HALELUYA (Mazmur 150)

Dalam pergaulan sehari-hari di kalangan orang Kristen, tentu kita sering mendengar orang mengucapkan “Haleluya!” Apa sebenarnya artinya? Haleluya merupakan transliterasi (alih bunyi) dari bahasa Ibrani halelu yah. Halelu merupakan bentuk imperatif (perintah) dari hallal, yaitu “memuji.” Sementara itu, Yah merupakan bentuk turunan dari Yahweh, yang biasa diterjemahkan sebagai TUHAN. Kata Haleluyah sendiri secara sederhana “Terpujilah Tuhan” atau “Terpujilah Yah”. Bisa dikatakan kata Haleluyah sendiri memang suatu ungkapan untuk memuji Tuhan Yesus Kristus.

 

Sementara itu, kata “Halelu” seperti di atas merupakan gabungan juga dari dua kata, yakni “He” dan “Lamed”. Kedua kata tersebut berasal dari bahasa Ibrani. Pada dasarnya “He” adalah sebuah gambar seorang laki-laki dengan tangan yang sedang mengadah ke atas untuk melihat pada suatu penglihatan yang menakjubkan. Untuk kata “Lamed” juga pada dasarnya merupakan sebuah tongkat yang sering digunakan para gembala. Tongkat penggembala tersebut digunakan untuk menggerakan para kawanan binatang ke suatu daerah. Maka dari itu, penggunaan dua huruf “He” dan ‘Lamed” menjadi “Halellu” memiliki arti “melihat ke arah”.

 

Di dalam Bahasa Inggris kata “Yah” dipakai menjadi “jehovah”. Dari sanalah, kita bisa memahami bahwa kata Haleluya memiliki arti “melihat ke arah Tuhan”. Di dalam bahasa Latin, Haleluya sering diucapkan sebagai Alleluia. Kata Alleluia sendiri berasal dari bahasa Yunani yang juga menggunakan bahasa Ibrani. Sedangkan dalam bahasa Inggris, Haleluya diucapkan menjadi “Hallelujah”. Namun, tetap saja, maknanya memiliki kesamaan, yakni “Terpujilah Tuhan”.  Kata “Puji Tuhan” kerap kita dengar saat seseorang bersaksi bahwa ia telah mengalami atau menerima berkat Tuhan; misalnya mendapatkan sesuatu, lulus ujian, atau sembuh dari sakit. Sepertinya kata ini tidak jauh dengan perasaan bersyukur. Namun apa benar hanya pada saat-saat demikian kita perlu berkata, “Puji Tuhan”?

 

Mazmur 150 mengajarkan kepada kita, mengapa dan kapan kita harus memuji-Nya. Mazmur ini sungguh tepat untuk mengakhiri kitab yang penuh dengan berbagai pengalaman dan perasaan para penulisnya. Para Pemazmur menuangkan setiap pengalaman mereka, bisa pujian dan keluhan, syukur dan permohonan, keyakinan dan keraguan. Namun, atas setiap pengalaman yang naik-turun itu, setelah perjuangan, pergumulan, peperangan yang harus dilalui, mereka mengakhirinya dengan satu nyanyian yang mantap bahwa Tuhan sungguh layak dipuji.

 

Sama dengan Pemazmur, tidak ada anak Tuhan yang luput dari gelombang kehidupan. Perjalanan hidup manusia selalu kaya aneka pengalaman; baik-buruk, senang-susah, berhasil-gagal. Namun atas setiap pengalaman itu, Allah tetap berdaulat. Dan bila kita hidup melekat kepada-Nya, pasti kemenangan yang akan kita alami. Kelak seluruh dunia akan menaikan pujian seperti Mazmur 150 ini. Dan pujian yang dipersembahkan bagi-Nya, disajikan layaknya sebuah orchestra; semua alat music dipadu untuk menembangkan kemegahan-Nya! Ditambah dengan tari-tarian yang mengekspresikan syukur melimpah. Jadi mulai saat ini, atas setiap hal yang terjadi dalam hidup kita, mari berlatih untuk berkata, “Puji Tuhan”!

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "HALELUYA (Mazmur 150)"

Posting Komentar

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

YANG PALING BARU

KEKASIHKU, KASIHKU, KEHIDUPANKU (Kidung Agung 2:8-17)

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed