RANCANGAN KHOTBAH: MEMBERI DENGAN SUKACITA MENJADI BERKAT (2 Korintus 9:6-15)
Tuhan sang sumber berkat menghendaki umat memberi dengan sukacita agar pemberian itu menjadi berkat.
Tujuan yang akan dicapai:
Agar jemaat melatih diri didorong oleh Kasih Yesus untuk memberi dengan sukacita sebagai gaya hidup kristiani dan jemaat menikmati berkat – berkat pemberian itu.
Konteks saat itu:
Perikop ini merupakan kelanjutan dari pembacaan minggu lalu (2 Kor 9:1-5) yang menrupakan kesatuan topik tentang pengumpulan persembahan untuk jemaat miskin di Yerusalem. Jemaat di Yerusalem sedang mengalami kesulitan ekonomi karena kemiskinan, kelaparan dna penganiayaan (Kis. 11:28-30). Paulus mendorong dan memimpin misi pengumpulan dana dari jemaat-jemaat bukan Yahudi (non-Yahudi) di Makedonia, Akhaya, Galatia, dan daerah lain untuk menolong jemaat di Yerusalem (1 Kor 16:1-4; Roma 15:25-27). Pasal 9 menegaskan prinsip-prinsip rohani tentang memberi dengan sukacita dan berkelimpahan.
Kaitan dengan PL:
Paulus mengutip Mazmur 112:9 (“Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin...”) di ayat 9 untuk menunjukkan bahwa memberi adalah bagian dari kehidupan orang benar dalam Perjanjian Lama. Prinsip “menabur–menuai” juga selaras dengan Amsal 11:24-25 dan Maleakhi 3:10. Dalam PL, segala pemberian Allah (termasuk keselamatan) menuntun umat pada syukur. Paulus melihat Yesus sebagai "karunia yang tak terkatakan" itu. Paulus memakai gambaran PL bahwa Allah adalah sumber segala hasil bumi, untuk menegaskan bahwa Ia juga yang memberi sumber hidup dan berkat. Seperti korban syukur dalam PL (Imamat 7), pemberian kepada sesama dalam PB adalah bentuk ibadah yang memuliakan Allah.
Penjelasan Teks:
Ayat 6-7: Prinsip Memberi
Paulus memakai perumpamaan pertanian untuk menjelaskan prinsip memberi dalam kerajaan Allah. Menabur: melambangkan tindakan memberi atau berbuat baik. Sama seperti petani yang menaburkan benih di lading maka pemberian adalah "benih" yang ditanam. Menuai: ,elambangkan hasil atau berkat yang diterima kembali—bukan hanya secara materi, tetapi juga sukacita, berkat rohani, dan pertumbuhan iman. Petani yang menabur sedikit benih tidak bisa berharap panen melimpah. Memberi bukan supaya kaya secara materi, tetapi menegaskan kemurahan hati akan mengalami berkat rohani dan jasmani yang limpah. Memberi yang berkenan kepada Allah bukan diukur dari jumlahnya, tetapi dari kerelaan hati. Tuhan mengasihi orang yang memberi dengan sukacita karena itu mencerminkan hati yang penuh kasih. Kata “mengasihi” menggunakan kata Yunani adalah ἀγαπάω (agapao) yang berarti kasih yang murni, penuh perhatian, dan tanpa pamrih. Ini bukan sekadar perasaan senang, melainkan penerimaan dan persetujuan Allah terhadap sikap hati yang benar. Tuhan bukan hanya memperhatikan apa yang diberi, tetapi bagaimana orang yang memberi. Sedangkan kata sukacita menggunakan kata Yunani ἱλαρός (hilaros), yang berarti: riang, gembira, penuh kegembiraan; memberi dengan hati yang ringan, bebas dari rasa terpaksa atau berat hati. Sukacita ini adalah sukacita di dalam Tuhan yang mendorong seseorang dapat memberin walaupun sedang dalam kekurangan, karena sumber sukacitanya adalah Tuhan, bukan uang atau materi yang dimiliki.
Ayat 8-11: Allah Sumber Kecukupan
Memberi dengan sukacita memerlukan iman. Kita percaya bahwa Allah sanggup mencukupkan segala keperluan kita. Kata Yunani: autarkeia (αὐτάρκεια) berarti: cukup, memadai, memiliki apa yang dibutuhkan, tidak kekurangan. Ini menggambarkan keadaan hati yang puas dan tenang karena Tuhan mencukupkan semua kebutuhan. Paulus tidak berbicara soal kemewahan atau kekayaan berlebihan, melainkan kecukupan yang membuat kita tidak khawatir akan kebutuhan hidup. Berkecukupan artinya Allah menyediakan apa yang diperlukan agar kita dapat hidup, melayani, dan memberi tanpa rasa takut kekurangan. Bahkan Allah memberi kelimpahan supaya umat dapat terus berbuat baik. Kata Yunani: perisseuō (περισσεύω) berarti: melimpah, berkelimpahan, melebihi ukuran normal. Allah tidak hanya memberi kecukupan tetapi kelimpahan untuk berbuat baik. Fokusnya bukan menimbun berkat, tetapi menyalurkannya. “Berkelimpahan” di sini bukan berarti selalu kaya secara materi, tetapi Tuhan memberi kekuatan, hikmat, kesempatan, dan sumber daya untuk terus berbuat baik. Paulus mengutip Mazmur 112:9, bahwa orang benar memberi dengan murah hati. Tuhanlah yang menyediakan benih bagi penabur dan roti untuk dimakan. Artinya, segala yang kita miliki berasal dari Dia. Jika kita setia memberi, Tuhan akan terus mencukupkan dan memperbanyak hasilnya.
Ayat 12-15: Yesus Kristus dasar pemberian Kristen
Ketika kita memberi, bukan hanya kebutuhan orang lain terpenuhi, tetapi mereka pun menaikkan syukur kepada Allah. Pemberian kita menjadi kesaksian iman yang memuliakan Tuhan. Pemberian yang dilandasi kasih akan menguatkan ikatan persaudaraan. Orang-orang yang diberkati oleh pemberian kita akan mendoakan kita. Paulus menutup dengan seruan syukur. Ia mengarahkan hati jemaat kepada sumber segala pemberian — yaitu Allah sendiri, yang telah memberi karunia terbesar. Kata Yunani: anekdiēgētos (ἀνεκδιήγητος) berarti: tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, terlalu agung untuk dijelaskan. Karunia ini tidak sekadar berkat materi atau kecukupan sehari-hari, tetapi merujuk pada Yesus Kristus — pemberian Allah yang terbesar (Yohanes 3:16). Yesus adalah teladan utama dalam hal memberi. Yesus memberikan diri-Nya sepenuhnya demi keselamatan kita (2 Kor. 8:9). Karena itu, Yesus adalah dasar dan motivasi memberi. Memberi bukan untuk memuliakan diri, tetapi untuk memuji Allah.
Referensi lain dalam Alkitab:
Amsal 11:24-25 – "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya..." Prinsip kemurahan hati membawa berkat.
Hosea 10:12 – "Taburlah bagimu sesuai dengan keadilan, menuailah menurut kasih setia..."
Mazmur 126:5-6 – "Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata akan menuai dengan bersorak-sorai."
Ilustrasi:
ü Air di kolam yang hanya ditampung dan tidak mengalir akan menjadi kotor, berlumut, dan berbau. Tetapi air yang terus mengalir—menerima dari sumber dan mengalir keluar—akan tetap jernih dan segar. Kehidupan orang percaya yang memberi seperti aliran air—Tuhan mengalirkan berkat kepada kita supaya kita juga mengalirkannya kepada orang lain. Dan saat berkat itu mengalir, hidup kita tetap segar, penuh sukacita, dan menjadi saluran berkat bagi banyak orang.
ü Sebuah lilin menyalakan lilin-lilin lain di ruangan yang gelap. Walau dia membagikan apinya, cahayanya sendiri tidak berkurang—bahkan ruangan jadi semakin terang. Saat kita memberi, kita tidak kehilangan berkat; justru terang kasih Tuhan makin luas terlihat. Memberi dengan sukacita itu membuat banyak hati tersentuh dan memuliakan Tuhan.
Aplikasi:
ü Kristus sebagai karunia terbesar: segala pemberian kita berakar pada kasih-Nya.Bersyukurlah atas pemberian tak ternilai dari Tuhan. Semua pemberian Kristen harus berakar pada rasa syukur atas karya keselamatan yang dilakukan oleh Yesus.
ü Teruslah berbuat baik dan memberi: sukarela, sukacita, bukan paksaan. Jadikan ini sebagai komitmen dan gaya hidup. Bukan hanya saat ada acara khusus, tetapi setiap hari kita bisa memberi—entah waktu, perhatian, atau materi—sebagai bentuk kasih kita kepada sesama.
ü Hukum rohani tabur-tuai: memberi dengan murah hati membawa panen berkat rohani. memberi adalah bentuk menabur yang menghasilkan buah berupa kebaikan, sukacita, dan kesaksian bagi Allah (band. Gal. 6:7–9).
ü Allah sebagai sumber kecukupan: segala kemampuan memberi berasal dari Dia. Memberi sebagai pelayanan rohani: menguatkan iman dan membangkitkan syukur. Memberi memuliakan Allah dalam persekutuan dengan Kristus. Jangan takut kekurangan karena memberi. Firman Tuhan berkata, “Allah sanggup mencukupkan.”
Penutup:
Memberi dengan sukacita adalah pernyataan iman, kasih, dan rasa syukur kepada Tuhan yang telah memberikan kasih kasunia dalam Kristus bagi kita. Karunia terbesar yang kita terima adalah Yesus Kristus, yang telah memberikan diri-Nya bagi kita. Memberi dengan sukacita menjadikan kita saluran berkat yang mengalirkan kasih Allah kepada dunia. Mari kita hidup sebagai orang yang murah hati, karena memberi dengan sukacita akan selalu menjadi berkat—bagi orang lain, bagi diri kita sendiri, dan bagi kemuliaan Allah. Amin
Usulan Untuk Ibadah Rayon dan Unsur:
Metode sesuai Buku Manna: Diskusi
Aktivitas/Games: "Cerita Bergilir"
Tujuan: Mengingatkan jemaat bahwa topangan dapat diberikan dari setiap orang menurut apa yang ada padanya
Proses:
ü Pemimpin mulai dengan kalimat “Suatu hari ada seorang yang memberi…”
ü Tiap peserta menambahkan satu kalimat secara bergilir.
ü Arahkan supaya cerita mencerminkan prinsip memberi dengan sukacita.
Pesan: Setiap kita dapat mengambil bagian dalam memberi, walau peran berbeda.
Aktivitas/Games: “Kartu Berkat”
Tujuan: Mengajak umat untuk berbagai berkat lewat berbagai macam cara.
Bahan: kartu yang dibuat dari kertas tebal (bisa dalam berbagai bentuk menarik)
Proses:
Peserta menulis kata – kata penguatan/motivasi rohani pada kartu berkat bisa berbentuk Kata Bijak, Pantun, Doa, Harapan, Ayat Alkitab.
Kartu ini dibagikan kepada saudara/orang lain, kemudian yang menerima dapat membacakan isi kartu.
Pesan: Memberi tidak selalu berupa uang, bisa berupa kata yang menguatkan.
Belum ada Komentar untuk "RANCANGAN KHOTBAH: MEMBERI DENGAN SUKACITA MENJADI BERKAT (2 Korintus 9:6-15)"
Posting Komentar
Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.