PENANTIAN KITA (Yesaya 40:31)

Adven berasal dari bahasa Latin adventus artinya kedatangan, pendekatan, dan menyongsong. Yang dimaksud adalah kedatangan Kristus kedua kali. Minggu minggu Adven adalah empat hari Minggu sebelum tanggal 25 Desember. Fokus masa adven adalah pengenangan (anamnesis) akan kelahiran Yesus dan penantian kedatangan Kristus kembali (parousia) dengan pengharapan yang penuh sukacita, bukan dengan takut, bimbang, bingung, ragu, panik, dan sebagainya.

Liturgi Adven pertama ditandai dengan lagu-lagu penantian kedatangan Kristus (yang berfokus pada segi eskatologis) dan penyalaan lilin pertama, dengan dekorasi yang didominasi dengan warna ungu/biru.

Lalu bagaimana seharusnya kita menantikan kedatangan-Nya. Coba saya paparkan beberapa contoh kegiatan menunggu/menanti sesuatu, perasaan kita, dan tindakan yang umumnya dilakukan:

§     Menanti kelahiran; ada rasa kuatir bayinya lahir tidak normal, tidak sehat, ibunya tidak selamat; sang ibu umumnya menjaga keteraturan makanan dan kesehatan tubuhnya agar bayinya juga sehat

§     Menunggu bis di halte; bosen, kuatir gak dapat duduk, takut terlambat ke kantor; baca koran, sms-an/tlp-an,

§     Menunggu jalanan macet; stres, ngomel-ngomel; mendengarkan musik, sms-an, tlp-an

§     Menunggu pengumuman ujian/tes; cemas kalau-kalau gak lolos seleksi/ujian, takut nilainya jelek, gelisah; berdoa dalam hati sambil penuh harap

§     Menunggu datangnya hujan bagi petani untuk sawah mereka; takut kalau tidak hujan kunjung datang maka mereka tidak dapat produksi; berdiam diri, berdoa.

 

Spirit yang sama dalam tiap momen penantian di atas adalah ketidakpastian dan pengharapan. Umumnya sikap di dalam penantian diwakilkan oleh perasaan yang kurang positif: cemas, takut, bimbang, bingung, bosan, marah, dan sebagainya. Berbeda dengan itu semua, adven adalah masa penantian yang penuh sukacita. Mengapa? Sebab yang datang adalah Sang Raja, Penyelamat Manusia.

Kita tidak tahu bagaimana dan kapan momen itu terjadi, tetapi kita tahu bahwa kedatangan-Nya bukan untuk membinasakan, melainkan menyelamatkan. Maka, sikap yang tepat bagi kita dalam masa Adven ini adalah ya, sukacita.

 

Hanya saja seringkali kita terlalu asyik mempersiapkan kedatangan-Nya tetapi malah Sang Firman itu hadir di tempat lain. Mungkin saja ia tidak datang di kota, tetapi di desa kecil di pedalaman. Mungkin saja Ia tidak datang di Gedung Gereja yang Indah, tetapi hanya di sebuah gubuk tua milik janda miskin di lorong jemaat. Artinya, jangan-jangan hidup yang kita yakini sudah ‘lurus-lurus’ saja dan penuh keyakinan akan kebenaran, justru malah tidak terasa telah menyimpang sedikit demi sedikit ke “niyya” (tujuan) yang lain. Maka proses penantian itu, mau tidak mau juga disertai dengan pertobatan hari demi hari sambil terus berjaga dan berdoa agar kita semakin peka akan ‘momen kedatangan-Nya’ itu.

 

Proses penantian itu mau tidak mau adalah proses mempersiapkan ‘pesta’ di mana bukan kita sebetulnya yang utama, melainkan Allah. Pesta itu tak lain dan tak bukan adalah ajang perayaan akan keramah-tamahan ilahi. Maka menyambut keramah-tamahan ilahi berarti bersedia memberi ruang bagi orang asing menyambut Kristus yang hadir dalam rupa mereka yang dikenal mengubah orang asing menjadi tamu, mengubah tamu menjadi sahabat, dan bersama-sama menjadi tamu Allah. Sukacita itu bukan milik pribadi, bukan untuk keuntungan pribadi, bukan untuk penyelamatan jiwa pribadi, melainkan milik bersama di dalam Tuhan.

 

Kita harus sadar bahwa pesta Natal itu tidak akan menjadi semarak tanpa persiapan yang juga matang (masa Adven). Maka sambil terus belajar dan mengendalikan diri untuk tidak memulai pesta itu duluan, gereja, kita juga terus semakin peka di dalam membagikan keramah-tamahan ilahi itu kepada seluruh jemaatnya. Semoga semangat penantian itu semakin kita maknai sebagai kesempatan kita untuk terus mengoreksi diri kita sambil terus mengarahkan sikap hidup kita pada tujuan yang benar melalui relasi yang intim dengan Tuhan dan sesama. Amin.

 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "PENANTIAN KITA (Yesaya 40:31)"

Posting Komentar

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

YANG PALING BARU

KEKASIHKU, KASIHKU, KEHIDUPANKU (Kidung Agung 2:8-17)

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed