cukuplah paduka mengganti kaca mata paduka dengan kaca mata berwarna kuning maka semua hal akan terlihat berwarna kuning". Ketika dukacita dan berbagai kesulitan hidup dipandang dengan kaca mata iman maka kita dapat tetap bersyukur dan bersukacita.

 

Jika kita membaca kitab Ratapan, isinya seolah - olah bernada penderitaan, tangisan dan sengsara. Yeremia, penulis Kitab Ratapan mengungkapkan kepedihan hatinya yang mendalam atas kehancuran Yerusalem dan pembuangan ke Babel.  Yeremia berada dalam situasi yang sangat berat.  Ia bernubuat menyampaikan kebenaran tapi Yehuda tetap mengeraskan hati. Mereka menentang bahkan menganiaya Yeremia. Lalu Yehuda mendapat penghukuman dari Tuhan. Tanah perjanjian di hancurkan. Yerusalem menjadi sunyi senyap. Tembok Yerusalem diruntuhkan. Kemegahan Bait Allah musnah. Semuanya kemegahan tinggal puing – puing. Yehuda dibuang ke Babel. Yeremia meratap sebab secara manusia, Yeremia merasa pelayanannya gagal.

 

Namun yang menarik, dibalik nada Ratapan ternyata ada sebuah pengharapan yang pasti. Pada titik itu Yeremia mengubah cara pandang. Ia tidak lagi memandang tembok Yerusalam yang runtuh, Bait Allah yang hancur, penghukuman yang menyesakan hati. Yeremia mengubah cara pandang. Kini ia memandang kepada Tuhan. Jika sebelumnya hati  Yeremia dikuasai oleh ratapan atas kemalangan bangsa Yehuda kini Yeremia mengisi hatinya dengan kebenaran ilahi. Sikap, respons dan suasana hati Yeremia juga berubah. Yeremia tidak lagi meratap sebab ia memiliki pengharapan yang pasti. Meskipun Yehuda mengalami penghukuman dan tekanan, tetapi kasih setia Tuhan, Rahmat Tuhan dan Kesetiaan Tuhan selalu tetap, selalu baru, tak pernah habis dan tak berakhir. Tiga kata yang dipakai Yeremia: “kasih setia, rahmat, dan kesetiaan” semuanya menegaskan fakta tentang kebaikan Allah. Kasih setia Allah menjamin bahwa perjanjian dengan umatNya akan terus ada. Allah tidak akan membatalkan perjanjian. Rahmat-Nya memastikan bahwa umat Allah yang berdosa tetap mengalami kebaikanNya. KesetiaanNya merupakan sauh yang kuat saat hidup kita tergoncang.

 

Seringkali kita mengalami keadaan - keadaaan di mana kita mempertanyakan kebaikan dan kasih Allah atau kita meragukan kuasa Allah. Kita merasa hidup kitalah yang paling malang. Kita meratap dan hati kita pedih. Firman Tuhan saat ini mengajak kita untuk mengubah cara pandang. Pakailah kaca mata iman sebagai kaca mata kehidupan. Jika demikian, kita akan mengakui bahwa di tengah duka masih ada banyak hal yag patut disyukuri. Nafas kehidupan, kesehatan dan kekuatan serta hal – hal khusus lainnya yang dialami keluarga adalah hal yang mesti disyukuri. Kita mengalami bahwa kebaikan dan kasih Allah  tidak hanya selalu ada, tapi juga selalu baru tiap pagi. Karena itu, anak – anak dan keluarga yang ditinggalkan kiranya terus menghayati dan merenungkan kasih dan kebaikan Allah. Itulah yang menjadi penghiburan yang teguh meskipun sosok orang tua tak lagi bersama.

 

Yeremia menyatakan ikrar imannya: “Tuhan adalah bagian jiwaku”. Tuhan adalah yang terbaik. Pemberian Tuhan dan berkat – berkat Jasmani yang kita peroleh kapan saja dapat diambil dari kita sebab semuanya sementara. Kesehatan, kekayaan, dan keberhasilan kapan saja dapat diambli. Tapi selama Tuhan menjadi bagian hidup kita, kita dapat berdiri teguh menghadapi situasi apapun. Hidup memang kadangkala sukar. Namun, kasih sayang TUHAN tidak pernah lekang. Karena itu, karena itu tetaplah beriman dengan tenang. Tetaplah bersyukur dan berharap pada Tuhan. Sebagaimana Yeremia memperoleh janji pemulihan: "Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN."  Demikianlah janji pemulihan disediakan bagi orang-orang yang senantiasa bertekun menaruh harap dan mempercayakan hidup sepenuhnya kepada Tuhan bahwa Tuhan adalah satu-satunya sumber pertolongan. Amin. Tuhan memberkati.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "MENGHADAPI DUKACITA DENGAN KACA MATA IMAN (Ratapan 3:21-25)"

Posting Komentar

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed