KHOTBAH 2: TAHUN PEMBEBASAN (Imamat 25:1-22)

Siklus kehidupan yang kita jalani sebagai manusia selalu ada masa istirahatnya. Tubuh tidak dapat kita paksa bekerja terus-menerus. Tubuh butuh istirahat: tidur, kurang lebih 8 jam setiap hari. Anak sekolah tidak melulu belajar sepanjang waktu tapi ada masa libur. Otak diistirahatkan, tenaga diperbarui supaya penuh semangat lagi ketika selesai libur. Bahkan saat kita mengetik kalimat – kalimat di komputer juga ada spasinya supaya kalimat itu bisa dibaca dengan baik. Jadi siklus itu bukan sekedar istirahat, bukan sekedar libur, bukan sekedar spasi. Siklus kehidupan memberi kita ruang dan kesempatan untuk mengingat Tuhan sang pencipta. Kita sudah membaca dari Imamat 25:1-22. Tema kita: Tahun Pembebasan. Masa pembebasan seperti apa yang dimaksud?  Kitab Imamat menekankan kehidupan kudus umat Tuhan di tanah perjanjian. Kehidupan di tanah perjanjian haruslah mencerminkan kasih, keadilan, dan pembebasan seperti yang dialami sendiri oleh Israel. Mereka sudah mengalami kasih dan keadilan Tuhan serta pembebasan dari perbudakan di Mesir. Karena itu, Tuhan menghendaki umat-Nya hidup dalam kekudusan, keadilan, dan ketergantungan penuh kepada-Nya.

 

Bacaan kita berisi perintah Tuhan tentang Sabat Tanah dan Tahun Yobel. Tahun Sabat adalah tahun ke tujuh. Pada tahun sabat, tanah harus dibiarkan beristirahat. Sama seperti manusia butuh sabat, tanah pun butuh istirahat yakni perhentian untuk menghormati Tuhan. Tahun ketujuh disebut sabat tanah, dan itu adalah “bagi Tuhan”. Jadi bukan hanya demi ekologi atau pertanian, tapi terutama untuk menyatakan iman bahwa Allah yang memelihara. Jadi di tahun Sabat, umat Israel tidak menabur, tidak merantingi kebun anggur, dan tidak mengusahakan ladang seperti biasa. Jika ada yang bertumbuh atau berbuah dari yang ditanam ditahun keenam maka itu bukan untuk dijual menjadi keuntungan sipemilik tanah. Semua hasil dari tahun keenam bisa dinikmati di tahun ketujuh dengan dipanen bersama pemilik tanah, budak, pekerja, pendatang, bahkan ternak dan binatang liar. Ini untuk mengingatkan umat bahwa umat tidak hidup dari kerja keras semata, tetapi dari pemberian Allah, kemurahan Allah. Setelah siklus tujuh tahun sabat (7 × 7 = 49 tahun), maka pada tahun berikutnya (tahun ke-50)adalah tahun Yobel. Yobel. Tahun Yobel adalah tahun kudus, tahun pembebasan dari Tuhan baik bagi manusia maupun tanah. Pada tahun Yobel orang kembali ke miliknya masing-masing. Hak milik keluarga dipulihkan. Aturan jual beli tanah di Israel bukan jual putus, tetapi sewa berdasarkan jumlah tahun sampai Yobel berikutnya. Di tahun Yobel, tanah dikembalikan kepada keluarga pemilik asal, dan semua orang bebas kembali ke rumahnya. Dengan begitu, tidak ada yang dirugikan. Bangsa Israel harus belajar bahwa hidup mereka bukan bergantung pada tanah, ladang atau dari manusia tetapi pada Tuhan yang mencukupkan. Tahun Sabat dan Tahun Yobel mengingatkan Israel bahwa Allah adalah pemilik tanah, sumber berkat, dan pembebas sejati. Ketaatan kepada perintah Tuhan tentang sabat tanah dan tahun Yobel membawa berkat. Janji berkat Tuhan: jika umat taat maka tanah akan tetap berbuah walaupun mereka tidak mengolahnya pada tahun sabat atau Yobel. Bukan hanya cukup, tapi berkelimpahan dalam damai sejahtera. Tuhan memelihara umatNya dengan berkat yang mencukupkan bahkan berkelimpahan dan juga berkelanjutan. Dalam Perjanjian Baru dan karya Yesus, Yesus adalah penggenapan tahun Yobel! Melalui salib-Nya, kita dibebaskan dari dosa, dilepaskan dari belenggu maut, dan diberikan hidup baru. Mari kita hidupi kebebasan itu dengan iman, syukur, dan kasih. Jangan lagi diperbudak oleh dosa atau kekuatiran dunia, tetapi hiduplah sebagai orang yang merdeka dalam Kristus.  Jadi mari tinggal di dalam Tuhan dan percaya pemeliharaanNya. Matius 6:33 carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”. Jangan biarkan hati kita diperbudak oleh harta, jabatan, atau ambisi. Ingat, kita hanyalah pengelola. Semua akan kembali kepada Tuhan. Akhirnya kitong hanya dapat 2x1 meter saja.

 

Allah adalah pemilik segala sesuatu. Allah adalah pemilik tanah, umat, dan segala ciptaan. Manusia diberi kuasa mengelola, tapi tetap tunduk pada Allah sebagai Pemilik sejati. Kelola tanah dan alam dengan baik jangan serakah, supaya tidak jadi bencana untuk anak cucu. Tanah Papua ini tanah Injil, tanah yang kaya dan subur. Karena itu semua yang mendiami papua terpanggil untuk menjaga dan melestarikan tanah dan menggunakannya untuk maksud Tuhan. Bukan hanya soal tanah dan alam tapi juga waktu adalah milik Allah. Ada waktu untuk bekerja, ada waktu untuk beribadah, beristirahat, merayakan. Hidup umat Allah harus selalu terhubung dengan kalender Allah, bukan hanya kalender ekonomi atau politik. Kita ada di Bulan Bina Keluarga, mari bangun Mesbah bagi Tuhan. Sediakanlah waktu untuk mengalami hadirat Tuhan. Latihlah dirimu beribadah. Hari minggu bukan sekedar hari libur untuk beristirahat tetapi sebuah kesempatan penuh anugerah untuk memberbarui dan memperkokoh hubungan dengan Tuhan sehingga saat memasuki dan menjalani hari – hari kerja pada minggu baru, kita memiliki kekuatan baru dari Tuhan. Amin

 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "KHOTBAH 2: TAHUN PEMBEBASAN (Imamat 25:1-22)"

Posting Komentar

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

YANG PALING BARU

KHOTBAH 2: TAHUN PEMBEBASAN (Imamat 25:1-22)

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed