RANCANGAN KHOTBAH: PERSEMBAHAN YANG BERKENAN KEPADA TUHAN (Yesaya 1:10-20)

Gagasan Utama:

Tuhan tidak hanya melihat apa yang kita berikan, tetapi bagaimana hati kita saat memberi, dan bagaimana kehidupan kita di luar ibadah.

 

Tujuan yang akan dicapai:

Agar jemaat memiliki kesetiaan memberi persembahan yang sejalan dengan hidup yang berkenan kepada Tuhan.  

 

Konteks saat itu:

Kitab Yesaya ditulis oleh Nabi Yesaya sekitar tahun 740–700 SM di Yehuda, pada masa pemerintahan raja Uzia, Yotam, Ahas, dan Hizkia (Yes. 1:1). Yehuda saat itu berada di tengah ketegangan politik besar. Bangsa Asyur sedang berjaya sebagai kekuatan dunia, mengancam wilayah Timur Dekat, termasuk Yehuda. Walaupun ibadah di Bait Suci tetap berjalan, bangsa itu penuh dosa — ketidakadilan sosial, penindasan orang miskin, dan penyembahan berhala. Umat rajin beribadah, tetapi hati umat jauh dari Tuhan. Yesaya 1:10-20 Tuhan menegor kemunafikan ibadah Israel, seruan pertobatan sejati: Pertobatan yang benar terlihat dari perubahan hidup dan kepedulian pada keadilan dan besarnya kasih karunia Tuhan: meskipun umat-Nya berdosa berat, Tuhan masih membuka pintu pengampunan.

 

Kaitan dengan PB:

Dalam Perjanjian Baru, Yesus menegur kemunafikan ibadah lahiriah; Yesus menegur orang Farisi yang memuliakan Allah dengan bibir, tetapi hatinya jauh dari-Nya (Mat 15:7-9). Sama seperti Yesaya, Yesus menekankan bahwa ibadah tanpa ketaatan hati tidak berarti. Dalam Matius 23:23–28 Yesus mengecam ahli Taurat dan orang Farisi yang berfokus pada ritual, tetapi mengabaikan keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan. Pengampunan dan pembersihan yang dijanjikan Yesaya terjadi melalui karya penebusan Yesus di kayu salib Efesus 1:7 – “Di dalam Dia kita memiliki penebusan … pengampunan dosa.”

 

Penjelasan Teks:

Ayat 10-15: Tuhan menolak persembahan yang hanya formalitas

Yesaya menulis kepada umat Yehuda yang pada saat itu sangat rajin melakukan ritual keagamaan. Hai pemimpin Sodom… hai rakyat Gomora" (ay. 10) Bukan alamat literal kepada Sodom-Gomora (yang sudah lama hancur), tapi sindiran keras: kondisi moral Yehuda sama busuknya. Mereka membawa korban bakaran, menjalankan perayaan hari raya, dan mempersembahkan dupa. Namun Tuhan menolak ibadah dan persembahan Yehuda. Ibadah umat hanyalah ritual kosong. Secara lahiriah mereka terlihat saleh, tetapi hidup mereka penuh dosa, ketidakadilan, dan kekerasan. Mereka datang ke Bait Allah dengan tangan yang mengangkat persembahan, tetapi tangan itu masih berlumuran darah (ay. 15). Persembahan dupa (Ibrani: qetoret) adalah campuran rempah harum yang dibakar di atas mezbah emas di dalam Kemah Suci atau Bait Allah (Keluaran 30:34–38). Asap dupa yang naik ke atas melambangkan doa umat yang naik kepada Allah (Mazmur 141:2; Wahyu 5:8). Pembakaran dupa dilakukan pagi dan petang oleh imam, sebagai bagian dari ibadah resmi Israel (Keluaran 30:7–8), untuk mengingatkan umat bahwa hubungan dengan Allah harus harum dan murni. Tapi persembahan itu justru menjadi kekejian bagi Tuhan. Penolakan Tuhan atas ibadah dan persembahan umat ditandai dengan penggunaan kata: jemu - tidak Ku sukai (ayat 11), menjiikan - tidak tahan (ayat 13), benci – beban – lelah (ayat 14), menutup mata – tidak mendengarkan (Ayat 15). Kehidupan umat yang membawa kurban persembahan banyak – banyak dari hewan jantan yang gemuk dan terbaik tetapi umat menginjak – nginjak pelataran bait Allah dengan prilaku kejahatan dan dosa. Persembahan tanpa ketaatan adalah penghinaan bagi Tuhan. Persembahan tanpa pertobatan adalah sama seperti membungkus sampah dengan kertas kado—bagaimanapun indahnya bungkus itu, isinya tetap busuk.

 

Ayat 16-17: Persembahan yang berkenan kepada Allah dimulai dari pertobatan

Inilah kunci persembahan yang berkenan: dimulai dari hati yang bertobat. Pertobatan bukan hanya menyesali dosa, tetapi juga meninggalkan dosa lalu berbalik kepada jalan Tuhan. Yang dikehendaki Tuhan untuk dilakukan umat adalah belajarlah berbuat baik, usahakan keadilan, membela hak orang tertindas, memberikan keadilan kepada anak yatim dan pembelaan kepada janda. Dalam masyarakat Israel status seorang perempuan sangat bergantung pada suaminya. Jika suaminya meninggal, seorang janda sering kehilangan perlindungan, hak waris, dan nafkah. Para janda rawan ditindas, diabaikan, bahkan harta mereka bisa dirampas oleh orang kuat. Allah sangat peduli pada janda, yatim, dan orang asing sebagai kelompok yang rentan. Ini berarti persembahan yang berkenan bukan hanya tentang uang atau barang, tetapi tentang hidup yang dipersembahkan sepenuhnya kepada Tuhan untuk mengasihi Dia dan sesama.

 

Ayat 18-20: Pertobatan berbuah pengampunan dan pemulihan

Di tengah teguran keras, Tuhan tidak menutup pintu pengampunan. Allah mengundang umat-Nya untuk kembali, karena kasih dan anugerah-Nya jauh lebih besar dari dosa kita. "Biarpun dosamu merah seperti kirmizi…" (ay. 18) Warna merah di sini adalah lambang dosa yang melekat dan sulit dihapus, namun Tuhan menjanjikan pemutihan total.

 

"Jika kamu menurut… jika kamu melawan" (ay. 19-20) Menunjukkan kesetiaan pada perjanjian antara Tuhan dan Israel: ada berkat untuk ketaatan dan hukuman untuk pemberontakan (bandingkan Ulangan 28).  Jani pemulihan digenapi dalam karya penebusan Kristus. Di kayu salib, darah Yesus menghapus dosa kita, sehingga kita menjadi putih dan layak datang kepada Allah.

 

Referensi lain dalam Alkitab:

Roma 12:1 “Persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.”

Matius 15:8: “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.”

 

Ilustrasi:

ü Sebuah jembatan besar yang menghubungkan dua kota terlihat kokoh, tetapi sebenarnya di dalamnya ada retakan yang parah karena kurang perawatan. Suatu hari jembatan itu ambruk saat dilalui banyak orang. Sama seperti itu, Israel pada zaman Yesaya tampak religius dan aktif beribadah, tetapi fondasi rohani mereka retak—penuh ketidakadilan, penindasan, dan kemunafikan. Ibadah tanpa kebenaran seperti jembatan yang retak—cepat atau lambat akan runtuh.

ü Sebuah rumah terlihat sangat indah dari luar: catnya baru, taman rapi, lampu hias berkilau. Tapi saat pintu rumah itu dibuka, ternyata di dalam penuh sampah, bau busuk, dan serangga. Pemilik rumah hanya sibuk menghias luar rumah, tapi malas membersihkan bagian dalam. Ritual ibadah yang indah di luar tidak berguna jika hati kita penuh dosa. Tuhan ingin hati kita dibersihkan lebih dulu.

 

Aplikasi:

ü Tuhan mengecam umat-Nya yang rajin melakukan ibadah dan mempersembahkan korban, tetapi hidupnya penuh masih dikuasai dosa. Persembahan yang berkenan kepada Tuhan  tidak diukur dari banyaknya jumlah yang diberikan, melainkan dari hati yang taat dan hidup yang selaras dengan kehendak Allah.

ü Persembahan yang berkenan kepada Tuhan adalah persembahan yang dilandasi pertobatan. Pertobatan bukan sekadar penyesalan emosional, tetapi melibatkan tindakan nyata untuk meninggalkan dosa dan hidup benar dihadapan Tuhan. Sebelum memberi persembahan mari periksa hati kita. Apakah kita datang dengan dosa yang belum dibereskan? Apakah kita menyimpan dendam, iri hati, atau kebencian? Tuhan lebih ingin melihat hati kita disucikan daripada kantong persembahan kita terisi penuh.

ü Persembahan yang berkenan kepada Tuhan disertai cara hidup penuh kasih dan adil kepada sesama. Berdamailah dengan sesama sebelum mempersembahkan korban. Kita bisa aktif memberi persembahan, melayani di gereja, atau memimpin pujian, tetapi jika hati kita tidak benar di hadapan Tuhan, semua itu tidak akan berkenan. Tuhan tidak butuh persembahan kita jika itu hanya topeng untuk menutupi kehidupan yang tidak taat.

ü Allah penuh kasih dan memberi kesempatan untuk kembali, bahkan kepada umat yang berdosa. Di dalam Yesus kita beroleh pengampunan dan pemulihan atas dosa

ü Ketaatan membawa berkat (“akan memakan hasil baik dari negeri”), sedangkan pemberontakan membawa kebinasaan (“akan dimakan pedang”). Allah memberi kebebasan memilih, tetapi pilihan itu membawa konsekuensi kekal. Keselamatan adalah anugerah, tetapi respons iman yang nyata adalah ketaatan.

 

Penutup:

Tuhan menolak persembahan yang disertai hidup yang penuh dosa dan ketidaktaatan. Ia menginginkan hati yang murni, hidup yang bertobat, dan tindakan kasih yang nyata. Persembahan sejati dimulai dari hati yang sudah dibersihkan oleh Tuhan. Melalui Yesus Kristus, dosa kita yang merah seperti kirmizi dapat dihapus dan kita dipulihkan menjadi putih seperti salju. Mari kita datang kepada Tuhan bukan hanya dengan membawa persembahan, tetapi dengan membawa hati yang taat, hidup yang kudus, dan tangan yang siap menolong sesama. Amin

 

Usulan Untuk Ibadah Rayon dan Unsur:

Metode sesuai Buku Manna: Renungan

 

Aktivitas/Games: "Pengampunan Tuhan"

Ayat Kunci: Yesaya 1:18

Tujuan: Mengungkapkan pengampunan Tuhan lewat kreativitas.

Bahan: Kertas karton, spidol

Proses:

ü Peserta dibagi dalam kelompok

ü Setiap kelompok menggambar/membuat poster dengan tema “Tuhan mengampuni dosa dan menjadikannya putih seperti salju.”

ü Poster dipajang dan dijelaskan oleh masing-masing kelompok.

 

Aktivitas/Games: “Jika Saya Nabi Yesaya”

Ayat Kunci: Yesaya 1:10–20

Tujuan: Mengajak jemaat membayangkan posisi nabi yang menyampaikan pesan tegas.

Proses:

ü Bagi peserta ke dalam kelompok kecil.

ü Setiap kelompok mendiskudikan: “Kalau anda jadi Yesaya hari ini, apa yang akan anda katakan kepada gereja atau masyarakat kita?”

ü Setiap kelompok mempresentasikan.

 

 

 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "RANCANGAN KHOTBAH: PERSEMBAHAN YANG BERKENAN KEPADA TUHAN (Yesaya 1:10-20)"

Posting Komentar

Hai, sahabat DEAR PELANGI ... silahkan memberi komentar sesuai topik dengan bahasa yang sopan.

ABOUT ME

Foto saya
Sorong, Papua Barat Daya, Indonesia
Menemukan PELANGI dalam hidup sendiri dan menjadi PELANGI di langit hidup sesama. Like and Subscribe my youtube channel: DEAR PELANGI CHANNEL

Iklan

Display

Inarticle

Infeed